Dirty Girl

1022 Words
Aku menarik ujung dress yang terasa sangat ketat ini, terlalu pendek hingga mengekspos seluruh paha dan kakiku. Jujur saja aku merasa risih, karena aku belum pernah memakai pakaian seperti ini. Aku melihat pantulan diriku di depan cermin, yap! Kau persis seperti Daisy, Verone. Gumamku pada diriku sendiri. Aku terlihat seperti jalang, bukan seperti diriku sendiri. Seketika bahuku terasa lunglai. Tapi, demi pria itu akan ku lakukan apapun. Aku berjalan keluar dari kamar, suara pria dari kamar Daisy terdengar sangat nyaring saat aku melewati kamarnya. Well, who cares... Aku menaikan bahu acuh lalu menuruni tangga, mengendap keluar dari rumah agar Rose tidak mengetahuinya. Wanita itu pasti akan heboh. Angin malam terasa membuat tulangku terasa ngilu saat membuka pintu, aku tidak biasa keluar pada malam hari selain di balkon kamarku. Aku mengelus bahu dan lenganku guna menghangatkan tubuh, terlihat api unggun dari kejauhan dan sepertinya orang-orang sedang makan malam bersama seperti biasanya. Aku mengitari jalan lain, berusaha untuk tidak terlihat oleh mereka semua dan membuatku malu. Mengendap pelan menuju rumah belakang yang selama ini dipakai oleh pekerja itu menginap. Terdapat beberapa kamar, aku mencari kamar yang pernah dijelaskan oleh Anthonio dan gotcha... Aku mengetuknya dengan pelan... Takut orang lain mendengarnya dan pasti akan menimbulkan kehebohan di sini. Aku terus mengetuknya, hingga jemariku pegal namun tidak ada sahutan dari dalam. Aku menggigit jemari kukuku seraya menoleh ke kanan dan kiri, aku memutar kenop pintu dan ternyata tidak dikunci. Aku memasukinya dengan jantung yang berdegub kencang, mungkin ia akan mengira diriku sangat lancang dengan memasuki kamar orang lain tanpa dipersilakan dahulu. Tapi semakin lama aku berada di luar sini, semakin orang lain akan mengetahui keberadaanku. Aku membuka pintu, gelap. Aku meraba dinding, mencari saklar lampu dan akhirnya menemukannya. Lampu menyala dengan terang, namun seketika aku tertunduk lesu tak menemukan seorang pun di dalam sini. Wajahku berubah masam, mengapa pada saat yang tepat seperti ini dia malah tidak ada. Kemanakah dia? Bukankah kemarin ia mengundangku kemari? Aku keluar dari kamarnya dengan perasaan sedih, berjalan lunglai meninggalkan tempat itu. Hatiku hampir saja hancur, kali pertama kencan dan gagal membuatku tak lagi bersemangat. Ini adalah kencan pertamaku, dan tidak semulus yang aku bayangkan ternyata gagal dan lagi-lagi aku harus menahan malu pada diriku sendiri, aku memang tidak pandai dalam hal seperti ini. Aku berjalan lunglai memasuki mansion, pria itu tidak ada. Sial, batin ku. Aku telah memoles wajah secantik mungkin dengan dress yang super ketat, seperti yang selalu Daisy lakukan. Aku mengacak rambut menuju kamar, sesaat aku menundukan kepala, aku seperti merasa seseorang dengan tubuh tinggi dan d**a telanjang yang hanya mengenakan jeans sobek di bagian lutut menghalangi jalanku. Aku mendongak dan sedikit terkejut. Pria ini, yang aku cari. Anthonio menatap lamat-lamat tubuh ku, membuatku sedikit gugup jika diperhatikan seperti itu. Pasti ia belum pernah tersentuh sedikit pun, Anthonio tersenyum simpul dan membuatku bertanya-tanya. Diperhatikan begitu membuat diriku merona, aku yang merasa tidak bisa menahan kegugupanku akhirnya segera memasuki kamar dan menutup pintu. Anthonio menghalau pintu dan membukanya secara kasar membuat ku sedikit terkejut. "apa maumu?" tubuh ku berhenti beraksi ketika melirik lengan besar itu. "kau mencariku?" Anthonio menutup pintu dan menguncinya dengan perlahan. Aku hanya bisa menggeleng, berjalan mundur melihat pergerakan Anthonio yang semakin dekat denganku. Aku memang menginginkan Anthonio, namun aku tak menyangka Anthonio akan senekat ini. Mungkin Daisy akan membunuhku jika mengetahui aku membawa pria ke dalam kamar. Aku terduduk di pinggiran ranjang ketika langkahku semakin mundur, melihat itu mata biru Anthonio menggelap. Daisy mungkin lebih menggairahkan dari adiknya, namun Verone memiliki kepolosan dan Anthonio gemas ingin menerkamnya. Batin Anthonio. Anthonio makin memajukan langkahnya membuat aku mundur ke tengah ranjang dan sayangnya itu makin menambah gairah Anthonio. Kini tubuh ku di bawah kukungan lengan Anthonio. Mencumbuku dengan lembut, seperti terbuai aku malah membalasnya. Entah bagaimana pakaian ku telah tanggal, kini aku tak mengenakan sehelai benang pun. Tanpa banyak bicara Anthonio mengarahkan junior miliknya ke arah ku, membuat aku memekik kesakitan menahan pedih di s**********n dan Anthonio melihatnya berdarah. "tahan Verone... Ini baru setengah." baru setengah? Bagaimana mungkin benda sebesar itu cukup di milikku? Jika sekarang saja sudah sesakit ini. Aku meracau dalam hati seraya menahan sakit di bawah sana. Srrttt... "aaakhhh...." Bunyi seperti sesuatu yang di sobek dengan paksa seiring dengan air mataku yang keluar. Aku menggigit bibir bawahku seraya meremas sprei yang ada di bawahku, kedua mataku tertutup menahan perih dan aku hanya bisa menangis sesegukan. "Shh... baby." aku masih dapat mendengar suara Anthonio, merasakan kecupan di seluruh wajah dengan bibir pria itu yang terasa lembut dan kenyal. Aku masih menangis sesegukan, namun rasa sakit itu masih ada. Anthonio mencoba menenangkanku, dengan elusan lembut dan kecupan hangatnya di seluruh wajahku. Aku membuka mata dengan perlahan, pertama kali yang kulihat adalah wajah tampan dengan mata sebiru langit itu. Sangat tampan dan aku begitu menggilainya. Seakan terhipnotis dengan wajah bak Dewa Yunani itu, aku mulai membalas ciumannya. Ia mulai bergerak meskipun aku masih merintih sakit karena menahan gesekan dan perih di bawah sana. Seperti mengerti kesakitanku, ia bergerak pelan dengan sesekali berhenti ketika aku mulai menjerit kembali. "Aku orang yang pertama?" Tanya Anthonio, membuat sedikit demi sedikit rasa sakit itu hilang dengan mengajakku berbicara. "Yes Anthonio, kau yang pertama." jawabku dengan rintihan. "Mengapa?" Tanyanya heran. "Karena aku mencintaimu." jawabku pelan. Ia terlihat mengernyitkan dahi, mungkin masih bingung dengan ucapanku yang terlalu dini untuk hal itu. Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku katakan lagi padanya. Cintakah aku padanya? Aku sendiri belum mengerti apa arti dari cinta itu sendiri. Tapi yang jelas, aku begitu mengaguminya sehingga aku akan melakukan apapun untuk dirinya. Meski harus berbohong pada Daisy perihal hubunganku dengan Anthonio. Ia pasti akan murka jika mengetahui aku berhubungan dengan pria seperti Anthonio, pria yang terlihat bar-bar tanpa setelan jas mahal dengan sepatu mengkilap seperti yang diharapkan oleh Daisy. Tapi aku hanya mengagumi satu pria, dan pria itu adalah pria yang akhirnya ku relakan mengambil kesucianku dan pria yang akan ku percayai menjaga diriku. Masalah Daisy, akan kupikirkan nanti. Dan pada malam itupun akhirnya aku menyerahkan kesucianku pada pria yang tak begitu aku kenali itu. Anthonio... ... Daisy mendengar suara jeritan, namun karena rasa kantuk yang luar biasa ia melanjutkan tidurnya kembali meski perasaannya menjadi tidak enak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD