Sejak tadi,aku terus memperhatikan bagaimana ekspresinya Mba Jena dalam membaca bab-bab terakhir dalam novelku kali ini. Andaikan editor sekaligus manager-ku ini tidak menerorku setiap waktu maka mungkin n****+ ini masih berada di pertengahan alias masih lama selesainya. Mba Jena sudah seperti kakak tersendiri untukku,memberikan banyak perhatian. Mba Jena bahkan tak memperdulikan jika suaminya mengomelinya karena selalu mengaturku. “Jangan kayak gitu sama Anin,sayang. Anin bukan Chika yang harus kamu atur tiap saat.” “Engga bisa,Mas. Anin ini kalau engga di omelin mana mau dia ngerjain ini itu,maunya di ingetin terus dan engga bakal dia kerjain kalau dibiarin.” “Namanya juga manusia,kamu-nya aja yang berlebihan.” Yaps,aku pernah menjadi bahan perdebatan mereka. Walaupun aku jarang ber
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books