21+
"Uncleee, Bakhtiar tidak mau menemaniku fitting tadi, dia bilang dia tidak sudi menikah dengan gadis tidak punya nurani sepertiku. Tolong uncle..." rengek Cyntia pada Jason. Gadis itu datang ke kantor dan mengadukan sikap penolakan Bakhtiar padanya.
Ya, pernikahan mereka sedang dipersiapkan. Cyntia ngotot harus menikah dengan Bakhtiar jadi Jason menurutinya saja. Apapun yang dia mau harus dituruti, dengan begitu Emily -Kakak Jason- yang sudah disurga tidak sedih melihat anak gadisnya yang malang.
Jason teringat dengan janjinya dahulu kala pada sang kakak saat di hari-hari terakhir kakaknya,
'Sampai kapanpun, aku tidak akan membiarkan Cicin menangis dalam hal apapun, kakak percayakan semuanya padaku. Dia akan menjadi gadis yang paling bahagia di tanganku. Tidak akan kekurangan kasih sayang.'
"Jangan memaksanya, pergilah sendiri! dia sedang menata hati. Fitting terakhir nanti ajak dia lagi, jika tidak mau baru kasih tau uncle, oke?" bujuk Jason seraya mengelus sayang kepala Cyntia.
Cyntia mendekat padaku dan bersandar di dadaku.
"Uncle, tolong doakan aku supaya aku bahagia dengan Bakhtiar, tolong singkirkan perempuan itu supaya Bakhtiar tidak bisa melihatnya lagi, aku tidak mau jika dia tetap menjadi istri Bakhtiar. Berikan saja dia pada salah satu anak buahmu, dengan begitu Bakhtiar akan jijik dan membencinya."
Siapa pun perempuan yang waras, jika mendengar perkataan Cyntia ini akan berubah jadi gila dan menghajar Cyntia sampai mati. Hanya demi dirinya sendiri, sampai hati begitu ingin membuang wanita lain dengan cara sadis.
"Jangan pikirkan perempuan itu, itu urusan uncle, kamu fokus pada persiapan pernikahanmu saja" tangan Jason mengelus-elus kepala keponakan tersayangnya. Keponakan yang ingin di limpahai kasih sayang sebagai ganti dari kasih sayang orang tua malah meleber. Jason terlalu banyak memberinya kasih sayang. Lihatlah, gadis itu semakin ngelunjak karena sudah di biasakan sejak awal.
Jason terdiam memikirkan kata-kata Cyntia.
Benar apa yang Cyntia katakan, Perempuan itu harus musnah agar Bakhtiar bisa lupa. Aku harus memikirkan bagaimana caranya membuat perempuan itu menjadi perempuan menjijikkan di depan Bakhtiar. Tapi apa aku rela jika Lisa menjadi santapan anak buahku? batinnya.
******
Malam hari saat Jason sedang ada di club, Cyntia menelpon dan menangis. Cyntia mengadukan Bakhtiar lagi yang membentaknya. Mengatainya gadis tidak berotak dan tak berhati nurani. Perebut suami orang. Membentak Cyntia dan mengingatkan bahwa Cyntia akan kena karma atas perbuatannya sekarang ini.
"Karma? hahahhaha, Lisa istrimu yang akan mendapatkan karma dari kami Bakhtiar," gumam Jason lalu menenggak minumannya beberapa gelas lagi dan kemudian berdiri lalu meninggalkan tempat ini.
Selama berkendara, Jason memikirkan kata-kata Cyntia. Karma?
"Baiklah akan kutunjukkan bagaimana karma bekerja Bakhtiar," ucap Jason kemudian memutar setir dan membelokkan mobil. Jason berkendara menuju rumah. Tempat dimana seseorang yang akan membayar karma.
Jason membuka pintu kamar yang ditempati Lisa dengan kasar membuat Lisa yang langsung terbangun karena terkejut.
"Jalangg sialaan!!!" teriaknya sambil berjalan mendekat.
"Bakhtiar badjingan, beraninya dia berkata begitu pada Cyntia, lihat saja badjingan, aku akan membalasmu, tak seorang pun bisa menyakiti Cicinku." Jason berteriak kalap sambil menarik rambut Lisa kemudian menampar wajah Lisa dengan sagat keras.
"Hanya karena pel*cur kecil ini, dia membentak Cicinku, lihat saja, akan kubuat kau bersimpuh di kaki Cicin dan memohon ampun padanya, dasar badjingan."
Apa yang dilakukan Tiar? Apa kesalahan Tiar akan kutanggung juga? batin Lisa.
Dia sudah menderita karena wanita bernama Ratna yang katanya adalah ibunya. Kini dia akan menderita lagi karena Bakhtiar suaminya? Kenapa semua di tangguh kan pada Lisa? Bukan kah seharusnya yang membuat kesalahan yang di hukum? Lisa bukan penampungan hukuman atas kesalahan orang-orang. Sadar kah Jason akan apa yang dia perbuat?
Dengan kalap, Jason naik di atas tubuh Lisa yang masih lemah karena kurang asupan. Jason membuka paksa pakaian Lisa dan mencengkram tangan Lisa yang diperban kemudian mencium Lisa dengan kasar. Lisa bisa merasakan rasa manis dari bibir Jason dan dari tubuhnya tercium bau alkohol.
Dengan susah payah Lisa melawannya tak ingin memberikan apa yang Jason mau dengan begitu mudahnya. Kakinya yang bebas ditekuk dan lututnya mengenai punggung Jason.
"Argkhhhh..." Jason meng*rang kesakitan kemudian bangkit dari atas tubuh Lisa. Diraihnya kaki Lisa dan di tendang hingga terdengar bunyi krek.
"Aaaaaaaa sakittttt!!!" teriak Lisa kemudian dia menangis kencang.
Suara Lisa yang menangis kencang membangunkan para maid yang sudha pulas dan segera berlari ke arah kamar yang di tempati Lisa.
"Biarkan saja, ada bos di dalam," ucap salah satu pengawal yang paling sering pergi bersama Jason. Pria itu bernama Diko dan di sampingnya ada beberapa orang lagi. Para pengawal itu menulikan telinga atas apa yang terjadi di kamar Lisa. Mereka menonton acara yang asal-asal di cari di channel tipi sambil mengemil.
Para maid itu akhirnya kembali ke kamar. Mereka sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kenapa di siksa lagi? Nona muda itu bahkan belum makan apapun selama dua hari ini," ucap maid bernama Rinde itu dengan sedih.
"Tuhan, tolong selamatkan nona Lisa. Dia orang baik," ucapnya berdoa.
Di dalam kamar,
Lisa tidak menghiraukan apapun yang terjadi disekitarnya, yang bisa dia lakukan hanya meng*rang kesakitan sambil berusaha meraih kakinya yang baru saja di patahkan. Jason yang diliputi amarah, menarik satu-satunya pelindung tubuh Lisa dan dia juga melakukan hal yang sama pada dirinya sendiri. Kini keduanya sama-sama tel*njang di atas kasur ini. Dengan kasar Jason membalikkan tubuh Lisa dan langsung mengh*jam dari belakang.
Tangan Lisa yang masih di perban berdarah lagi akibat cengkraman Jason. Kini seluruh tubuh Lisa menjadi sasaran tangannya sementara dia dibawah sana tetap mengh*jam tanpa perasaan. Ini adalah penghinaan terbesar dalam hidup Lisa.
"Apa gunanya aku hidup lagi, aku sudah dinodai oleh orang yang bukan suamiku. Mas Tiar, tolong maafkan aku," batin Lisa sambil terisak.
"Akhhhh, jaalang sialaan akhhhhh"
"Kau... kau... kau... ja--lang shhhhh "
Jason meng*rang tanpa peduli bagaimana Lisa dibawahnya. Lisa dapat merasakan cairan hangat menyembur didalamnya dan meleber keluar. Jason ambruk dipunggung Lisa setelah puas dan berbisik ditelinga Lisa.
"Jalangg sialan, mati saja kau!" ujarnya kemudian menggigit pundak Lisa. Lisa menggigit sprei untuk meredam teriakan.
Belum reda rasa sakit yang dirasakan, Jason memutar balik tubuh Lisa dan sekali lagi melakukan apa yang dia mau.
Dia menunduk dan mencium bibir Lisa kasar, menggigit bibir yang tertutup rapat.
"Buka bibirmu jalangg!" titahnya kesal.
Jason meng*ram kesal dan mencengkram pipi Lisa, lalu mencium bibir yang sudah monyong itu. Tak ada balasan sedikit pun dari Lisa. Satu tangannya turun kearah d**a Lisa dan meremas d**a Lisa, memelintir put*ngnya kemudian menariknya kuat. Lisa memejamkan mata menahan rasa sakitnya dan menggigit pipi bagian dalam untuk melawan segala rangsangan yang di berikan oleh Jason. Lisa diam tak merespon, berbaring layaknya pohon pisang yang tergeletak. Berputar jika diputar, bergeser jika digeser.
Malam itu, Jason menyiksa batin dan tubuh Lisa. Jason berhasil memasuki Lisa hingga berkali-kali. Hal yang selama ini dia idam-idamkan akhirnya bisa terealisasikan juga. Jason meneriakkan nama Lisa di akhir pendakian. Jason menatap Lisa yang terlentang menutup mata, menangis dalam diam, air mata meluncur dari sudut matanya dan juga darah dari sudut bibirnya. Jason mengangkat tangan ingin meraihnya, ingin menghapus air mata itu dan juga darah di bibirnya. Tetapi tangan itu menggantung, saat si iblis di hatinya mengingatkan siapa Lisa.
Jason masuk ke ruang kerjanya usai memerintahkan maid untuk membereskan apa yang dia lakukan juga memerintahkan anak buahnya untuk membeli pil kb. Saat di ruang kerjanya, Jason tidak bisa fokus karena bayangan wajah Lisa yang terpejam di bawahnya tadi.
"Kau sangat cantik dan seksi walau matamu terpejam aku penasaran akan seperti apa jika kita bisa saling mengimbangi. Suaramu akan semerdu apa jika mendeesah dan menjeritkan namaku, huuuh," memikirkannya saja membuat Jason ingin mengulangi kegiatan yang baru saja selesai.
"Lisaaa." Tanpa sadar dia mendesaah.