Pagi-pagi Arei sudah stay di semak-semak berniat hati ingin mengintip kondisi rumah di depan sana. Ia belum mempunyai nyali untuk menghampiri Tamara, apalagi kemarin perempuan itu menghindar. Tiba-tiba matanya terbuka lebar, saat di mana seorang kenek bus kemarin tinggal satu atap bersama. "Ternyata dia yang menumpangi Tamara!" Sesaat kemudian Arei tersadar sesuatu, ia pun berpikir. "Astaga, apa jangan-jangan anak itu ...?" Benar saja, saat ini matanya melihat sang mantan menantu sedang menggendong sesosok gadis kecil yang kemarin ia temui. Seketika air mata Arei keluar dengan sendirinya. Ia mengusap setitik air di matanya dengan pilu. "Darah dagingku ternyata sudah sangat dekat denganku dari kemarin. Ya Tuhan, keadaannya yang kumuh membuat aku merasa gagal jadi ayah." *** Di