"Citra." Citra menoleh, Bi Dwi masuk ke dalam kamar. Bi Dwi duduk di kursi rias. Mereka berdua saling tatap. "Maafkan aku, karena tidak bisa membelamu." "Tidak apa, Bi. Ini yang terbaik untuk semuanya. Sebaiknya sekarang lakukan saja perintah nyonya tadi. Bantu aku membereskan barang-barang milikku, Bi." Citra berusaha tersenyum, meski air mata kesedihan menetes di pipinya. "Kamu duduk saja, biar aku yang melakukannya." Bi Dwi bangkit dari duduknya. "Terima kasih, Bi. Aku duduk di teras ya." Citra mengusap pipinya yang basah, lalu ikut berdiri juga. "Iya, Citra. Tenangkan dirimu. Jangan terlalu dipikirkan. Percaya saja, semua akan indah pada waktunya." "Terima kasih, Bi. Aku ke luar dulu." Citra beranjak ke pintu teras. Dibuka lebar pintu. Lalu ia duduk di kursi. Air mata memang j