BAB 6

1784 Words
Setelah Arka mengusir Alea dari kantor nya, ntah kenapa wanita tersebut seperti ditelan bumi. Arka merasa tenang, namun merasa hampa. Tak ada yang membawakan makanan untuknya, mengganggunya, memperhatikan nya dari sudut sofa.  Bahkan saat Arka membuka ponselnya, tak ada pesan dari wanita itu sama sekali. Dalam hati Arka sedikit cemas, namun Arka menghempas kan jauh - jauh fikirannya. "Focus Arka." kata Arka dalam hati. Sedangkan dilain tempat Alea tengah sibuk dengan kanvas nya. Yaa, memang seminggu ini Alea menyibukan diri dengan kelas seni yang di ikutinya baru - baru ini. Entah kenapa Alea belum siap untuk bertemu dengan Arka. Toh Alea ada atau pun tidak Arka juga tidak peduli. "Nona Alea, apa yang sedang kau lukis?" tanya nya sambil duduk disebelah Alea. "Madam, aku sedang melukis seseorang. Ntah kenapa hanya orang ini yang selalu muncul di fikiranku." ucap nya dengan raut sedih. "Hey nona manis, kenapa wajah mu sedih?" hibur wanita tersebut. "Dia laki - laki yang kucintai 8 tahun ini, namun dia tidak menginginkan ku." ucap Lea sedih menundukan wajah. "Kau masih muda Lea, perjalanan mu masih panjang. Hidup mu terlalu berharga untuk kamu sia - sia kan." nasihat wanita tersebut. "Kenapa kamu sama dengan keluarga ku. Berbicara banyak untuk menentang ku mencintai Arka." dengan mengerucutkan bibir Alea kesal. "Hey, aku wanita yang sudah menikah. Aku lebih tua dari mu anak nakal " ucapnya sambil tertawa. "Madam Alis, berapa umurmu?" "Aku 30 tahun. Asal kau tau kisah ku bahkan lebih rumit dari pada kisah cintamu. Apa kau ingin mendengarnya?" Sedikit tertarik dengan ucapan Alisa. Alea menganggukan kepalanya. "Dulu aku bukanlah seorang seniman sehebat ini. Kedua orang tua ku pebisnis hebat di Amerika. Pada saat itu aku hanyalah anak berumur 8 tahun nakal, bodoh. Mereka malu mengakui aku sebagai anak mereka. Mereka menitipkan aku di Indonesia. Hingga sampai sekarang pun dunia tidak akan pernah tau bahwa aku adalah anak dari Steven Wells." ucap Alisa merunduk. Alea yang mendengarkannya kaget sekaligus sedih. "Itu belum berakhir Lea , dari kecil aku berjuang dari nol untuk mengetahui jati diriku. Aku mencoba mengembangkan karya ku dari waktu ke waktu. Hingga akhirnya aku bertemu dengan Dominic. Dia peran penting kesuksesan ku hingga sekarang." senyum tulus Alisa mengembang. "Aku rasa berat sekali jika aku jadi kau tanpa dukungan keluarga." ucapku memandang Alisa. "Bahkan dulu seseorang yang paling ku percayai kekasihku, yang selalu bersama ku, dia berkhianat dan menikah dengan sahabatku. Maka dari itu Lea, aku memberikanmu nasihat bahwa sekuat apapun pilihan mu tidak akan mampu mengalahkan takdir Tuhan." jelas Alisa. "Apa aku dapat bahagia seperti akhir kisah mu Lisa?" "Tentu, semua berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan. Apapun jalan takdirnya, jalani saja. Tuhan punya caranya sendiri untuk kita bahagia." senyum Alisa. "Seperti nya aku akan menambah jadwal kelas seni ku untuk bimbingan konseling dengan mu Lisa haha." jawab Alea dengan sedikit bercanda. "Tentu kenapa tidak Lea." "Kau perempuan baik, kau pantas bahagia. Aku bisa melihat ketulusan dari dalam dirimu Aleana Kenya." Hari - harinya terasa sangat menyenangkan. Kehadiran Alisa membuat nya lupa dengan sosok bernama Arka. Walau terkadang terbesit fikiran tentang Arka, segera ia tempis jauh - jauh dengan semua nasihat yang Alisa berikan. "Aku lupa, ini Sabtu. nggak ada kelas seni astaga." sambil melirik kalender Alea kemudian mengambil ponsel dari saku celananya. Mulutnya sontak melebar, tidak percaya bahwa yang menghubunginya adalah Arka. Tepat sepuluh hari ia menghindari Arka, namun laki - laki tersebut menghubunginya. Terbesit senang dalam hatinya, deguban jantungnya tidak bisa membohongi siapapun. Namun disisi lain, ego masih menjadi bumerang bagi dirinya. "Masa bodo, angkat aja udah." dewi ditubuh Alea ikut berbicara. "Tapi ntar Arka kepedean dikira ga bisa move on lagi." ragunya. "Tapi sapatau ada yang penting kali yaa. Udah angkat aja deh." keputusan akhir Alea. Alea mencoba meminimalisir kan kegugupannya. Dihembuskan nafas panjangnya, dan mengangkat panggilan dari Arka. "Halo?" "Sabtu malem jam 7 dateng kerumah. Mama minta kamu sekeluarga dateng." kata Arka. Tutt.. Sambungan seketika ditutup sepihak oleh Arka. "Kebiasaan banget sih Arka. Astaga, kangen banget. Udah lama nggak ketemu Arka. Huaaaa... Nantii malem mau ketemu Arka. Gagal deh move on dehh" teriak nya sambil bergelung kesana kemari diatas ranjang. Alea memutuskan untuk keluar menemui beberapa temannya. Hari ini adalah acara reuni sma nyaa. Alea berdandan sederhana, cuma menggunakan kaos pendek dan celana panjang sedikit sentuhan lip gloss pink membuat Alea nampak natural. Sampai ditujuan Alea langsung menghampiri beberapa teman - temannya yang sudah datang. "Gue telat nggak?" Semua mata tertuju pada Alea, mereka semua terbahak - bahak. "Miss telat, santai aja haha. Kebiasaan lo dari dulu nggak ilang." Alea kemudian duduk disebelah gadis berambut ikal. "Kenya, lo apa kabar gue kangen banget tau." ucap gadis itu memeluk Alea. "Sal, gue sibuk karna taulah gue mendekati skripsi haha." "Iya Lea, lo masih suka sama pangeran berkuda lo Arka?" "Cindy, yaiyalah gue kan setia banget." "Gila gilaa, jadi dari dulu jomblo lo Nya?" gadis bernama Stella andil bertanya. "Ya gimana lagi, hati gue udah kekunci." "Sinting banget dah, nolak ribuan cowok buat Arka doang. Gila nih ciwi gue." "Ya gimana dong takdir Ran." "Lo mau pesen apa Nya?" giliran Kendra bertanya. "Gue mau minum aja yang seger." "Tenang aja Nya, semua dibayar Kendra si MUA terkenal." "Ah bisa aja lo pada." Kendra tersipu malu. "Udah gausah godain pangeran gue tau." "Pangeran - pangeran mata lo. Dia tunangan gue sekarang." Alea ditoyor oleh Cindy. "Seriusan? Kok bisa lo sama Kendra." "Iyalah, takdir Tuhan hahah." "Undang gue yaa kalau nikah Cind," "Siap." Tak lama kemudian pelayan datang dan membawa beberapa pesanan mereka. Mereka tertawa berbincang melepaskan kerinduan satu sama lain. Waktu sudah menunjukan pukul 18:30. Dengan sibuk gadis tersebut memilih dress yang ada di walk closet nya. Tak ada satupun yang dapat ia pilih, bingung yang menjalar membuat Alea menyerah dan menghubungi seseorang. "Halo Ken, datang ke rumah gue sekarang." kata Alea. "Oke, gue tunggu 15 menit dari sekarang." Panggilan pun ditutup oleh Alea.  Alea fikir ia harus benar-benar memperhatikan penampilannya, karena nanti malam adalah pertemuannya dengan keluarga Arka. Selang beberapa menit, bel pintu rumah dibunyikan. Edgar yang mendengar segera membuka pintu nya. "Hi Gar, adik lu ada kan?" kata laki - laki yang sedikit feminim. "Kendra? Ngapain kesini?" "Adik lo calling calling gue. Suruh bantuin dia prepare." jawabnya. "Ada didalem noh. Lu masuk aja ke kamar nya." "Thanks ya Gar." Alea yang baru turun dari lantai dua melihat kakak nya berinteraksi segera menghampiri mereka berdua. "Ken, ayo cepetan ini udah setengah tujuh. Bang lo cepet prepare buat dinner dirumah Arka. Ayo cepetan." ditarik nya tangan Kendra dengan tergesa. "Adik gue ribet bener, cuma makan malem doang dahh." ucap Edgar yang melihat tingkah Alea. Sementara di kamar Alea, Alea sedang di rias oleh MUA ternama Kendra Hutama. Dipoles nya wajah cantik Alea, diberi sedikit sentuhan jemari lihai Kendra dan menghasilkan maha karya yang Indah. "Nyaa, lo cantik deh.. lu emang polosan aja udah cantik apalagi gue dempulin haha." canda Kendra. "Lo bisa aja haha, sorry ya Ken job lo pasti banyakk banget tapi gue nyuruh lo ke sini. Gue minta maaf." "Gamasalah Nyaa, job gue udah di handle sama asisten gue. Sekarang lo pake dress yang gue siapin, gue mau bikin penampilan lo terkesan didepan keluarga Arka. Gue tau perjuangan lo selama ini." ucap nya sambil menepuk bahu Alea. Setelah 10 menit berlalu, Kendra yang menunggu sambil bermain ponsel terkejut saat Alea keluar dari walk closet nya. Rambut yang dibiarkan tergerai panjang lurus dengan sedikit curly an dibagian bawah membuat siapun yang melihat kagum. Tak lupa dengan dress selutut berwarna hitam dengan sedikit bordir bunga disisi kiri d**a membuat penampilan Alea menjadi sempurna. Alea yang merasa diperhatikan detail dengan Kendra mengerjapkan mata nya bingung. "Lo kenapa ?" tanya Alea bingung. "Serius Nya lo cantik. Gue yakin Arka ga bakal nolak lo." "Secantik apapun gue Arka ga pernah liat gue Ken." Kata Alea dengan memperlihatkan senyum nya. "Lo aja gatau Nya, selama ini gue suka sama lo. Tapi nyatanya lo lebih milih Arka." Batin Kendra dengan tersenyum kecut. "Hey cewek bar - bar. Kemana semangat lo kaya dulu? Pesimis amat say." Hibur Kendra. "Yeaaa gue sikut nih ngatain gue haha." "Bar - bar amat. Yang alus napa jadi cewe. Suami lo bakal KO kalau bini nya entar kaya lo." "Cintai aku apaa adanya buangg." canda Alea. "Ni anak dibilangin bandel amat. Pantes abang lo sampe pusing bilangin lo. Drama queen haha." "Udah ah gue brangkat dulu." "Pokoknya lu harus pede aja oke." "Siap captain" ucap Alea sambil memberikan hormat kepada Kendra. Alea berangkat menggunakan mobilnya sendiri, sedangkan Edgar dan kedua orang tuanya menggunakan mobil milik Edgar. Sengaja Alea meminta agar terpisah, agar dia bisa lebih leluasa memoles dirinya dengan maksimal. Serasa sudah cukup puas dengan penampilan nya, Alea memutuskan untuk segera berangkat ke kediaman Arka. "Ken, gue pergi ya. Doain gue semoga gue lamaran sama Arka haha." Candanya. "Tiba - tiba ntar gue yang lamaran sama Arka Nyaa. Hahah" balas Kendra. "s****n lo, langkahin gue dulu." Rajuk Alea kesal. "Eh eh, anak gadis gaboleh ngumpat udah cantik juga. Sono lu brangkat. Berdoa semoga aja Tuhan selalu memberikan lo kemudahan." "Iya amin makasih ya, gue pergi dulu ya." Ucap nya sambil memeluk Kendra. Dibalas nya pelukan dari Alea, "Sukses Nyaaa." Ucap Kendra sambil melambaikan tangan dari kejauhan. Butuh 30 menit untuk Alea sampai dikediaman Arka. Alea pun langsung memasuki kediaman Arka, ditekan nya bell. Pintu terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya membukakan pintu untuk dirinya. "Non Lea, silahkan masuk non." Ucapnya ramah. "Terimakasih bi." Alea kemudian memasuki rumah Arka. Sayup - sayup terdengar suara perdebatan yang membuat Alea menghentikan langkah kakinya, entah kenapa suara laki - laki yang tengah berdebat, Alea merasa familiar. "Ma, Aku sudah ada pilihan lain." Ucap laki - laki di sebrang sana dengan posisi membelakangi Alea. Alea yang penasaran hanya mendengarkan tidak jauh dari nya. "Arka!" Teriak seorang laki - laki yang mulai emosi karna jawaban tersebut. "Pa, Ana adalah pilihan aku. Seharusnya papa menghargai Arka." Ucapnya tak kalah dingin sambil menggandeng sosok wanita disebelahnya. "Arka? Sebenernya apa yang mereka debatkan sehingga mereka bertengkar seperti itu?" Rasa penasaran mulai dirasakan oleh Alea, Alea yang masih setia berdiri mencoba mendengarkan tanpa mau melanjutkan langkahnya. "Sienna adalah pilihan Arka ma, pa. Bukan Alea." Ucap nya dingin namun penuh penekanan. Deg Jantung nya serasa ingin berhenti, kaki nya lemas rasanya ingin lunglai tak berdaya. Hatinya sakit mendengar Arka mencintai orang lain. Matanya memerah, cairan bening jatuh tanpa bisa ia tahan lagi. "Kakak?" Kata yang akhirnya dapat keluar dari mulut Alea. Semua orang yang mendengar menoleh ke sumber suara. Iris matanya menatap sosok gadis yang sedang digenggam erat dengan Arka seakan tidak ingin gadis tersebut meninggalkannya. "Ini ga mungkin." Lirih Alea pelan, sambil menggeleng - geleng kan. Semua nya terkejut, begitu juga dengan Alea yang terkejut mengetahui fakta bahwa laki - laki yang ia cintai selama ini ternyata mencintai kakak nya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD