Masuk rumah dengan suara ketukan tongkat pada lantai yang terdengar sampai di ruangan tengah. Di sana, kedua wanita yang sedang melihat-lihat beberapa model pakaian jadi melirik ke arah sumber suara.
"Halo Tante, apakah mama memiliki selera yang menyulitkanmu?" Zoya menyapa fashion designer yang juga sudah menjadi teman mamanya. Wanita itu bahkan sering membuatkan baju khusus untuknya.
"Tidak, mamamu sudah menyukai satu. Tapi ceritakan, apa yang terjadi pada kakimu? Kamu mengalami kecelakaan?" tanyanya agak khawatir, karena Zoya terlihat agak kesulitan saat berjalan.
"Dia bertengkar dengan temannya, bukankah hebat? Kami hanya memiliki satu anak berjenis kelamin perempuan, tapi dia hampir menjadi jagoan!" keluh Shana untuk menggoda putrinya.
Zoya memeluk designer tersebut, kemudian duduk di sebelah mamanya. Melihat beberapa helai pakaian yang ada di gantungan, dan beberapa lagi masih ada di dalam kantung khusus. "Mama, aku mau memakai gaun warna merah!"
Shana menoleh, dia mengusap puncak kepala putrinya. "Sayang, melihat keadaanmu, lebih baik jika kamu tidak ikut. Maaf, tapi ini keputusan mama dan papa. Nanti mama akan meminta Raksa untuk menemanimu di rumah!"
Zoya langsung menggeleng. Dia tidak bisa tidak ikut. "Ma, Zoya mau ikut. Besok Zoya sudah bisa berjalan tanpa tongkat. Tadi Zoya sudah memeriksakannya ke dokter. Dan kondisi kaki Zoya sudah membaik!"
"Jika kamu tetap di rumah dan beristirahat, kakimu akan segera sembuh. Lagipula itu hanya acara pernikahan teman papa dan mama, kamu tidak harus memaksakan diri!" Shana sudah membicarakan masalah ini dengan suaminya, dan melihat bagaimana Zoya jadi kehilangan banyak waktu tertunda karena cidera yang dialaminya, mereka ingin Zoya tetap di rumah untuk masa penyembuhan.
"Kenapa, Ma? Zoya ingin ikut. Please, mama dan papa tidak perlu memperhatikan Zoya di sana. Zoya bisa menjaga diri. Zoya ikut ya, Ma?" Zoya tidak menyangka dengan perubahan ini, padahal dia telah memiliki rencana.
"Are you serious? Mama and papa memutuskan hal ini karena memikirkan kondisimu!" Shana pikir Zoya akan merasa senang, karena akhirnya dia dan Zian tidak memintanya ikut. Karena mereka akan meminta Raksa menjaga Zoya selama mereka pergi.
"Ya, Mama. Zoya ingin ikut!"
Zoya tidak ingin rencananya gagal. Alasan kenapa dia tidak mau ikut olimpiade, adalah karena dia ingin ikut pergi ke Singapore. Di kehidupan sebelumnya, dia pergi untuk olimpiade, sehingga mama dan papanya pergi berdua saja. Dia tidak menyangka, bahkan setelah dia tidak ikut olimpiade, tidak ada yang berubah dengan kepergian mama dan papanya ke Singapore. Di sini dia sadar, ada beberapa hal yang tetap terjadi seperti yang ada diingatannya, perannya tidak merubah banyak hal.
"Halo, semua!" Raksa datang tanpa mengetuk pintu dengan membawa sekotak kue.
"Hai, Raksa sini duduk, nak!" Shana meminta remaja laki-laki itu duduk.
"Wah, dia seperti model!" ucap designer yang melihat bagaimana penampilan Raksa, bersih dan keren dengan citra remaja baik yang sopan.
"Ini tetangga baru kami!" Shana memperkenalkan Raksa dengan bangga.
"Dia anak angkat mama dan papa!" Zoya menimpali, memperbaiki perkenalan itu.
Raksa tertawa saja. Dia membuka kotak kue yang dibawanya, mengambil satu dan mengulurkannya pada Zoya. Itu adalah kue brownies kesukaan Zian, tapi semua keluarga Pyralis juga menyukainya.
Zoya mengambil kue yang diulurkan oleh Raksa. Memakannya dan merasakan rasa coklat yang begitu manis. "Papaku sangat suka ini. Tawarkan pada yang lain juga!" suruhnya pada Raksa.
Shana menolak, karena dia masih akan memegang pakaian, tapi tangannya terulur untuk mengusap rambut Raksa gemas. Anak laki-laki yang manis, bahkan terlihat lebih manis dari putrinya.
"Ma, Raksa bisa ikut kita. Dia akan duduk bersamaku. Jadi mama dan papa tidak perlu khawatir!" Zoya kembali melanjutkan pembahasan tadi. Karena mamanya masih belum setuju untuk dia ikut.
"Hah? Kemana?" Raksa tidak tahu apapun, tiba-tiba namanya disebutkan.
Shana menyipitkan matanya. Putrinya begitu gigih ingin ikut. Tidak ada alasan untuk menolaknya lagi, jadi dia mengangguk menyetujui. "Kalau begitu pilih gaunmu," Shana melirik pada temannya, untuk membantu Zoya memilih gaun rancangannya. Kemudian melihat pada Raksa. "Raksa, apakah kamu memiliki setelan jas? Jika tidak, pakai kemeja saja tidak masalah. Pakai apapun yang ingin kamu pakai!"
"Kita akan kemana?" Raksa menggaruk belakang kepalanya, dia belum mengatakan persetujuan untuk ikut padahal.
"Oh, aku lupa mengatakannya. Kami akan menghadiri acara pernikahan teman kami. Kita akan berangkat besok pagi, dan pulang pagi besoknya. Masalah izinmu, nanti papanya Zoya yang akan mengurusnya!" Shana menjelaskan sambil sibuk melihat-lihat pakaian yang dibawa temannya itu.
Zoya melihat wajah bingung Raksa. Dia merasa kasihan, karena tidak bicara dulu untuk menanyakan apakah Raksa memiliki kesibukan atau tidak. Atau apakah laki-laki itu bersedia atau tidak. Tapi masalahnya, dia butuh keberadaannya untuk meyakinkan mama dan papanya, kalau dia bisa ikut.
"Aku akan ikut!" Raksa mengatakannya tanpa suara pada Zoya. Dia melihat kekhawatiran di wajah wanita itu. Dan menenangkannya dengan menuruti keinginannya.
"Enak?" Raksa kembali mengulurkan sepotong kue lagi, tapi kali ini langsung di bawa ke depan mulut Zoya. Karena wanita itu sedang memegang gaun.
"Mm!" Zoya mengangguk, dia mengunyah potongan kue itu yang memenuhi mulutnya.
Sekarang Zoya mengerti kenapa mamanya sangat menyukai Raksa. Laki-laki itu begitu perhatian dan manis dalam bersikap. Bisa melembutkan hati orang. Meskipun begitu, Zoya masih sangat penasaran dengan tetangga barunya itu. Karena dia masih sedikit yakin pernah melihatnya sebelumnya di suatu tempat.
"Aku akan mencobanya di kamar tamu!" Zoya mengatakan pada semua orang, kemudian menyerahkan gaun itu pada Raksa untuk membantunya membawakannya sampai ke kamar tamu. Dia sendiri sudah cukup kesulitan dengan cara jalannya dan tongkatnya.
"Kakak masih butuh banyak istirahat, kenapa memilih bepergian jauh?" Raksa agak kasihan melihat wanita cantik itu bahkan masih sulit berjalan.
Zoya menghela napas panjang, karena Raksa tidak memperbaiki panggilan terhadapnya. "Aku sudah memeriksakannya lagi. Nanti malam aku akan berlatih berjalan tanpa tongkat, dokter bilang kakiku sudah cukup baik untuk digunakan berjalan lagi. Besok, aku tidak perlu tongkat ini lagi, meskipun mungkin masih berjalan sedikit pincang!"
Raksa melihat Zoya masih agak kesakitan menapakkan kakinya di lantai. Jadi, bagaimana mungkin itu baik-baik saja. Dia tahu wanita itu memaksakan diri. "Benarkah? Apa yang menarik dari pesta itu. Kenapa kamu sangat ingin datang?"
"Emh, aku punya alasan sendiri." Zoya tidak ingin menjelaskan rencananya, tapi melihat tatapan khawatir Raksa, dia agak merasa tidak nyaman. "Ada seorang designer terkenal yang akan hadir juga sebagai tamu undangan di pesta tersebut. Aku harus bertemu dengannya. Apapun yang terjadi, aku harus bertemu dia!"
"Kenapa?" Raksa masih tidak mengerti, kenapa Zoya harus bertemu dengan orang itu.
Menghirup napas dalam-dalam, Zoya menatap mata Raksa. "Karena dia akan menjadi jalan untukku bisa mencapai tujuanku lebih cepat. Kemarikan gaunku, tunggu di sini!"
Raksa memberikan gaun di tangannya. Melihat pintu tertutup di depannya. "Kakak, kamu harus menjelaskannya, agar aku mengerti dan dapat membantumu!" Entah kenapa, Raksa bisa merasakan kalau Zoya bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Artinya memang serius. Dan dia akan membantu jika ada yang bisa dilakukannya.
"Kau sedang mencoba jadi anak laki-laki keluargaku? Kenapa terus memanggilku dengan panggilan itu!" Zoya menyahut dari dalam. Dan dari suaranya terdengar agak kesal. Mendengar hal tersebut, Raksa hanya tersenyum saja.