KING (The Real Mafia)

Sindikat Beracun

King harus mempelajari dari yang paling jahat, dia sedang terhubung dengan pelaku pembunuhan yang menggunakan racun sebagai senjata. Tentu bukan hal sederhana, terlebih data yang ia kumpulkan menyebutkan nama-nama asing dengan tingkat kemampuan mumpuni untuk menjadi penjahat kelas dunia. Bersama Dokter Hans, dia mulai mengenali lawan yang akan dihadapi.

“Hemlock atau conium adalah tanaman berbunga yang sangat beracun di Eropa dan Afrika Selatan, salah satu jenis racun populer di zaman Yunani kuno. Digunakan untuk membunuh tawanan mereka. Untuk orang dewasa, sekitar 8 daun tanaman dapat berakibat fatal, membunuh perlahan.” Dokter Hans menjelaskan ulang mengenai jenis racun yang coba ditusukkan pada Belva malam itu, “kematian akan diawali dengan kelumpuhan hingga berhentinya sistem pernapasan. Socrates dihukum diberi infus yang dicampur racun ini.”

King hanya memainkan lidah di dinding mulut, dia mencoba menemukan hal-hal masuk akal tentang komplotan ini. Mereka sangat menyukai zat beracun, membunuh dengan sesuatu yang sangat digemari oleh kalangan pejabat elit. Benar, mereka yang tergolong masih muda tampaknya memang berasal dari kalangan berada.

“Jenis racun kedua, bisa menjelaskan dengan sederhana?” King meminta Dokter Hans menjabarkan tentang hal yang selama ini hanya menjadi fantasi karena lebih menyukai pertarungan dibanding aksi super licik, baginya kematian telak akan terasa menyenangkan jika dilakukan dengan cara jantan.

“Aconite berasal dari tanaman monkshood. Racun ini dapat menyebabkan teganggunya fungsi jantung aritmia yang menyebabkan korban mati lemas. Keracunan dapat terjadi bahkan hanya dengan menyentuh daun tanaman tanpa mengenakan sarung tangan, karena sangat cepat dan mudah diserap. Sifatnya yang tidak bisa dilacak membuatnya menjadi salah satu yang populer digunakan untuk membunuh karena tidak meninggalkan jejak. Salah satu korban terkenal adalah Kaisar Claudius yang dikatakan telah diracuni oleh istrinya, Agrippina.” Lagi-lagi penjelasan ini membuat King mulai bernalar serius, mengambil satu kesimpulan tentang kelompok yang mengagumi para pembunuh terdahulu. Hanya komunitas lalat penyuka sampah!

King tak menanggapi, tetapi dia memberikan isyarat agar Dokter Hans memberikan gambaran tentang semua jenis racun yang dipakai oleh para pelaku penjahat yang kemungkinan akan menggiring pada pemburu Belva. Siapa pun dalang di balik kejahatan tanpa perasaan, dipastikan bisa merasakan sakit serupa. Pria itu tentu benar-benar menjadikan nyata ucapannya.

Jenis ketiga adalah Belladona. Nama tanaman ini berasal dari bahasa Italia yang berarti “wanita cantik”. Sebab, di abad pertengahan, tanaman ini banyak digunakan untuk tujuan kosmetik. Meski terlihat bermanfaat, daun ini sangat mematikan jika sampai daunnya tertelan. Bahkan tak jarang racunnya digunakan pada busur panah. Buahnya lebih berbahaya lagi. Cukup 10 buah untuk menghilangkan nyawa seseorang.

Kemudian Dimethylmercury, dianggap pembunuh lambat buatan manusia. Namun, justru inilah yang membuatnya lebih berbahaya. Penyerapan dosis serendah 0.1 ml telah terbukti berakibat fatal. Gejala keracunan baru mulai muncul setelah berbulan-bulan paparan awal sehingga terlambat untuk diobati. Pada tahun 1996, seorang profesor kimia di Dartmouth College, New Hampshire, terkena tumpahan dua tetes di tangan bersarungnya. Gejala baru muncul empat bulan kemudian, lalu meninggal di bulan ke-10.

“Jenis keenam adalah Tetrodotoxin. Zat ini ditemukan dalam dua makhluk laut, gurita cincin biru dan ikan puffer. Gurita adalah yang paling berbahaya karena sengaja menyuntikkan racun dan mampu membunuh dalam hitungan menit. Zat ini mampu menghabisi 26 orang dewasa manusia dalam beberapa menit. Gigitannya sendiri sering tidak menyakitkan, hingga begitu banyak korban baru menyadari bahwa mereka telah digigit hanya ketika mereka mengalami kelumpuhan.” Dokter Hans melanjutkan hingga jenis racun yang berasal dari binatang laut, “di sisi lain, ikan puffer hanya mematikan jika dikonsumsi. Hanya saja, ekstrak dari racun ini sudah dibuat lebih simpel dan diperjualbelikan secara ilegal.”

Selanjutnya, Dokter Hans mengupas tentang polonium, racun radioaktif. Pembunuh lambat tanpa ada obatnya. Satu gram zat yang menguap bisa membunuh sekitar 1,5 juta orang hanya dalam beberapa bulan. Kasus yang paling terkenal adalah kematian mantan mata-mata Rusia Alexander Litvinenko. Polonium ditemukan dalam cangkir tehnya, dosis 200 kali lebih tinggi dari dosis umum, yang sudah mematikan. Dia meninggal dalam waktu tiga minggu.

“Salah satu dari anggota yang menyebut komunitas ini sebagai Poison, mereka menggunakan merkuri. Ada tiga bentuk merkuri yang sangat berbahaya. Unsur merkuri dapat dengan mudah ditemukan di termometer kaca. Zat ini tidak berbahaya jika disentuh, tapi mematikan jika terhirup.” Kembali Dokter Hans memberikan penjelasan yang hanya King respon dengan muka serius, “merkuri anorganik digunakan untuk membuat baterai, dan mematikan hanya bila tertelan. Sebuah kematian yang terkenal disebabkan oleh merkuri terjadi pada Amadeus Mozart, yang diberi pil merkuri untuk mengobati sifilisnya.”

Untuk jenis berikutnya, King sangat mengenal racun tersebut. Sianida tampaknya menjadi sangat populer karena mata-mata selalu menggunakan pil sianida untuk bunuh diri ketika tertangkap. Namun, dia tidak menyela saat sang dokter kembali menjelaskan.

Sianida dapat menjadi pembunuh yang cepat, tergantung pada dosis, kematian terjadi hanya dalam satu sampai 15 menit. Dalam bentuk gas, hidrogen sianida, digunakan oleh Nazi Jerman untuk pembunuhan massal di kamar gas selama h*******t. Kasus tersebut bukan rahasia lagi.

“Botulinum toxin menyebabkan botulisme, kondisi fatal jika tidak segera diobati. Ini melibatkan kelumpuhan otot, yang pada akhirnya mengarah pada kelumpuhan sistem pernafasan yang dapat berujung kematian. Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka atau dengan menelan makanan yang terkontaminasi. Sekadar informasi, toksin botulinum adalah hal yang sama yang digunakan untuk suntikan Botox.” Ini penjelasan tentang racun berikutnya, ternyata ada banyak sekali jenis yang mereka pakai hanya untuk mencapai kepuasan untuk melenyapkan manusia.

King memang sudah sering melakukan perbuatan kotor tersebut, menghabisi nyawa hanya demi kepuasan semata, dia sedikit menyesal setelah menjadi makhluk sampah bernama Kacung. Mereka bahkan mengencingi kepalanya, kemungkinan Tuhan sedang menegur melalui cara berbeda. Mengatakan tentang jalan salah yang ia tempuh selama ini.

‘Tuhan, apa mommy sedang mencoba mengingatkan tentang semua perbuatan terkutuk yang kulakukan selama ini? Kenapa Engkau menjebakku pada gadis kekanakan yang sangat berisik? Aku bukan sedang mencoba menjadi konyol kembali, tetapi menjadikanku Kacung telah menumbuhkan sisi manusia dalam diri ini. Bagaimana aku harus mengatasinya?’ gumam King setelah menyadari tentang perasaan menyesal tentang semua hal, perasaan bersalah atas apa pun yang ia lakukan dengan brutal di masa lalu.

“King, apa bisa kulanjut?” Dokter Hans menangkap gelagat tak biasa dari sang mafia, pra itu mengangguk kembali sembari menunggu kelanjutan penjelasan tentang komunitas anak muda yang menobatkan diri sebagai Grim Rapper.

Jenis terakhir yang paling terkenal, arsenik telah disebut "Raja Segala Racun". Zat ini hampir tidak terdeteksi, sehingga sangat sering digunakan sebagai senjata pembunuhan. Bahkan, di berbagai karya fiksi sangat populer.

Racun ini dapat dengan mudah menyatu dalam air, makanan dan sejenisnya. Arsenik telah mengambil banyak nyawa yang terkenal, seperti Napoleon Bonaparte, George ke3 dari Inggris, dan Simon Bolivar. Dokter Hans mengakhiri penjelasannya.

“Apa kamu akan menangkap kawanan ini?” tanya Dokter Hans dengan sangat hati-hati, “Posion dikenal dengan sebutan Grim Rapper, mereka benar-benar Malaikat Maut yang tak akan menunda kematian seseorang. Jangan memasuki sarang maut.”

“Aku sudah melewati maut, tak akan takut pada ketakutan kecil yang mereka ciptakan. Menjebakku sebagai pelaku pembunuhan hanya karena cacat mental?” King sengaja menghentikan kata sambil menyeringai, “mereka akan menyesal telah menghina kaum difabel sepertiku.”

***