Jello memasuki klub malam dengan rambut acak-acakannya, setelah beberapa minggu dirinya tidak pergi ke klub malam. Dirinya ingin melepas penat badan dan pikirannya. Gosip tentang dirinya bukan mereda, malah semakin menjadi-jadi.
Ayah dan ibunya sudah memarahi dirinya, menyuruh Jello untuk segera menikah agar berita sialan itu menghilang. Jello bukannya tidak mau menikah, tapi, siapa wanita yang mau diajak menikah kontrak dengannya.
Jello tidak akan mau terikat seumur hidupnya dengan satu wanita. Banyak wanita-wanita cantik luaran ingin memuaskna hasratnya, kenapa ia harus terfokus pada satu wanita yang pastinya akan membuat dirinya bosan.
Jello mengumpat, ketika merasakan dirinya ingin membuang air kecil. Seharusnya Jello bisa langsung menikmati minuman bukannya pergi ke toilet lebih dahulu. Jello berjalan menuju belakang klub malam untuk membuang air seninya.
Jello memasuki salah satu bilik toilet lelaki dan mendesah lega, ketika yang menjadi penghalang dirinya menikmati minuman keluar juga. Jello keluar dan merapikan kembali penampilan dirinya.
Pria itu tersenyum dan terus berjalan dan menelusuri keremangan yang berada di lorong kamar mandi. Jello menghentikan langkahnya, ketika mendapati wajah cantik gadis yang ditemuinya beberapa hari yang lalu di restoran.
Gadis itu sedang mengikat rambutnya ke atas dengan wajah berpolesan make-up dan pakaian pelayan klub malam. Jello menyeringai, ternyata gadis cantik itu juga bekerja di sini. Ahh, Jello tidak sabar menyapa gadis itu dan manatahu dirinya beruntung bisa tidur dengan gadis itu.
Jello berjalan mendekati gadis cantik itu dan tersenyum ketiks sudah sampai di depan gadis itu.
Bella menatap bingung pada pria yang tersenyum padanya sekarang. Dia merasa tidak pernah mengenal pria ini, dan kenapa pula pria itu tersenyum dan sok kenal padanya.
"Hai, kita bertemu lagi," ucap Jello tersenyum ramah.
Bella menaikkan sebelah alisnya, merasa tidak pernah bertemu dengan pria yang diakuonya tampan. Malahan sangat tampan. Bella baru bertemu dengan pria itu malam ini. Bagaimana mungkin pria itu mengatakan kalau kita bertemu lagi.
"Maaf, aku tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya," ucap Bella bernada lembut.
Kebiasaan Bella selalu menggunakan nada lembut pada semua orang yang berbicara padanya. Dirinya yang bersikap lemah lembut, kerap kali membuatnya kadang ditindas oleh orang-orang.
Jello tertawa pelan mendengar ucapan dari gadis itu. Waktu gadis itu mengantar makanan, gadis itu tidak menatap padanya dan ingin segera pergi untuk mengantarkan pesanan orang lain.
Malam ini, betapa beruntungnya Jello bertemu lagi dengan gadis cantik yang menggoda baginya. Gadis itu pasti masih perawan, Jello tersenyum sinis dalam hatinya. Ia sudah tidak sabar membawa gadis itu ke atas ranjangnya.
"Aku pernah ke restoran tempatmu bekerja. Kau mengantarkan makanan untukku dan temanku," ucap Jello memberitahu gadis itu.
Bella mengangguk, ia masih tidak bisa mengingatnya. Begitu banyak pelanggan restoran dan dirinya tidak pernah mau menatap satu persatu pelanggan di restoran.
"Maaf, aku sungguh lupa," ucap Bella merasa bersalah.
Jello menggeleng, "wajar kau lupa. Pelanggan restoran bukan aku saja," ujar Jello tersenyum manis.
Bella mengangguk, membenarkan ucapan pria tampan itu. Dan kenapa juga pria itu meramah tamah padanya. Padahal Bella bukanlah siapa-siapa. Dirinya hanya orang miskin dan selalu bekeja.
"Saya permisi dulu," pamit Bella.
Tapi, baru selangkah Jello sudah menarik pergelangan tangan Bella, sehingga gadis itu menghentikan langkahnya dan menatap pada Jello dengan tatapan bingungnya.
"Namamu siapa?" tanya Jello langsung.
Bella tersenyum dan menyingkirkan tangan Jello dari tangannya. "Namaku Erabella, kau bisa memanggilnya Bella," ucap Bella.
Jello tersenyum senang. "Namaku Jello, senang berkenalan dengamu, Bella."
Bella hanya mengangguk dan kembali berjalan menjauhi Jello, dirinya tidak akan bisa meladeni pria itu terus menerus, dirinya harus bekerja dan mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ibunya.
Bella memerlukan banyak uang untuk membayar biaya rumah sakit ibunya. Dia rela kerja dari pagi sampai pagi. Dirinya hanya ingin ibunya sembuh dan tersenyum padanya lagi.
Jello menatap kepergian Bella dengan tatapan tajamnya. Ia akan mendapatkan gadis itu di atas ranjangnya. Tunggu, Jello lebih mempunyai ide yang baik untuk mendapatkan Bella. Mengingat gadis itu bekerja siang dan malam.
Ahh, kenapa Jello tidak menjadikan Bella sebagai istrinya saja. Dirinya akan menawarkan uang yang banyak untuk gadis itu, agar mau menjadi isrri kontraknya.
Jello menyeringai, mengambil ponselnya dan menyuruh orang kepercayaannya untuk mencari tahu tentang Erabella, gadis yang begitu menawan dan menggoda dirinya.
Jello terus tersenyum dan berjalan menuju salah satu sofa di sudut klub malam, dirinya terus memerhatikan gerak-geraik dari Bella, membuat dirinya semakin mengembangkan senyuman manisnya.
Ia sudah tidak sabar menjadikan gadis itu menjadi istri sementaranya. Bella dapat dan dirinya tidak kena marah lagi oleh keluarga Cullens.
"Jello, kau tidak gila, 'kan? Bagaimana mungkin kau tersenyum sendiri!"
Jello mendengkus mendengar suara sahabatnya. Pria itu terlambat datang dan malah sekarang langsung menuduhnya gila, padahal dirinya masih sangat waras..
"Aku masih waras! Kau yang sudah gila!" Jello menatap kesal pada Gavin dan menyesap minumannya.
Gavin tertawa mendengar ucapan Jello, ikut mengambil minuman yang berads di meja. Walau minuman di atas meja hanya sebuah bir kaleng mereka tidak masalah. Belum saatnya mereka memesan minuman yang lebih berbobot daripada ini.
Jello memanggil pelayan dan memesan minuman terbaik di sini. Dirinya ingin minum saja malam ini, tanpa ditemani oleh wanita penghibur yang akan membuat juinornya terpuaskan. Jello hanya ingin tidur dengan Bella.
Mengingat gadis itu lagi, membuatnya ingin memeluk tubuh seksi itu dan mencium bibir Bella dengan gerakan sensual. Membayangkannya sudah membuat junior Jello menegang.
Gavin menatap ke sekeliling klub malam, matanya membola melihat gadis yang dipuja oleh Jello beberapa hari yang lalu. Pelayan restoran yang sangat cantik dan menggoda. Sekarang gadis itu sedang mengantar minuman dengan senyuman tipisnya.
"Jello, dia gadis pelayan itu, bukan?" tanya Gavin menunjuk pada gadis itu.
Jello mengikuti telunjuk Gavin dan tersenyum, melihat bagaimana Bella mengantar minuman dan tersenyum tipis. Gadis itu begitu cantik dan menggoda.
Jello mengepalkan tangannya, melihat beberapa pria menggoda Bella dan ingin menyentuh b****g Bella. Sialan. Hanya dirinya yang boleh menyentuh b****g gadis itu.
"Ya, aku sempat berkenalan dengannya," ucap Jello dengan senyuman bangganya.
Gavin mendelik, sahabatnya itu sungguh playboy sejati. Bagaimana pria itu selalu bergonta-ganti pasangan tidur, bukan pasangan hidup. Gavin berharap Jello mau setia pada istrinya kelak.
"Kau gerak cepat ternyata. Kau berulang kali makan di restoran itu dan tidak menemukan gadis itu, sehingga malam ini kau melihatnya dan langsung mengajaknya berkenalan."
Jello mengangkat bahunya acuh tak acuh dan kembali menyesap minuman bir yang berada di tangannya. "Aku berencana menikahi dia. Bagaimana menurutmu?" tanya Jello meminta pendapat.
"Kau gila?!" tanya Gavin balik.
Gavin terkejut mendengar ucapan Jello, pria berengsek itu ingin menikahi gadis sebaik itu? Walau gadis itu bekerja di klub malam, tapi, Gavin melihat gadis itu hanya pelayan pengantar minuman bukan p*****r.
Gavin tidak ingin gadis itu merasakan nasib sial menikah dengan Jello. Pria itu tak mau menikah selamanya, hanya sementara. Dan gadis itu pasti mencari pendamping untuk seumur hidupnya bukan sementara seperti Jello.
"Aku tidak gila. Aku akan menikahinya. Dia akan menjadi istri sementaraku dan melakukan pernikahan kontrak denganku," ucap Jello menatap tajam pada Bella yang terus tersenyum ketika mengantarkan minuman.
"Aku akan menikahinya. Kau lihat saja, dalam waktu dekat aku akan menikah dengannya."
Gavin menggeleng dan hanya diam. Dirinya tidak mau meladeni ucapan Jello, yang baginya Jello sudah kehilangan kewarasan. Mudahan saja gadis itu bisa tahan dengan Jello nantinya, karena Jello itu pria laknat!
*olc*