Suara melodi lantunan piano mengiringi seluruh restaurant, terlihat hanya ada Prass dan Nara di dalam restaurant mewah ini. Nara yang memakai gaun berwarna biru tua serta perhiasan bertabur berlian membuat penampilannya pantas untuk Prass manjakan, setiap kali bersama Nara tidak akan goyah jika seorang Prass harus selalu berpura-pura baik didepan Nara karena menurutnya dengan berpura-pura baik adalah cara terbaik agar sesuatu hal yang buruk di kehidupan Monica tidak terjadi.
'Pertunangan ini hanya status! terlebih semenjak bokapnya Nara ngancam gue itu membuat gue tertekan dan kalut dan bodohnya lagi gw melepaskan Monica.' batin Prass Devano yang duduk dengan serbet yang dibubuhkan di sekitar bibir dan mata dingin menatap seorang Nara.
"Sebentar lagi jam 22.00 wib, kita langsung pulang aja ya sayang, tadi meeting aku menghasilkan banyak berkas jadi sepertinya aku bakalan lembur malam ini."
Nara melanjutkan hidangan makanan penutup dihadapan Prass dengan senyuman manis dan hangat dengan meminum jus alpukat di gelas kaca.
"Enggak papa kok Pras, aku ngerti dan juga mulai besok kan aku di apartemen dekat kantor kamu jadi aku bisa selalu ngeliat kamu."
Terkejut akan pernyataan Nara, Prass pun berhenti melanjutkan makan malam selepas Nara berbicara.
Prass tersedak, "Uhukk...uhukk."
"Kenapa Pras? Pras, kayaknya kamu capek ya? Yaudah kita pulang aja kalau gitu."
Prass membereskan bibirnya dan jas blazernya dengan saputangan miliknya dan beranjak pergi dari restaurant. pianist yang melayani Prass dan Nara pun berhenti memainkan piano serta para pelayan yang berbicara ucapan terimakasih sebagai salam penutup makan malam ini, Prass tetap terdiam tanpa kata dan berjalan dengan Nara yang menggandeng tangannya melewati lorong restaurant mewah.
Prass semakin angkuh dengan sifatnya yang dingin.
"Aku antar kamu cuma sampai rumah ya, aku langsung ke kantor sepertinya aku lembur karena banyak banget berkas di kantor" Prass kembali berbicara disamping Nara, menatap wajah cantik yang terpoles sempurna dengan balutan gaun yang ia beli untuknya.
Nara menatap lembut seorang Prass, "Yaudah ga papa, aku ngerti kok Pras."
Tak berlangsung lama Prass dan Nara pun masuk ke mobil lambhorgini merah yang ia parkir di hall restaurant.
Dua jam kemudian.
"Kamu hati-hati dirumah ya? Aku ga turun," Prass hanya menatap Nara yang turun dari mobil miliknya, ia yang kehilangan gairah untuk membukakan pintu mobil untuknya.
Terlihat Nara yang terdiam dengan memegang clutch berwarna hitam dan tersenyum kecil "sayang, kamu ga cium kening aku?" seperti biasa Nara dengan nada memohonnya.
Prass mencium kening Nara dan menyuruhnya masuk kedalam rumah, Nara yang turun dengan wajah agak masam langsung masuk kedalam rumah. Tanpa fikir panjang Prass memarkir kembali mobil miliknya.
'Dasar b******n! gue udah ga bisa bertahan jauh dari Monica. Setiap malam gue harus tersiksa nahan penyakit gue yang udah mulai parah dan cuma Monica yang bisa hilangin rasa sakit gw setiap malam.
Semenjak kehadiran Nara gw benar-benar tersiksa ditambah Monica yang hampir ga pernah merespon gue lagi, gue harus selalu berbohong di depan Nara agar Monica tidak di incar sama bokapnya buat dibunuh.' batin Prass kembali bergejolak, kali ini kekesalannya tak bisa ditahan.
"b******k ..!" Hentakan jari Prass di gagang stir yang kini membuat dirinya frustasi.
"Gara-gara keluarga Nara hubungan gue sama Monica kandas, padahal gue belum jawab apapun dan Monica pergi ninggalin gue gitu aja," Prass mematikan ponsel miliknya, terlihat kontak Nara yang sudah 10 kali menelfon dirinya setelah mengantarnya pulang dan Prass hanya melihat tanpa merespon.
Stir mobil Prass melaju dengan kecepatan tinggi bukan ke arah kantor melainkan rumah Monica.
Mobil Prass tiba di sebuah kompleks elite Jakarta.
Terlihat seorang satpam mang Tarjo menghampiri mobil miliknya, mang Tarjo adalah satpam kepercayaan keluarga Monica dari semenjak Monica pindah ke Jakarta.
"Eh aden Prass, cuma ada neng Monica kok dirumah kebetulan bapak sama ibu lagi diluar kota den, Aden kemana aja? Sekarang neng Monica ada tuh dirumah, besok neng Monica mau ke Jepang."
Prass tersentak kaget dengan apa yang mang Tarjo katakan padanya, "Ke Jepang mang? Sama siapa? Dia udah punya pacar baru? Mang Tarjo tahu siapa cowoknya?" emosi Prass seketika naik hingga ke ubun-ubun.
Terlihat wajah mang Tarjo keheranan, "Bukannya Aden masih pacaran sama neng Monica? Si Aden kumaha sih? tapi tadi neng Monica di anterin teman pria sih namanya den Reza, ganteng den kayaknya kasih barang belanjaan buat neng Monica."
*(Bahasa sunda kumaha sih : bagaimana sih.)
Tanpa pikir lama Prass langsung memarkir mobil di halaman rumah Monica dan memberikan beberapa tips uang untuknya, "Mang, kalo ada cowok yang dekat sama Monica kasih tau saya ya, nih mang nomor handphone saya, tenang aja setiap mang Tarjo kabarin nanti sama Pras ada bonusnya."
Mang Tarjo mengambil kartu nama milik Prass, "Ah si aden mah bisa aja, mang mah ga mau ambil perhatian, tapi boleh nih ya buat tambah-tambah hehe siap bosss."
"........."
Prass berjalan ke arah pintu depan Monica dan memencet tombol bell milik rumah Monica.
Terlihat mesin eye face di sisi pintu rumah, Prass pun berpura-pura mengambil rokok yang sudah ia persiapkan di dashboard mobil hanya untuk berpura-pura di hadapan Monica. Prass memegang rokok didepan mesin eye face.
"Mo, ini gw Pras sayang. bukain pintu mo gue ga kuat gue kangen sama lo ... please mo lo lihat gw sekarang merokok, katanya lo ga akan tinggalin gw tapi apa ini sekarang kata Mang Tarjo lo besok mau ke Jepang kan mo, liat mo lo udah tinggalin gw kaya gini dan sekarang gw rusak mo! gue selalu ke rumah lo tapi Mang Tarjo bilang lo jarang dirumah dan sekarang lo dirumah kan sayang?"
"....."
Suara hening tanpa ada respon.
Tak lama suara pintu terdengar, terlihat Monica yang memakai lingerie dan balutan kain tidur dengan rambut yang terurai, tangannya menangkis rokok yang Prass pegang dan menarik tangan Prass untuk masuk ke dalam rumah.
"Sini Pras, Pras gw tau lo salah gw pikir lo bakalan jadi makhluk yang bahagia udah bersama wanita lain tapi ini apa? Kenapa lo ngerokok lagi kaya dulu. Trus apa sekarang? lo minum juga? gw tau lo punya penyakit mental tapi ga gini Pras." Monica mengomel dihadapan Prass, tatapan wanita yang ia cintai kini ada dihadapannya. Monica yang membuat batinnya bahagia.
Prass memeluk tubuhnya dengan kerinduan yang memecah.
"Maafin gw mo, kenapa lo blokir gw? kenapa lo tinggalin gw disaat gw belum jawab apapun? gimana bisa gue ninggalin cewek yang pernah ngandung anak gw dan keguguran! gw cinta sama lo mo bahkan kalo gw maupun gw mampu buat ninggalin perusahaan orangtua gw."
"Enggak Pras, gw mampu buat terima lo apa adanya tapi gw engga yakin lo mampu bisa kehidupan yang biasa kaya dulu. lo ingat ga? Waktu kita kecil pun lo terbiasa hidup pakai uang tabungan dari gw dan trus lo mau sok-sokan mandiri? Bullshit !" Monica berjalan dan mengunci pintu rumah.
Prass mengikutinya dari belakang, "Tapi kan mo, gw serius lagipula gue punya Cafe beberapa cabang dan gw punya beberapa perusahaan jadi lo ngga usah khawatir baby."
"Hmm, gw ngga khawatir kok! lo udah makan? sini ikut gw ke dapur lagian bokap nyokap gw ke luar kota, Lo nginep aja disini besok gue mau ke Jepang dan lo bisa enak-enak sama tunangan lo itu bebas tanpa celah karena kita udah putus."
Monica kembali berjalan ke arah dapur.
Prass tertawa kecil melihat tingkah dan ekspresi omelan Monica yang terdengar cemburu, "Engga usah masak pesan antar aja. Layanin gw ya mo, please cuma Lo obat buat gw mo! selama ini gw main sendirian dan itu bikin gue tersiksa gw ga pernah nyentuh Nara mo! sepulang dari luar negri bahkan sampai detik ini yang gw mau cuma lo mo, gw berani sumpah sama lo kalo cinta gw hanya buat lo seorang mo."
Monica terdiam dan memakan salad buah yang ia ambil dari kulkas, tak lama ia menaruh mayonaise dan memakannya dengan campuran buah di mulutnya yang menyisakan banyak mayonaise berada di sekitar mulutnya. Prass tertegun berdiri menatap Monica.
'Cantik kok,' batin Prass berucap lirih.