Jennie berdecak setelah beberapa saat larut dalam pikirannya. Sorot mata yang dibiarkan terlalu lama saling beradu tatap itu berbahaya, bisa saja merambat ke mana-mana hanya berawal dari kontak mata. Dan sebelum kehaluan Jennie meningkat, ia harus segera memutuskannya. “Aku pikir anda akan mengajakku ke luar, bukankah pertemuan ini juga demi urusan pekerjaan? Kenapa tidak dibicarakan di luar saja, tuan?” Jennie malah bertanya balik, perlu sedikit melakukan negosiasi jika ia tidak mau dandanannya sia-sia. Sudah berusaha tampil semaksimal mungkin dari ujung rambut sampai ujung kaki, ternyata bos itu malah lebih betah di rumah. Nelson mengangkat satu alis, menatap lekat Jennie dengan tatapan penuh selidik. “Kenapa? Apa ada yang keberatan kalau aku ada di sini?” Lagi-lagi Nelson menghujani p