Menerima Dengan Syarat

1081 Words
"Lancang sekali kamu bilang saya gila, Axel pecat dia tanpa pesangon!" tukas Shaga kesal. "Tunggu-tunggu, bukan Bos yang saya bilang gila. Tapi permintaan Bos itu loh, saya ini perempuan lajang dan masih perawan. Mana bisa saya merawat bayi, begitu maksudnya, Bos. Jadi jangan salah sangka," jelas Aldara agar Shaga tidak memecatnya. "Sama saja, itu artinya kamu menganggap permintaan saya gila! Apa salahnya seorang lajang mengurus bayi, banyak kok baby sitter yang masih lajang. Saya tidak terima penolakan!" tegas Shaga membuat Aldara semakin salah tingkah. "Tapi itu namanya pemaksaan, Bos. Kalau saya tidak bisa merawat bayi itu bagaimana?" "Terserah kamu mau bilang apa, kalau kamu tidak mau ya tidak masalah. Saya bisa minta karyawan lain, dengan memberikan gaji 2 kali lipat dari gaji di perusahaan dan kamu saya pecat hari ini juga. Lagipula kamu punya adik, pasti kamu pernah melihat ibumu merawat adikmu. Ada Mbok Ira juga yang bisa ngajarin," sahut Shaga. "Beneran akan dikasih gaji 2 kali lipat, Bos? Jadi gaji saya sekarang 6 juta lebih, artinya saya akan menerima 12 juta. Tapi kan di perusahaan ada juga bonus-bonus yang lumayan besar, rugi kalau saya tidak dapat bonus. Saya memang punya adik, tapi saya cuma bantu-bantu jagain aja, Bos." "Soal gaji kamu tidak usah khawatir, bonus segala macamnya juga akan kamu dapat kalau memang kerjamu bagus dalam merawat bayi itu. Bahas uang aja langsung semangat kamu," ucap Shaga. "Kan hidup memang butuh uang, Bos. Tapi ngomong-ngomong ini bayi siapa? Apa bos sudah menikah? Terus di mana ibunya, kenapa orang-orang di perusahaan bilang Bos masih single?" tanya Aldara beruntun. "Ternyata kamu bukan cuma berisik, tapi kepo dengan urusan orang lain. Memangnya kenapa kalau saya sudah menikah? Apa urusannya denganmu?" tanya Shaga balik. "Saya cuma pengen tau saja, Bos. Tidak ada urusannya juga dengan saya, tapi kan kalau ada yang tanya saya pasti bingung harus jawab apa. Nanti malah dikira itu anak saya lagi," kilah Aldara. "Baiklah akan saya beritahu, saya sendiri tidak tau itu anak siapa. Seseorang meletakannya di depan gerbang semalam dan security menemukannya ..." "Jadi bayi ini dibuang orang tuanya? Bos baik banget mau merawat bayi itu, benar-benar orang tua yang tidak bertanggung jawab. Bisanya cuma buat anak tapi tidak mau mengurus, kenapa tidak lapor polisi saja?" tanya Aldara memotong ucapan Shaga membuat Shaga geram dibuatnya. "Apa tidak bisa biarkan saya selesai bercerita? Kenapa kamu suka sekali memotong pembicaraan orang? Kamu tau itu tidak sopan," ucap Shaga menahan kekesalannya. "Hehehe, maaf Bos. Habis saya selalu kesal kalau ada orang yang membuang anaknya, apa mereka tidak memikirkan. Kalau di luar sana banyak ..." "Diam! Saya tidak ingin mendengar celotehanmu, mau dijelaskan atau tidak? Kalau tidak ya sudah," tukas Shaga semakin kesal. "Iya-iya, Bos. Ya sudah lanjutkan ceritanya," ujar Aldara dan langsung menutup mulutnya. "Orang yang meletakkan bayi itu adalah seseorang yang saya kenal, kami pernah tidak sengaja melakukan one night stand saat mabuk. Dia tidak pernah bilang kalau dia hamil, tau-tau dia meletakkan anak itu di depan gerbang dengan selembar surat yang menyatakan jika bayi itu anakku. Maka dari itu aku ...." "Tunggu, jadi Bos melakukan one night stand. Artinya hubungan satu malam? Selama ini saya pikir Bos pria baik-baik ternyata suka menyebar benih dimana-mana juga," sahut Aldara kembali memotong penjelasan Shaga. "Kamu benar-benar menguji kesabaranku, Axel usir saja dia keluar. Terus pecat dia dari perusahaan, darahku bisa melonjak naik jika dia ada di sini." Shaga tidak bisa menahan emosinya lagi, mendengar apa yang dikatakan Aldara. "Nanti dulu, kenapa selalu saja mengancam untuk memecat saya, Bos. Kan apa yang saya katakan benar, Bos ternyata suka menebar benih dimana-mana. Kalau tidak mana mungkin anak ini ada, bisa-bisanya tidak tau kalau punya anak. Apa saya salah bilang begitu," ucap Aldara tanpa merasa bersalah. Axel dan mbok Ira yang mendengar perbincangan itu hanya bisa terdiam, apalagi yang diucapkan Aldara sebenarnya ada benarnya. Jika saja Bos mereka tidak sembarangan meniduri perempuan, pasti tidak akan ada kejadian seperti saat ini. "Akhhh! Kamu benar-benar menjengkelkan, kamu pikir saya pria seperti apa yang menyebar benih sembarangan. Saya saat itu dalam keadaan mabuk, jadi tidak sadar melakukan hal itu. Lagipula siapa suruh perempuan itu terlalu murahan, sampai-sampai mau tidur dengan pria asing. Jadi tidak sepenuhnya salah saya, jangan hanya menuding pria saja. Perempuannya juga bersalah di sini!" jawab Shaga membela diri dengan suara tinggi Mendengar suara Shaga, Aura yang berada di gendongan Mbok Ira seketika menangis. Mbok Ira berusaha mendiamkan dengan menepuk-nepuk pelan Aura dan mengayunkan tubuhnya agar bayi itu kembali tenang. Tapi Ternyata Aura semakin menangis membuat Aldara tidak tega dan langsung berdiri menghampiri. "Tuh kan nangis, Bos sih ngomong pake urat segala." Aldara mengomeli Shaga dan langsung mengulurkan tangannya ke arah mbok Ira. "Boleh saya gendong Mbok? Siapa tau dia diam," sambung Aldara setelah mengomeli Shaga. "Eh iya, Non. Apa boleh, Tuan?" tanya mbok Ira sebelum menyerahkan Aura. Shaga langsung mengangguk, mbok Ira pun memberikan Aura pada Aldara. Setelah Aura ada dalam gendongannya, Aldara langsung menggayun pelan tubuhnya sambil menimang Aura dengan melantunkan dzikir kalimat syahadat. Suara Aldara yang merdu semakin membuat Aura diam dan kembali tenang, Shaga dan yang lainnya hanya melihat apa yang dilakukan Aldara. "Nah kan, dia langsung diam. Artinya kamu tuh bisa merawat bayi itu, jadi kamu mau atau tidak?" tanya Shaga memastikan. "Tapi beneran gaji saya akan naik dua kali lipat?" tanya Aldara memastikan. "Iya, Darah! Apa kurang jelas?" "Saya mau, tapi ada syaratnya." Aldara mengambil kesempatan untuk bisa meminta syarat pada Shaga karena merasa Shaga membutuhkannya dan akan menurutinya. "Apalagi yang kamu mau? Apa gaji dua kali lipat tidak memuaskanmu?" tanya Shaga setelah menarik napas panjang untuk mengurangi kekesalannya. "Puas sih, Bos. Tapi mengasuh bayi perlu jiwa dan raga yang sehat, makanya saya meminta syarat supaya saya bisa mengasuhnya dengan baik." Aldara mencari alasan agar permintaannya nanti masuk akal dan akan dituruti Shaga. "Huft, baiklah apa maumu?" tanya Shaga akhirnya. "Yang pertama, jangan panggil saya Darah. Terus yang kedua, jangan sering mengomeli saya. Yang ketiga ... nanti saja belum saya pikirkan," jelas Aldara. "Memangnya kenapa? Saya suka memanggilmu dengan itu, saya bukan orang yang suka sama dengan orang lain. Jadi saya tidak akan menuruti permintaan pertama, yang kedua bisa saja asal kamu tidak membuat kesal. Yang ketiga kalau terlalu berat tidak akan saya kabulkan," jawab Shaga dengan santainya. Kali ini Aldara yang menarik napas panjang, bisa-bisanya dia memanggilnya dengan Berbeda hanya karena tidak ingin sama dengan orang lain. Aldara merasa jika bosnya sedikit punya kelainan, saat diberi syarat pun masih saja bisa mengelak dengan alasan. "Anda benar-benar aneh," gumam Aldara tapi masih bisa terdengar oleh Shaga yang membuat matanya kembali mendelik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD