Semilir angin pagi mulai menerpa jendela kamar hingga gorden yang ada di jendela tersebut bergerak kesana kemari. Perlahan mata Justin terbuka, menggeser gorden tersebut lalu ia bangun dari ranjangnya. Dia mengerjapkan mata kemudian ia melihat waktu sudah menunjukkan pukul 10 tapi tidak ada orang tuanya yang selalu mengecupnya mendengus kesal.
Tok Tok Tok
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu membuat anak laki-laki itu yang sudah bangun berjalan malas menuju pintu lalu membuka pintu kamarnya.
"Selamat pagi, Tuan. Sarapan sudah siap, Tuan mau saya antarkan ke kamar atau mau makan di ruang makan?" tanya Bi Lauren.
"Aku mau makan di meja makan aja, Bi," jawab Justin.
"Baik, Tuan. Bibi pamit pergi ke dapur dulu ya, untuk mempersiapkan sarapan untuk Tuan," pamit Bi Lauren.
"Siap, Bi," balas Justin mengacungkan kedua jempolnya.
Bi Lauren pergi menuju dapur meninggalkan Justin sendirian di kamar. Justin menutup pintunya lalu ia mengambil pakaiannya yang ada di lemari kemudian ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tidak lama Justin keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah lengkap, ia memakai kemeja dan celana jeans. Hari ini merupakan hari ulang tahunnya dan biasanya kedua orang tuanya akan mengadakan pesta ulang tahun untuk Justin di sebuah hotel terkenal. Justin tersenyum menatap tampilannya di cermin.
"Selalu ganteng," kata Justin.
Senyum merekah di bibir Justin. Ia ingin sekali melihat hadiah yang dia minta selama ini, apakah benar papa dan mamanya akan memberikan hadiah seorang adik yang cantik. Justin melangkahkan kaki keluar kamar berjalan menuju ruang makan lalu ia mendudukkan dirinya di kursi ruang makan.
"saya ambilin makanan untuk Tuan, ya. Tuan mau yang mana?" tanya Bi Lauren.
"Ya, apa saja, Bi. Ambilin aja yang ada di meja. Oh iya, papa dan mama ke mana? kata Justin.
Baik, Tuan. Untuk Tuan Romeo dan Nyonya Renata, saya tidak melihat. Tapi tadi Tuan Romeo dan Nyonya Renata menitip pesan pada Mang Ujang. Setelah Tuan Justin selesai sarapan, Tuan disuruh pergi bersama Mang ujang," balas Bi Lauren.
Justin mendengus kesal,dia merasa kesal karena mama dan papanya tidak membangunkan dia hari ini, bahkan tidak memberi kejutan padahal biasanya dia selalu dibangunkan oleh kedua orang tuanya dan diberi hadiah. Ada lagi yang terlupakan, harusnya mereka pergi bersama ke hotel tempat ulang tahunnya. Justin memakan makanan dengan pelan karena merasa tidak nafsu makan. Setelah selesai makan Justin langsung berpamitan kepada Bi Lauren lalu ia menghampiri Mang ujang yang sedang menikmati kopi.
"Pak, kita jalan sekarang aja," kata Justin.
"Bentar Tuan. Saya habisin dulu kopi saya, dikit lagi habis kok," balas Mang Ujang
Justin menganggukkan kepalanya. Setelah Mang Ujang menghabiskan kopi, mereka berdua berjalan menuju mobil. Mang Ujang membuka pintu mobil, lalu Justin langsung masuk ke dalam. Mang Ujang menutup pintu, berjalan memutar masuk ke dalam mobil. Perlahan mobil tersebut melaju meninggalkan pekarangan rumah menuju hotel tempat akan diadakan ulang tahun Justin.
"Pak, kita mau ke mana sih?" tanya Justin penasaran.
"Kata tuan dan nyonya, Tuan Justin tidak boleh tahu," jawab Mang Ujang.
Tidak lama mobil tersebut berhenti di sebuah hotel yang sangat terkenal. Justin keluar dari mobil setelah Mang Ujang membukakan pintu lalu Mang Ujang memberikan kunci mobil kepada petugas valet parking. Mereka berdua berjalan bersama menuju salah satu ballroom hotel. Saat sudah di depan ballroom tersebut, tiba-tiba terdengar musik dan suara orang bernyanyi happy birthday, Justin mengenal salah satu suara yang bernyanyi merupakan orang tuanya.
"Happy birthday, Justin," kata para tamu beserta Renata dan Romeo berbarengan sambil membawa kue tart yang cukup besar dengan troli ke hadapan Justin.
Para tamu bertepuk tangan dengan meriah. Sang MC acara meminta Justin untuk melakukan make a wish. Justin menutup matanya meminta sebuah permintaan lalu ia meniup lilin di kue tersebut. Setelah lilin mati, Justin mengikuti kedua orang tuanya beserta tamu yang lain masuk ke dalam ballroom.
Saat sudah di dalam ballroom tersebut, Justin sangat terpukau dengan keindahan dekorasi yang dipilih Roman dan Renata. Ballroom didekor dengan banyak balon berwarna biru menempel di dinding serta dinding itu dihias dengan wallpaper berwarna biru, tapi mata Justin lebih tertarik dengan sebuah kotak kado yang berada di tengah-tengah ruangan dan terlihat sangat besar dibandingkan hadiahnya tahun lalu.
"Ma, Pa, kado itu besar sekali. Apakah isinya sesuai yang aku minta?" tanya Justin.
"Kamu bisa lihat sendiri, dan Mama sama papa berharap kamu suka," jawab Renata.
Justin mengangguk sambil tersenyum lebar. Ia berlari menuju ke kado yang sangat besar tersebut lalu ia perlahan melepaskan pita yang mengikat di kado itu kemudian membukanya dengan semangat. Saat sudah terbuka semua, tiba-tiba terdengar suara anak perempuan menyanyikan lagu happy birthday dari kotak kado tersebut sambil memegang sebuah kue membuat para tamu dan orang tua Justin bersorak gembira.
"Wow, kamu terlihat cantik dan pasti kamu adikku kan?" tanya Justin.
"Ya, aku adalah adik kamu, Kak," kata Tamara.
"Baiklah, karena kamu sudah bersedia menjadi adik aku, berarti kamu seterusnya akan menjadi milikku," kata Justin dengan nada posesif.
"Kalau aku tidak berpikir untuk maju, aku tidak mau diangkat menjadi adik dari seorang Justin. Aku seperti barang aja tadi saat di dalam kotak," gumam Tamara kesal. Dia hanya berpura-pura senang dari tadi demi masa depan cemerlang yang akan didapatkan, mau tidak mau dia akan menurut pada orang tua angkatnya.
Renata dan Romeo tersenyum senang menyaksikan anak mereka yang gampang akrab dengan Tamara. Mereka berdua menghampiri Justin lalu memeluk Justin dari belakang.
"Gimana, Justin? Kamu senang dengan kado yang Papa berikan?" tanya Romeo.
"Tentu saja, aku suka sekali, Pa. Dia cantik dan terlihat sangat manis, siapa sih yang berani menolak kecantikkan adikku ini," jawab Justin.
"Justin, karena keinginan kamu sudah Papa berikan, Papa minta kamu menjaga Tamara dengan sepenuh hati dan jangan pernah kasar kepada adikmu," kata Roman
"Tentu saja, Pa. Aku akan menjaga Tamara dan tidak akan pernah membiarkan dia terluka sedikit pun karena aku sudah terlanjur sayang dengan adikku ini, padahal baru pertama kali melihat dia tapi aku merasa sudah sangat cocok," balas Justin.
Setelah itu Romeo dan Renata mengumumkan bahwa mulai sekarang Tamara adalah adik Justin kepada para tamu undangan. Lalu mereka mengajak Justin dan Tamara untuk duduk di kursi yang telah disiapkan untuk mereka. Justin kembali berdiri di depan kue, perlahan ia memotong kue tersebut lalu memberikannya ke mama, papa dan juga Tamara. Semua tamu bertepuk tangan menyaksikan acara ulang tahun putra keluarga Viano.
"Nama kamu Tamara? umur kamu berapa?" tanya Justin.
"Benar, namaku Tamara dan umurku 6 tahun," jawab Tamara gugup sambil menatap manik biru milik Justin yang tajam.
"Oh, berarti benar kamu pantas menjadi adikku. Mulai sekarang aku minta padamu memanggilku dengan sebutan Kak Justin jangan berubah-ubah, ya," balas Justin sambil mengulurkan tangannya.
"Kak Justin," panggil Tamara sambil menerima uluran tangan Justin.
"Nah, adik pintar," kata Justin sambil mengacak-ngacak rambut Tamara.
Romeo dan Renata melihat Justin, putra mereka yang mudah dekat dengan tamara tersenyum dan berharap Justin akan menepati janjinya untuk menjaga Tamara apa pun yang terjadi.
"Justin, Tamara, ayo dimakan kuenya. Masa dianggurin doang," kata Romeo.
Akhirnya MC Acara menyuruh semua tamu untuk memakan makanan yang sudah disediakan. Sedangkan Romeo beserta keluarganya makan di meja mereka. Tamara yang melihat kue di hadapannya sangat menggiurkan mengambilnya lalu memakannya, dirinya yang baru pertama kali merasakan kue yang terasa lembut dan manis di mulutnya matanya berbinar dan memakan kue tersebut dengan lahap karena selama tinggal di panti ia hanya diberikan roti yang tidak terlalu enak dan kalau ada kue juga tidak selembut ini.
"Tamara, makannya pelan-pelan saja, nanti tersedak loh. Sayang, kuenya masih banyak kok, tidak akan ada orang yang mau merebut kue kamu juga," kata Renata.
Tamara menganggukkan kepalanya lalu ia mulai memakan kuenya dengan pelan. Saat justin melihat di sudut bibir Tamara terdapat noda kue, ia mengambil tissue lalu mengelap bibir Tamara. Hal tersebut membuat Tamara salah tingkah karena baru kali ini ia merasakan perhatian dari orang sekitarnya.