Sinar mentari di pagi hari mulai menyelusup masuk melalui sela-sela jendela mengenai wajah cantik Tamara. Tamara mengerjapkan matanya, merasakan ada benda berat meniban perutnya mengalihkan pandangannya ke sang pemilik tangan yang masih setia tertidur. Tamara menggeser tangan tersebut tapi tangan tersebut justru kembali memeluknya dan semakin mengeratkan pelukannya.
"Kak, peluknya jangan terlalu erat, sesak nih," pinta Tamara.
Justin yang sebenarnya sudah bangun tapi pura-pura tidur, tidak membiarkan Tamara bangkit. Tamara mendengus kesal saat pelukan Justin bukannya melonggar malah semakin kencang. Tamara menghentak tangan tersebut hingga kencang dan akhirnya terlepaslah pelukan Justin dari tubuhnya.
"Hei, Tamara, kamu apa-apaan sih, sakit tahu?!" teriak Justin.
Tamara yang dibentak seketika terkejut dan memundurkan dirinya ke sandaran ranjang. Justin yang tidak sengaja memarahi Tamara mendekati Tamara tapi Tamara justru semakin takut kepadanya. Justin membelai pipi Tamara lembut dengan jarinya.
"Maafkan Kakak, Kakak sudah membentak kamu," kata Justin lirih.
Tok Tok Tok
Suara pintu kamar berbunyi dari luar membuat Justin mendengus kesal. Ia beranjak dari kasur berjalan menuju pintu. Saat pintu sudah dibuka terlihat Bi Lauren berdiri di depan pintu.
"Ada apa, Bi?" tanya Justin.
"Tuan Justin dan Nona Tamara sudah ditunggu di ruang makan," jawab Bi Lauren.
"Baik, Bi. Terima kasih," kata Justin.
Bi Lauren menganggukkan kepalanya lalu meninggalkan Justin setelah berpamitan. Justin menutup pintu kamarnya lalu menghampiri Tamara. Ia mendudukkan dirinya di ranjang samping Tamara.
"Tamara, kamu bersih-bersih dulu. Nanti kalau kamu udah kelar gantian aku yang bersih-bersih. Oh iya, pakaian kamu sudah ada di lemari pakaian," kata Justin.
Tamara menganggukkan kepalanya lalu ia berjalan menuju lemari. Saat sudah di depan lemari ia membuka pintu lemari melihat berbagai macam jenis baju matanya berbinar. Ada pakaian tidur, pakaian jalan-jalan, pakaian santai dan pakaian renang. Ia tidak menyangka keluarga barunya sangat baik kepadanya padahal ia tidak berekspektasi tinggi akan mendapatkan keluarga yang baik karena sudah dua kali ia diadopsi tapi berakhir dibalikkan ke panti dengan berbagai macam alasan. Ya ia memang dibalikkan ke panti karena ia selalu berbuat ulah tapi kali ini mungkin ia tidak akan berbuat ulah. Tamara mengambil baju kaos dan celana jeans lalu ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Tidak lama Tamara keluar dari kamar mandi sudah memakai pakaiannya. Justin tersenyum ke arah Tamara lalu ia mengambil pakaiannya berjalan masuk ke dalam kamar mandi dengan senyumannya dan mata tajamnya menatap Tamara. Tamara melihat itu hanya bersikap acuh lalu mendudukkan dirinya di atas ranjang.
"Dia mandi atau bersemedi sih, masa lama amat," gumam Tamara melihat pintu kamar mandi yang tak kunjung terbuka padahal ini sudah sejam lebih ia menunggu.
Tidak lama Justin keluar dari kamar mandi sudah menggunakan pakaian sekolahnya sambil mengelap rambutnya yang basah. Justin berjalan menghampiri Tamara lalu mengajak Tamara untuk langsung ke dapur bersama. Justin memegang tangan Tamara lalu mereka berdua berjalan bersama menuju dapur. Renata melihat kedua anaknya sudah datang menyuruh mereka langsung duduk.
"Gimana kabar kalian?" tanya Renata.
"Baik, Ma," balas Justin dan Tamara berbarengan.
"Tamara, kamu sudah siap sekolah di playground mulai hari ini?" tanya Renata.
"Sudah dong, Ma. Tamara ingin cepat-cepat mempunyai teman baru," jawab Tamara.
"Ma, apa Tamara tidak bisa masuknya bulan depan aja. Masa dia baru jadi anggota keluarga kita malah dia langsung disuruh sekolah," kata Justin dengan tatapan tajamnya.
"Sayang, kalau Tamara mulai sekolah di playground dari sekarang, dia akan dengan mudah menyerap pelajaran dan juga dia dapat berteman sama teman baru. Kan tidak mungkin kalau dia bertemannya sama kamu aja," kata Renata.
"Baiklah, Ma. Terserah Mama aja," balas Justin.
Renata mulai mengambil makanan untuk kedua anaknya, suaminya dan dirinya, lalu mereka semua mulai memakan makanannya dengan lahap dan hanya ditemani suara dentingan garpu dan sendok. Setelah selesai makan, Justin, Renata dan Tamara berpamitan kepada Romeo, lalu mereka bertiga berjalan menuju mobil yang dikendarai oleh Mang Ujang, supir pribadi keluarga Viano.
Mang Ujang melihat majikannya berjalan ke arahnya membuka pintu mobil. Justin bersama Renata dan Tamara langsung masuk ke dalam mobil. Mang Ujang menutup pintu mobil, memutari mobil lalu ia masuk ke dalam. Perlahan mobil tersebut mulai meninggalkan pekarangan rumah Justin.
"Ma, kenapa papa tidak mengantar kita?" tanya Tamara pada Renata saat melihat Romeo tidak ikut bersama mereka.
"Papa sibuk, Sayang. Kan kamu tahu kalau papa kamu merupakan seorang pengusaha, jadi dia akan selalu sibuk tapi hari sabtu dan minggu dia selalu meluangkan waktu untuk mengajak kita jalan-jalan kok," balas Renata.
"Oh," balas Justin singkat.
Beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai Mang Ujang sampai di depan sekolah Justin. Mereka semua keluar dari mobil, Justin langsung berjalan menuju kelasnya sedangkan Tamara dan Renata berjalan menuju ruang administrasi.
"Selamat pagi, Nona Renata. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Riri yang merupakan petugas administrasi.
"Begini Riri, saya mau mendaftarkan anak saya yang kemarin saya ceritakan," jawab Renata.
"Baik, Nona. Silahkan diisi dulu formulir ini," kata Riri sambil menyerahkan formulir untuk diiisi data diri Tamara.
Renata mengambil formulir tersebut lalu mulai mengisi data diri Tamara. Tamara yang melihat Renata mengisi formulir hanya diam saja, ia bingung harus melakukan apa.
"Ini Riri, sudah saya isi," kata Renata.
"Terima kasih, Nona. Nona Tamara mau masuk kapan? kalau hari ini juga bisa kok," tanya Riri.
"Masuk hari ini aja," jawab Renata.
Akhirnya Riri langsung memasukkan data diri Tamara lalu ia memberikan ke Renata pakaian sekolah Tamara dan juga memberitahukan Renata di mana kelas Tamara berada. Setelah selesai urusan administrasi, Renata mengajak Tamara untuk mengganti pakaiannya, Renata yang sudah berada di dalam kamar mandi membantu Tamara mengganti pakaiannya. Setelah selesai membantu Tamara, Renata mengantar Tamara ke kelasnya.
"Tamara sayang, jangan nakal ya. Nanti berteman sama teman baru ya," kata Renata dengan lembut.
"Iya, Ma," kata Tamara.
"Ya sudah, Mama tinggal ya. Nanti kalau sudah selesai belajarnya, kamu jangan ke mana-mana ya. Nanti Mama akan menjemput kamu lagi," kata Renata.
Tamara menganggukkan kepalanya lalu ia langsung berlari masuk ke dalam kelas. Renata melihat Tamara mulai berbaur bersama teman barunya dan terlihat tidak ada keanehan saat Tamara berkenalan dengan teman-temannya memutuskan untuk pergi ke butiknya, tentunya dengan diantar oleh Mang Ujang. Renata berjalan menuju mobilnya, saat Renata sudah di depan mobilnya ia langsung masuk ke dalam mobil.
"Mang Ujang, kita langsung ke butik saya ya, soalnya ada klien saya yang menunggu," perintah Renata.
"Baik, Nona," balas Mang Ujang.
Perlahan mobil tersebut mulai melaju dengan kecepatan sedang melintasi jalanan yang sudah lumayan macet menuju butik milik Renata.