Tamara mengambil ponselnya lalu ia melihat siapa yang menelepon.
"Kakak gue nelepon lagi," kata Tamara heboh.
"Waduh, gimana dong?" tanya Tina panik.
"Tenang, tenang, aku angkat," balas Tamara berusaha tenang.
"Tamara, kamu di mana?!" teriak Justin di telepon.
Tamara yang terkejut menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Lagi pergi ke mall sama teman. Udah ya, Kak, aku udah laporan nih, bye," balas Tamara mematikan telpon sepihak.
"Gila gila, kakak kamu bisa meledak tuh, kamu matiin teleponnya," kata Tina heboh.
"Udah deh, kita udah mau sampai, ck," balas Tamara berdecak.
Beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai Mang Ujang berhenti di sebuah mall. Tamara dan Tina langsung keluar dari mobil. Mereka berdua berjalan beriringan masuk ke dalam mall tersebut.
"Woi, Tamara! Akhirnya kita ke mall berdua lagi," kata Tina.
"Tina, kita mau ke mana dulu nih?" tanya Tamara.
"Kita beli pakaian dulu aja," jawab Tina.
"Oke, ayo jalan sekarang," balas Tamara.
Mereka berdua mulai memasuki satu persatu toko pakaian yang ada di mall. Setelah selesai membeli semua pakaian yang mereka inginkan, mereka memutuskan untuk duduk di kursi yang tersedia di mall tersebut.
"Gila ya, capek juga kita mutarin mall," kata Tina.
"Iyalah capek, kita kan satu mall dimasuki semua tokonya," balas Tamara.
"Tamara, nanti kamu langsung ke rumahku atau pulang dulu?" tanya Tina.
"Aku sepertinya pulang dulu deh. Oh iya, nanti belanjaanku nitip ke rumah kamu ya," kata Tamara.
"Siap," balas Tina.
"Tina, ini udah mau sore banget, pulang sekarang aja ya," kata Tamara.
"Boleh, tapi kayaknya aku bakal naik taksi aja deh biar kamunya enggak kelamaan. Kan katanya kamu mau menginap di rumahku," kata Tina.
"Oke deh. Oh iya, ini barang belanjaanku nitip di kamu ya," balas Tamara.
"Oke," balas Tina.
Tamara mengirimkan pesan ke Mang Ujang untuk menjemputnya di lobby mall. Setelah itu mereka berdua berjalan bersama menuju lobby mall. Sesampainya di lobby, Tamara melihat mobilnya sudah tiba segera masuk ke dalam mobil setelah berpamitan ke Tina.
"Non Tamara, Nona Tina tidak ikut?" tanya Mang Ujang.
"Tidak, Mang. Tina katanya mau naik taksi aja, kita pulang dulu aja, Mang," jawab Tamara.
"Siap, Non," balas Mang Ujang.
Perlahan mobil tersebut mulai melaju menuju rumah Tamara. Sesampainya di rumah, Tamara melihat Romeo dan Renata sedang mengobrol di ruang tamu menghampirinya.
"Pa, Ma, Tamara pulang," sapa Tamara.
"Anak Papa baru pulang, habis dari mana Tamara?" tanya Romeo.
"Dari mall, Pa. Tadi belanja sama Tina," jawab Tamara.
Tamara menatap papa dan mamanya bergantian. Ia merasa bingung harus memulai mengatakan permintaannya dari mana.
"Tamara, sepertinya ada yang ingin kamu katakan, ayo katakan saja," kata Renata.
"Hmm, Ma, Pa, Tamara mau ijin untuk menginap di rumah Tina untuk ngerjain tugas bareng boleh?" tanya Tamara dengan gugup.
Romeo dan Renata saling memandang. Renata menganggukkan kepalanya meminta agar suaminya setuju dengan permintaan anaknya.
"Boleh, tapi cuma menginap di rumah Tina aja kan?" tanya Romeo menatap manik mata anaknya.
"Iya, Pa, cuma nginap untuk ngerjain tugas bersama," jawab Tamara.
"Oke, tapi nanti kamu ke rumah Tina diantar Mang Ujang ya," balas Romeo.
"Iya, Pa. Aku ke kamar duluan ya untuk beres-beres pakaian," kata Tamara.
"Iya, Tamara," balas Renata.
Tamara dengan langkah cepat menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, ia mengeluarkan buku pelajaran dari ranselnya lalu ia memasukkannya ke laci mejanya. Setelah itu, ia mulai mengambil beberapa pakaiannya dsn memasukkannya ke dalam ransel miliknya.
"Akhirnya selesai," kata Tamara.
Tamara memakai tas ranselnya ke punggungnya lalu ia berjalan keluar dari kamar menuju ruang tamu untuk berpamitan ke Romeo dan Renata.
"Ma, Pa, Tamara pergi dulu ya," pamit Tamara.
"Hati-hati, Tamara," kata Romeo.
Setelah berpamitan, Tamara langsung berjalan menuju mobilnya. Saat sudah di dalam mobil Tamara menyuruh Mang Ujang untuk mengantarkannya ke rumah Tina. Perlahan mobil tersebut mulai melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Tina. Sesampainya di rumah Tina, Tamara melihat Tina sudah menunggunya keluar dari mobil dan menghampirinya.
"Udah lama nungguin aku?" tanya Tamara.
"Enggak kok, ayo Tamara kita berdandan dulu soalnya ini sih Theo pasti udah jalan ke sini," kata Tina.
"Oke," balas Tamara.
Mereka berdua berjalan bersama menuju kamarnya Tina. Sesampainya di kamar Tina, mereka berdua langsung mulai mengganti pakaiannya dan juga mendandani wajahnya. Tamara memakai baju hitam ketat dengan tali satu yang melingkar di lehernya menampilkan bahu putih mulusnya, bukit kembarnya sedikit menyembul dari bajunya dan puser perutnya juga terlihat, Tamara juga memakai rok pendek sepaha senada dengan atasannya warnanya, tak lupa kakinya juga dipakaikan stocking jaring-jaring. Rambut Tamara dikuncir tinggi menampilkan lehernya yang jenjang benar-benar seksi.
Sedangkan Tina memakai dress ketat berwarna merah sepaha tidak kalah seksi dengan tamara rambutnya digerai dan di blow sehingga terlihat bergelombang tak lupa high heel menghiasi kakinya sama seperti tamara yang memakai heels juga.
"Tina, apa ini enggak terlalu seksi ya?" tanya Tamara.
"Udah, santai saja, Tamara. Ini namanya pakaian untuk ke club, kan enggak mungkin kita memakai baju santai ke sana," jawab Tina.
Tin tin
"Wah, itu pasti Theo, ayo kita jalan sekarang," kata Tina.
"Ayo," balas Tamara.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju mobil Theo. Saat sudah masuk ke dalam mobil, mereka melihat Theo tidak henti-hentinya menatap mereka. Tina melambai-lambaikan tangan di depan Theo.
"Woi! Kita kapan mau jalan kalau mata kamu ngelihat kita seperti itu, pengen ditusuk ya?" tanya Tina.
"Sorry, aku lihat kalian pakai baju seksi jadi kaget aja," kata Theo.
"Ck, tuh mata biasa aja kali. Kita kan mau ke club, bukan mau mampir ke rumah teman jadi wajar kalau pakai baju begini," balas Tina.
"Pak langsung ke Xander Club aja," perintah Theo.
"Siap, Tuan," balas Tino.
Tino mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju Xander Club. Beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai Tino sudah berhenti di depan Xander Club. Mereka bertiga langsung keluar dari mobil.
"Gila ramai banget," kata Tina.
"Ayo masuk, pasti si Gilah dan Dilah udah nungguin kita," kata Theo.
Mereka mulai masuk ke dalam club. Saat sudah di dalam dentuman musik mulai terdengar dengan sangat kencang dan banyak perempuan dan laki-laki yang sedang menggoyangkan badannya mengikuti alunan musik. Mereka berjalan bersama melihat sekelilingnya mencari sesosok yang mengajak mereka ke sini tapi tidak kelihatan sama sekali apalagi tempat ini sangat berisik dan ramai.
"Cari siapa, Nona dan Tuan?" tanya bodyguard yang berjaga di club tersebut.
"Kami temannya Gilah, Pak," jawab Theo.
"Baik, ikutin saya ya, Tuan dan Nona," balas bodyguard tersebut.
Mereka bertiga berjalan bersama mengikuti bodyguard yang berada di depannya. Sepanjang perjalanan para pria tidak henti-hentinya memandangi Tina dan Tamara bergantian.
"Tina, aku tidak enak dipandangi semua orang seperti itu," kata Tamara.
"Santai aja, kan ada kita berdua yang jagain kamu," balas Tina.
Tidak lama bodyguard tersebut berhenti dan mengatakan bahwa yang sedang duduk di kursi depan meja bartender adalah teman-temannya Gilah.
"Terima kasih, Pak, sudah mau mengantar kami," kata Theo.
"Sama-sama," balas bodyguard.
Bodyguard tersebut langsung pergi meninggalkan mereka.
"Woi!" teriak seseorang dari belakang mereka.