Pagi hari yang cerah, Justin sudah bersiap memakai kemeja, celana panjang bahan dan sepatu kets miliknya. Selesai siap-siap, Justin membawa tas ransel menuju ruang makan.
"Pagi, Ma, Pa," sapa Justin sambil mendudukkan dirinya di kursi.
"Pagi, Justin sayang," balas Renata dan Romeo berbarengan.
"Justin hari ini kamu ada kegiatan apa selama di kampus?" tanya Romeo.
"Hari ini aku ada proyek bikin game bareng teman, Pa. Kemungkinan aku nanti pulang malam, jadi Papa, Mama tolong pantau Tamara ya," jawab Justin.
Renata yang mendengar nama Tamara baru menyadari bahwa putrinya belum turun ke bawah padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh.
"Justin, adik kamu ke mana? Kok belum turun ya?" tanya Renata.
"Palingan masih tidur, Ma. Kan semalam dia pulang malam," jawab Justin sambil mendelik kesal.
"Loh, kok belum bangun, kan dia harus sekolah," kata Romeo.
"Ma, Pa, aku minta tolong dong pada kalian. Tolong bujuk Tamara agar mau homeschooling aja, Justin tidak tenang kalau dia kerja kelompok di rumah temannya lagi, Ma, Pa," kata Justin.
"Justin, kamu jangan berlebihan deh. Adik kamu itu perlu bersosialisasi dengan orang lain, dunianya itu tidak hanya kamu dan kita aja, Justin," kata Romeo.
Justin mendengus kesal lalu ia langsung bangkit dari duduknya.
"Justin, kamu mau kemana?" tanya Renata melihat putranya berdiri.
"Mau bangunin Tamara, Ma. Nanti dia telat ke sekolah kalau belum siap-siap," jawab Justin ketus.
"Mama aja yang bangunin, kamu sarapan duluan aja sama papa kamu," kata Renata.
"Ma, Justin aja yang bangunin Tamara," balas Justin dengan penekanan.
"Ya udah kamu saja yang bangunin dia, tapi jangan berdebat ya, ini masih pagi," kata Renata mengalah pada putranya.
"Iya, Ma," balas Justin.
Justin berjalan menuju kamar Tamara.
Tok tok tok
"Tamara, kamu sudah bangun belum?" tanya Justin dari luar kamar Tamara.
Justin yang tidak mendengar ada sahutan dari Tamara membuka pintu kamar adiknya. Gelap yang ia lihat saat pintu kamar terbuka. Justin mencari saklar lampu lalu menekannya.
Cklekk
Seketika cahaya lampu menerangi seluruh ruangan. Ia melihat Tamara yang tidur sangat berantakan, bahkan baju Tamara sampai terangkat ke atas hingga menampilkan dalaman Tamara.
Justin menggeleng-gelengkan kepalanya "Dari dulu tidak berubah ya, padahal udah gede," kata Justin.
Justin mendekati Tamara lalu ia menarik turun baju Tamara, kemudian ia menepuk-nepuk pipi Tamara dengan pelan.
"Pangeranku, akhirnya kamu datang menjemputku," kata Tamara.
"Dari kecil enggak berubah ya, masih suka sama pangeran," kata Justin terkekeh.
Justin mendekati telinga Tamara lalu ia berbisik. "Kakak yang akan jadi pangeran kamu, Tamara," bisik Justin di telinga Tamara.
Justin melihat Tamara tidak terbangun sama sekali mencubit lengan Tamara hingga mendadak Tamara bangun dan menendang sesuatu.
Bugh
"Arghh!" teriak Justin sambil memegang miliknya yang kena tendang.
Tamara yang mendengar teriakkan kakaknya seketika membuka matanya lebar dan ia tertawa terbahak-bahak melihat Justin yang kesakitan.
"Maaf, Kak. Aku tidak sengaja," kata Tamara sambil menyengir.
"Tamara, sakit nih, tanggung jawab," kata Justin.
"Ck, siapa suruh Kakak mendadak ada di depanku, kan bikin kaget," balas Tamara.
Justin hanya mendengus kesal dan memegang miliknya. Setelah tidak terlalu terasa sakit, Justin menatap tajam adiknya sedangkan yang ditatap hanya menyengir saja.
"Kak, itu mata udah kayak mau keluar aja," ejek Tamara.
"Berisik kamu, keluarga kita udah nunggu di ruang makan, kamu memang mau telat apa hari ini?" kata Justin.
Seketika Tamara melirik jam yang ada di dinding dan matanya langsung membulat sempurna saat melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh.
"Astaga, Kaka! Aku siap-siap dulu ya, lima menit kelar!" kata Tamara heboh.
"Lima menit? Kamu ngapain dalam lima menit, hmm?" tanya Justin.
"Mandi bebek," balas Tamara menjulurkan lidah.
Tamara segera berlari menuju lemari lalu ia mengambil seragam. Setelah itu Tamara langsung masuk ke dalam kamar mandi.
"akhirnya itu bocah tidak marah lagi, semoga dia kelar dalam lima menit" gumam Justin.
Cklekk
Tepat lima menit Tamara keluar dari kamar mandi sudah menggunakan seragam dan sudah rapi membuat Justin melongo.
"Tamara, kamu mandi macam apa hanya lima menit?" tanya Justin.
"Kan udah aku bilangin mandi bebek, Kak," balas Tamara.
"Ya udah, ayo turun ke bawah. Mama dan papa sudah menunggu kita di bawah untuk sarapan pagi," kata Justin.
Mereka berdua akhirnya berjalan bersama menuju ruang makan. Sesampainya di ruang makan, mereka berdua mendudukkan dirinya di kursi.
"Pagi, Ma, Pa," sapa Tamara.
"Pagi, Nak," balas Renata dan Romeo berbarengan.
"Anak-Anak mari mulai makan sekarang biar kalian enggak telat," kata Renata.
Mereka semua mulai mengambil makanannya lalu memakannya dengan lahap. Setelah selesai makan, Tamara dan Justin langsung berpamitan ke kedua orang tuanya.
"Ma, Pa, kami pergi duluan ya," kata Justin.
"Ma, Pa, Tamara berangkat sekarang ya, takut telat," kata Tamara.
"Iya, Justin. Kamu bawa mobil hati-hati ya. Papa tidak mau kamu membawa mobil ugal-ugalan," kata Romeo.
"Pasti, Pa," balas Justin.
Setelah berpamitan, mereka berdua berjalan menuju mobil. Justin yang sudah di dalam mobil bersama Tamara mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju sekolahan Tamara dulu sebelum ke kampus.
"Tamara, nanti kamu pas pulang dijemput Mang Ujang ya soalnya Kakak ada kerja kelompok bareng teman," kata Justin.
"Kak, boleh enggak kalau Tamara pulang dengan teman Tamara aja enggak usah dijemput Mang Ujang?" tanya Tamara.
"Enggak boleh, Tamara. Kakak merasa tidak aman kalau kamu pulang dengan orang lain," jawab Justin dengan tatapan tajamnya.
Tamara yang ditatap tajam oleh kakaknya membalas tatapan tajam Justin.
"Kak, aku juga ingin pulang bareng teman, kali ini aja ya, Kak," kata Tamara dengan tatapan memohonnya.
"Tidak, Tamara. Nanti kamu pokoknya harus pulang sama Mang Ujang. Oh iya, kalau kamu mau pergi sama teman kamu, juga harus ijin sama Kakak dan harus diawasi oleh Mang Ujang, Kakak tidak mau hal buruk terjadi pada kamu," kata Justin.
"Iya, Kak," balas Tamara lesuh.
Beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai Justin berhenti di lobby Trinity School. Tamara berpamitan kepada kakaknya lalu ia melangkahkan kakinya menuju kelasnya.
"Woi! pagi-pagi muka kamu udah kayak pakaian kusut aja," kata Tina dengan nada mengejek.
"Berisik ya," balas Tamara.
"Kalau aku tebak, pasti kamu lagi kesel sama kakak kamu ya," kata Tina.
"Iya, seperti biasa dia selalu nyebelin pengen bebas rasanya dari dia," balas Tamara.
"Nyebelin gitu tapi kakak kamu tuh harus dihargain," kata Theo.
"Bawa aku kabur dong, guys please," pinta Tamara.
Deg