"Masih ingin menjambakku? Atau mencakarku?" Jimin menelusupkan kepala di ceruk sang istri. Napasnya masih tersengal setelah pergulatan panasnya. Naira tak mampu berkata apa-apa, karena ia juga kelelahan. Jimin memang j*****m. "Menjauhlah dari atas tubuhku," keluh Naira karena Jimin belum juga melepas penyatuan mereka. "Sebentar lagi, biarkan mereka bertemu, Sayang," bisik Jimin. "Aku merindukan anakku." "Ck, kau menyebalkan. Sudah menjauh, jangan mengada-ada. Kau tak ingin aku keguguran, 'kan? Sekarang menjauhlah." Jimin pun menggeser tubuhnya dengan setengah hati. Ia merebahkan dirinya di sebelah Naira dan memeluknya erat. "Lengket, Jim!" protes Naira sembari mendorong tubuh suaminya. Namun, bukannya terdorong, Jimin malah makin memepetkan tubuhnya, dan dengan jahil meraba d**a sang