"Terkadang cinta memang harus merelakan"
Reina berjalan memasuki koridor sekolah, pikirannya kosong. Menerawang jauh, meemikirkan keadaan Kei.
Entah memang Ia sedang sensi atau memang kenyataanya, sejak Dia memasuki gerbang Dia mendapat banyak tatapan yang sulit diartikan.
Rei tetap berjalan, Ia berpikir ia memang sedang aneh hari ini.
"Dia kakak jalang itukan?"
"Iya, gak tau malu ya,"
Langkah Reina terhenti, lalu Ia menoleh pada 2 cewek yang sedang membicarakannya.
"Jalang?"tanya Reina.
Kedua cewek tersebut menatap Rei dengan tatapan merendah.
"Lo bilang adik Gue jalang punya mulutkan. Jawab!"bentak Reina. Membuat keduanya sedikit mengkeret.
"Ohh Lo ya bukannya bokap Lo berdua kerja ya diperusahaan bokap Gue"tanya Rei.
Seketika wajah kedua cewek tersebut menjadi pias.
"Gimana mau jawab pertanyaan Gue atau Gue bilangin ke bokap biar pecat sekalian bokap Kalian?"tantang Rei dengan angkuh.
"Ma-maaf Kak, Ki-kita gak maksud buat kek gitu,"jawab salah satu cewek itu.
"Iy-iya Kak, Ki-kita cuman di suruh kok,"kata cewek satunya.
"Oh ya, disuruh siapa Kalian?"
Salah satu cewek itu membisikkan sesuatu pada Rei yang membuat Rei terkejut.
….
Seseorang memasuki kelas IPA-1 kelas 11.
"Diana, Icha"
Diana dan Icha merasakan namanya terpanggil menoleh.
Diana dan Icha sedikit terkejut, karena baru kali ini mereka dipanggil Seseorang tersebut.
"Kalian tau kan Keina dimana?"tanya Reina berharap banyak.
"Ohh nyariin jalang itu ya,"sinis Diana.
"Apa Lo bilang?jalang?ga salah denger Gue?!"kata Reina tak percaya dengan perkataan sahabat Keina.
"Iya jalang, siapa lagi kalo bukan jalang, l***e?!"balas Icha
"Hahh keknya adik Gue udah salah nyari temen"sinis Reina.
"Salah?salah nyari temen?gasalah ya kak, kayaknya Kakak deh yang nggak becus jadi kakaknya"serang Diana.
"Terserah Lo ya dasar temen kek anj*ng!"sinis Rei lalu meninggalkan kelas, tak memedulikan tatapan anak-anak yang menonton.
" gila!, ga setia kawan banget sih Mereka"
"Itu Kakaknya ya?"
"Jijik Gue "
"Emang pantes disebut jalang si Kei"
Komentar demi komentar keluar dari mulut anak-anak yang menonton. Sedang Icha dan Diana, mereka sudah keluar dari kelas entah mau kemana.
Reina terus berjalan, tak tau mau kemana sampai akhirnya Seseorang menarik tangannya.
"Nan!"tanya Rei ragu-ragu. Orang yang dipanggilpun menoleh lalu kembali fokus berjalan sambil menarik tangan Rei.
Reina yang dari tadi tak memberontak semakin santai setelah tau orang yang menarik tangannya adalah pangeran hatinya.
Reina seperti sedang bermimpi, ini pertama kalinya Dia dipegang oleh Seseorang itu.
Sampai di taman belakang sekolah.
"Ada apa Nan?, tumben ngajak Gue kesini"bungah Rei setelah terduduk dibangku taman.
Keenan diam, Reina melihat wajah Keenan yang berantakan seperti sedang ada masalah.
"Keenan?"tanya Rei memastikan sambil menyentuh tangan Keenan.
"Gue mau ngomong,"
"Iya ngomong aja kali,"pede Rei yang menduga Keenan akan mengungkapkan cintanya pada Rei.
"Kei bener-bener adik Lo?"tanya Keenan dengan hati-hati.
Reina diam, menatap Keenan lalu mengalihkan pandangannya ke depan.
"Bukan itu kata-kata yang pengen Gue denger Nan"batin Rei.
"Kenapa?Lo mau bully Gue juga?"tanya Rei.
"Nggak gitu, Dia bener adik Lo?"tanya Keenan sekali lagi.
Reina mengangguk, bertanda pertanyaan Keenan benar.
"Dimana Dia sekarang?"
Reina menggeleng.
"Gue nggak tau. Gue juga lagi nyari Dia. 2 hari lalu Kei di usir dari rumah. Dan bodohnya Gue, Gue gak nglakuin apa-apa saat Dia disiksa bokap nyokap dirumah,"ujar Rei menunduk menyesali perbuatannya.
"Disiksa?!"kaget Keenan.
"Iya, Kei nggak pernah dianggep di rumah, bahkan Gue juga nggak pernah nganggep Dia adik Gue sendiri. Gue jahat banget kan"cerita Reina.
"Ehh sorry jadi baper nih Gue"ucap Rei setelah tau jika Ia menangis.
Keenan hanya diam, lalu mengagguk memastikan tak apa.
"Btw Lo kok nanyain Kei kenapa?"tanya Rei setelah sadar Keenan mengajaknya kesini hanya mau nanyain soal Kei.
" Ga ada,"ucap Keenan lalu bangkit.
"Gue pergi,"
"Lo ya?"tanya Rei yang langsung membuat langkah Keenan terhenti.
Entah kenapa pertanyaan itu, tiba-tiba terucap dari bibir Rei.
Keenan berbalik menatap Rei.
"Bukan kan?, bukan Lo kan,"tanya Rei memastikan.
Keenan melangkah maju.
"Sorry Gue khilaf Rei,"ujar Keenan.
Reina diam mematung mendengar jawaban Keenan.
Reina berbalik.
"Ma-maksud Lo Nan?"
"Bu-bukan Lo kan?"
Reina mendekat, dekat sekali dengan Keenan.
"JAWAB GUE NAN!!!"bentak Rei pada Keenan yang mematung menatapnya.
"Sorry,"jawab Keenan lirih.
"'Sorry?! Lo buat adek Gue hamil dan apa Lo bilang 'sorry'?!"ucap Rei sinis.
"Gu-gue mabuk waktu itu Rei, Gue bener-bener ga nyadar,"ucap Keenan meyakinkan Rei.
"Hahh nggak sadar?, terus Lo tau darimana kalo Lo yang hamilin Kei?"tantang Rei.
"Gue tau Lo pasti nggak percaya sama alasan Gue,"
"Sejak kejadian itu Gue selalu mimpi buruk Rei, Gue selalu bermimpi kejadian itu,"
"Gue tau Gue bego kan,"
"Iya Lo bego, Lo bego banget Nan, kenapa baru sekarang bilangnya. Mungkin kalo Lo bilang lebih awal Kei gak akan dikatain jalang Nan. Sumpah hati Gue hancur saat denger kata-kata itu buat adek Gue."
Reina luruh ke tanah.
"Gue harus gimana Nan?, Gue gak becus jadi Seorang kakak buat Kei. Gue harus gimana kasih tau Gue Nan,"ucap Reina frustasi.
"Bantu Gue Rei,"
"Bantu apa?"
"Bantu cari Kei, Kita cari Kei sama-sama. Kalo kita bisa nemuin Dia, Gue bakal tanggung jawab dan Lo bisa memulai menjadi kakak yang baik baginya,"
"Kei pasti ketemu kan Nan?"
"Pasti Rei,"
"Asal Kita tekad nemuin Dia,"imbuh Keenan sambil memandang kosong tanah yang Ia pijak.
Tanpa mereka sadari ada satu pasang mata yang mendengar percakapan Mereka sedari tadi.
….
Kringg Kringg Kringg
Waktunya pulang, siswa siswi sudah mulai menyorakkan suara mereka bagai mendapat keberuntungan besar.
Keenan yang mau menggendong tasnya sudah ditarik dulu bajunya oleh Cakra.
"Ikut Gue!"
"Gak usah narik baju segala b*****t!"protes Keenan.
"Udah diem!"balas Cakra sedikit membentak.
"Apasih, lepas b******k!"berontak Keenan.
"Ren bawa tas dia"
Reno mengangguk lalu membawakan tas Keenan. Ya walaupun Reno sendiri juga bingung kenapa Cakra menarik baju Keenan.
Kini Mereka bertiga sudah memasuki mobil Keenan.
"Apasih Lo, mau nebeng Gue?"tanya Keenan.
"Gue gak semisqueen itu ya Nan!"protes Reno.
"Gaya Lo!"
"Udah diem, Gue mau tanya sesuatu sama Lo Nan,"ujar Cakra serius.
"Hallah sok serius Lo Cak!"ucap Reno yang mendapat pelototan Cakra.
"Iye iye!"
"Apa?"bingung Keenan.
"Lo beneran hamilin Keina anak IPA itu?"tanya Cakra hati-hati.
Keenan diam membisu. Bagaimana Cakra tau?.
"Cak Lo kalo ngomong suk-"
"Lo tau darimana?"belum sempat Reno protes Keenan sudah menyerobot.
"Kok Lo malah tanya Dia tau darimana sih Bos, jangan bilang kalo Cakra bener?!"ucap Reno penuh penekanan.
Keenan tak mendengarkan ucapan Reno, Dia menatap Cakra disampingnya yang tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Lo tau darimana Gue tanya?"ulang Keenan, rahangnya mulai mengeras.
"Gue denger pas Lo ngomong sama Reina,"jujur Cakra.
"Lo, denger semuanya?"tanya Keenan yang diangguki Cakra pertanda pertanyaan itu benar.
"Nan Lo-"
"Iya, Gue yang hamilin Gia. Mau apa jauhin Gue?jauhin aja,"ucap Keenan enteng yang mendapat toyoran kepala.
"Sakit bego!"
"Kalo bacot bisa nggak dijaga. Lo mau Gue sama Cakra jauhin Lo. Oke"ucap Reno sok serius.
"Nggak nggak sorry"ucap Keenan lirih.
Ia mengira Mereka akan marah, benci atau apalah karena Dia sudah kelewatan hamilin anak orang.
"Udah. Jadi gimana?"tanya Cakra.
"Kei diusir dari rumah,"jawab Keenan pada Cakra.
"Wah Lo Nan, udah kelewatan Dia sampek diusir dari rumah"sahut Cakra.
"Sebelumnya Dia juga udah suka disiksa dirumahnya bahkan Dia nggak dianggap sama ortunya,"ucap Reno.
Keenan berbalik menatap Reno yang duduk dikursi penumpang.
"Lo tau darimana Ren?"tanya Keenan.
"Dari yayang Guelah!"
"Ye santai dong gausa ngegas!"sahut Cakra.
"Emang kenapa bisa sampek kek gitu?"
"Gue gatau, Lo tau gak Ren?"
"Nggak Nan, Icha cuman bilang begitu. Selebihnya Dia nggak mau ngomong, takut terlalu ngurusin kehidupan orang,"jelas Reno lalu menyesap rokok yang baru Ia nyalakan.
"Gaes bantuin Gue,"pinta Keenan.
"Apa?"Reno dan Cakra serempak
"Bantuin Gue cari Kei,"
"Tenang aja Nan Kita bakal bantuin Lo."
"Thank bro Gue gak tau lagi minta tolong sama siapa lagi. Cuman Kalian yang ngerti Gue,"ucap Keenan sambil menatap Mereka berdua bergantian yang dibalas anggukan oleh mereka.
"Gue bisa nanya Icha. Icha pasti tau,"ujar Reno semangat.
"Nggak Ren,"kata Keenan membuat senyum Reno sedikit pudar.
"Apanya Nan?"
"Reina bilang udah tanya ke pacar Lo. Tapi Dia bilang kalo Kei jalang. Dari cara Dia ngatain Kei jalang udah mbuktiin kalo Dia udah gak mau hubungan sama Kei,"jelas Kenan panjang lebar.
"Icha bilang kek gitu?"tanya Reno yang diangguki lesu Keenan.
"Nanti Gue tanya Dia lagi Bos,”imbuhnya yang diangguki Keenan.
Lalu hening ketiganya sama-sama diam membisu. Hanya ada asap rokok Reno yang mengepul.
"Ortu…ortu Lo gimana?"tanya Cakra.
"Lo kan tau Cak kalo Mereka cuma peduli sama Rangga, ya pastinya Mereka nggak tau,"
"Terus Lo mau ngasih tau Mereka?"
"Gue gabakal kasih tau ke Mereka. Gue gak mau Kei terluka karena ulah Mereka. Gue gak mau bikin orang yang Gue sayang hilang lagi kek dulu"ujar Keenan menatap kosong kedepan.
Dulu, Keenan memiliki gadis idaman seperti cowok pada umumnya. Namun sayang, Dia telah tiada karena kecelakaan saat Dia akan ke sekolah.
“Lo sayang sama Dia Bos?”tanya Reno.
“Gue belum sayang sama Dia Ren. Tapi Dia ibu dari anak Gue Ren,”jawab Keenan lirih membuat Reno dan Cakra hanya diam membisu.
….