013

1758 Words
'Biasanya insting seseorang yang menyayangi kita besar peluang untuk benar' "Nan," Keenan menoleh pada cewek yang tiba-tiba duduk di dekatnya.  "Ngapain Lo disini. Meja kosong masih banyak gih pergi!"ucapnya datar tanpa menoleh lagi pada cewek itu.  "Cak... Lo bisa pergi bentar nggak?" Cakra yang sedang makan bakso didepan Keenan menoleh pada cewek tadi. Reina.Cakra tak menggerakkan badannya sedikitpun malah makin menikmati baksonya. "Cak bisa pergi bentar? Gue mau ngomong sama Keenan,"bujuk cewek itu. "Ngapain Lo ngusir Cakra. Lo aja yang pergi sana sama temen Lo juga," Reina menatap Sasya yang bersamanya cemberut .Keenan kembali memfokuskan pandangannya pada nasi goreng yang Ia makan merasa tak ada gangguan. "Nan Gue mau ngomong sama Lo," "Ngomong aja." "Tentang Keina" "Kenapa?" "Lo udah nemuin Dia?" "Bukan urusan Lo!"ketus Keenan. "Nan Gue mau ketemu sama Dia." "Buat apa nyakitin?" Reina menggeleng.  "Kenapa sih Lo negatif thingking mulu sama Gue?" Keenan memutar matanya jengah akan kelakuan Reina. "Bukan negatif thingking. Emang Lo mau ketemu sama Dia buat nyakitin Dia kan. Terus dapetin Gue.Basi eh," "Gue nggak bisa percaya. Dimana sih otak Lo Rei?"ucap Cakra yang daritadi diam.  "Udah deh Cak Lo nggak usah ikut-ikutan!"bentaknya. "Bang...." Icha tiba-tiba datang bersama Diana mengagetkan Mereka berempat.  "Ngapain Lo kesini?"tanya Reina sinis. Yang tak dijawab Icha. "Sini Na," Cakra menepuk sebelah kursinya yang kosong. Diana lalu duduk didekat Cakra sementara Icha masih berdiri memandang Reina. "Bang geser Gue mau duduk," Icha mengubah gaya bicaranya menjadi sedikit manja pada Keenan. Namun Keenan tak menolak malah menggeser duduknya untuk Icha. Reina dan Sasya menatap tak percaya pada apa yang Mereka lihat. Icha tersenyum merasa menang.  "Sono pergi!"usir Keenan pada Reina dan Sasya. "Nan,"rengek Reina. "Minggat apa Gue berbuat lebih?"ancam Keenan pada Reina yang terus memprotesnya. Reina akhirnya pergi dari situ bersama sang sahabat dengan muka ditekuk. "Wahh hebat Lo Bang. Bisa nakhlukin Dia,"ucap Icha sambil memandang Keenan yang sedang menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.  "Yang," Reno yang baru datang langsung melihat Icha sedang memandang Keenan cemburu. "Oh mana baksoku?" "Nih,"Reno menyodorkan bakso kehadapan Icha sedikit kesal. "Sana Lo Nan," "Cieee cemburu," Reno yang terbakar api cemburu memerintah Keenan untuk bergeser. Keenan pun bergeser kesamping sedang Reno duduk ditengah-tengah Icha dan Keenan. "Cha," Diana memanggil Icha yang mendapat gumaman dari Icha. "Lo sadar nggak sih anak-anak ngeliatin Kita?"ucap Diana lirih. Icha,Cakra, Reno dan Keenan yang mendengarnya langsung menatap sekelilingnya. Dan benar saja yang Diana katakan Mereka memandang Icha dan Diana sinis. "Pada liatin apa hah?!" Cakra langsung berdiri dan membentak para murid yang sedang di kantin. Reno dan Keenan bengong. Baru pertama Cakra bentak anak-anak buat ngelindungi Diana. Anak anak yang iri dengan Icha dan Diana hanya bisa mendengus dan mengalihkan pandangan Mereka, daripada nanti berurusan dengan Gervide. "Wahhh kagum Gue sama Lo Kak,"ucap Icha dengan nada kagumnya. Sedang Cakra tak menggubrisnya malah menatap ke Diana yang menunduk malu. Keenan menyenggol siku Icha yang langsung menoleh ke Keenan. "Kenapa Bang?" Keenan tak menjawab hanya menunjuk Reno dengan dagunya. "Ehh maaf Yang. Gue cuma sayang sama Lo kok. Nggak ada yang lain,"ucap Icha dengan nada manjanya yang langsung mendapat anggukan dari Reno. Apalah daya jika sudah bucin nggak bisa berpaling euy. "Oh iya Bang. Nanti Lo ke cafe?" Keenan mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari nasi gorengnya yang daritadi belum habis. "Jam berapa?” "Secepatnya,"serunya. "Lo mau bolos?" Keenan menggeleng. "Marahin lagi Gue kalo bolos,"polos Keenan. Reno,Cakra dan Icha tertawa mendengar jawabannya sedangkan Diana hanya tersenyum simpul. "Suami-suami takut istri"ledek Reno pada Keenan yang langsung menatapnya tajam tapi Reno malah semakin terbahak. Bukan Reno namanya kalo nggak berani sama Keenan.  Sebenarnya Cakra juga nggak takut sama Keenan tapi karena sifat Cakra yang lebih ke pendiam dibanding Reno membuat kesan Dia seperti takut dengan Keenan. Keenan juga biasa aja saat Reno dan Cakra seperti itu. Toh mereka juga sahabat kan.  "Nggak tau kenapa kok Gue merasa Keina bakal di apa-apain sama Reina ya"lirih Icha yang sontak mendapat tatapan dari mereka berempat. "Kok gitu sih Yang?" Icha hanya mengedikan bahunya acuh atas pertanyaan Reno. "Nggak tau. Itu yang ada dipikiran Gue." "Gue juga,"Imbuh  Keenan yang sontak membuat Mereka menatapnya. "Gue juga yakin kalo Dia nggak bakal tinggal diem."lanjutnya. Keenan menghiraukan tatapan dari Mereka yang masih membutuhkan penjelasan lebih. "Reina kan suka ngelabrak seenaknya kalau Dia gak suka sama orangnya." Semua anak mengangguk atas ucapan Keenan. "Gue mau bilang tapi takut,"lirih Diana. "Bilang aja Na,"ujar Cakra mendukungnya. "Tadi Gue denger di toilet Kak Reina nelpon seseorang nggak tau siapa. Tapi intinya Dia mau orang itu celaka," "Beneran Na?"tanya keempatnya kaget. Diana mengangguk.  "Wahhh emang nekat tu bocah!parah sumpah."kata Reno tak habis pikir dengan kelakuan Reina. "Kalo Dia sampek ngapa-ngapain Keina g]Gue nggak habis pikir sama otaknya."rahang Keenan mengeras. Insting nya pasti benar jika Reina akan mencelakai Keina. Keenan bangkit berdiri. "Gue duluan." Keenan langsung berlari keluar dari kantin tanpa pikir panjang. "Bang Keenan pasti sayang banget sama Kei." "Gue takut Keina kenapa-kenapa,"cicit Diana. Cakra dengan sigap mengusap bahu Diana untuk menenangkan pikirnya. "Gue juga Na. Awas aja sampek Dia nyelakain Keina. Gue bakal bales!" "Dia nggak pernah ngerasain yang Kei rasain. Kalo sampek itu terjadi Gue yang bakal ngurus Na tenang aja," Reno menoleh pada Icha. Baru kali ini Icha seserius ini untuk membela orang.  "Tenang Yang. Keenan pasti bisa ngelindungi Kei." Hibur Reno. Mereka yang daritadi hangat berubah menjadi hening.  Semua terpusat pada pikiran masing-masing.  ….. Karena Keina tak menemukan kunci Cafe nya. Keina memutuskan pergi ke super market terdekat untuk membeli bahan bahan rumah yang telah habis.  Keina memilih berjalan selain karena dekat juga untuk olahraga.  Drtt drtt drtt Keina mengambil ponsel yang bergetar di saku jaket nya.  Keenan 'Halo' 'Kei Kamu dimana gak ada dirumah'  'Aku dijalan mau ke super market beli bahan makanan yang udah habis.'  'Kok gak bilang Aku aja. Nanti Aku antar.' 'Nggak usah lagian udah dijalan juga.' 'Tap-' Tiiiiinnnn Brugh 'Kei? Kei? Kei jawab?' 'Na-nan tolong Aku.' 'Kamu kenapa?  Tunggu disitu. Jangan matiin panggilan nya.'  Flasback Keenan 'Halo' 'Keina kamu dimana gak ada dirumah'  'Aku dijalan mau ke super market beli bahan makanan yang udah habis.' 'Kok gak bilang aku aja. Nanti aku antar.' 'Nggak usah lagian udah dijalan juga.'  'Tap-' Tiiiiinnnn Saat Keina sedang berbicara dengan Keenan melalui ponsel tiba-tiba mobil warna merah menabraknya dari belakang membuat Keina jatuh tersungkur.  'Kei? Kei? Kei jawab?' Keina dengan susah payah mengambil ponsel nya yang terpental sedikit jauh dari dirinya jatuh.  'Na-nan tolong Aku. ' ' Kamu kenapa ?  Tunggu disitu. Jangan matiin panggilan nya.' Keina mengerang ditempat. Ada darah yang mengalir dikakinya. Juga rasa nyeri yang melanda dirinya.  Tak lama mobil putih menghampiri Keina. Keina sudah tak memikirkan siapa yang menghampiri nya. Yang dipikirkannya hanya janin yang ada diperutnya.  "Kei! " Keenan keluar dari mobil langsung membopong tubuh Keina yang berisi. Bagi Keenan, tubuh Keina tak ada apa-apa nya. Keenan dengan santai mengangkat nya tanpa rasa berat karena otot Keenan mungkin.  Keenan mempercepat laju mobil nya setelah Keina semakin merintih kesakitan.  Sampai dirumah sakit. Keina langsung mendapat perawatan.  Keenan yang menunggu diluar nampak gusar sambil meramalkan doa-doanya untuk Keina dan calon janinnya.  Kondisi lelaki itu sudah berantakan. Dengan rambut yang acak-acakan dan juga wajah yang terlihat sangat khawatir. Keenam sudah tidak memakai seragamnya.  Rahang Keenan mengeras kembali mengingat perkataan Diana tadi. Jika ini perbuatan Reina sudah pasti Reina tak punya otak.  Ceklek Keenan langsung bangkit mendengar pintu perawatan Keina terbuka.  "Gimana keadaan istri saya dok?" "Istri anda dan calon janin alhamdulillah selamat. Tapi keadaan istri Anda sangat lemah akibat kekurangan darah tadi jadi istri Anda perlu di opname,"jelas Dokter. Keenan menghela napas lega.  "Makasih Dok," "Iya sama-sama mari Pak," Keenan lalu membuka pintu rawat Keina setelah dokter dan suster tadi berlalu. Pemandangan pertama yang Keenan lihat adalah Keina yang pucat sambil menatap Keenan yang masuk.  Keenan mendekat, mengusap pipi Keina sayang.  "Maaf" Keenan terkejut atas perkataan Keina.  "Maaf untuk apa Kei ? " "Maaf udah hampir bunuh anak Kita,"cicitnya. "Hei denger Aku. Ini bukan salah Kamu. Nggak papa. " Keenan mengelus perut Keina sambil mengecup kepala Keina.  Brakkk.  Pintu ruang Keina tiba-tiba terbuka keras. "Kei!"  Icha dan Diana berteriak dan masuk dengan tergesa-gesa diikuti Reno dan Cara dibelakang Mereka masih dengan seragam sekolah.  "Gausa teriak-teriak Istri Gue lagi sakit!" Icha dan Diana hanya meringis setelah mendengar teguran dingin dari Keenan. Sedang Keina langsung menyikut perut Keenan yang tak digubris dengan Keenan. Keenan lalu duduk disofa bergabung dengan Cakra dan Reno yang sudah duduk lebih awal tanpa disuruh.  "Lo gapapa kan Kei? " " Mana yang sakit? " " Siapa yang nyelakain Lo? Gue cekek juga tu orang!" Keina hanya tersenyum mendengar runtutan pertanyaan dari Icha dan Diana. Itu tandanya mereka sangat sayang pada dirinya.  "Nanyanya pelan pelan dong Na, Cha," "Habis Gue sama Icha khawatir sama Lo Kei," Keina tertawa kecil sambil menggelengkan kepala nya.  "Yang pertama, Aku baik-baik aja. Nggak ada yang sa…" “Bohong kaki nya lecet tadi," Keenan menyela omongan Keina yang akan mengatakan tidak membuat Kei melotot  padannya. "Mana? " Icha langsung membuka selimut yang menutupi kaki Keina dan benar ada luka yang sudah diperban dikaki kanannya.  "Kei Lo bohong Kita,"ucap Icha drama.  "Aku nggak papa. Cuman luka kecil ," "Nggak papa dari mana Kei? Lo sampek masuk rumah sakit gini!"sungut Diana. "Aku Nggak papa Na, Cha. Eh Kalian berempat bolos ya?" Keempat nya mengangguk membuat Keina merasa bersalah.  "Gausa merasa bersalah Kei. Kita gapapa kok," "Tapi Kalian bakal dapet poin gara-gara Aku. Lagian Kak Cakra sama Kak Reno kan 3 bulan lagi ujian,"kata Kei lirih. "Laki Lo juga Kei. "ucapan Cakra membuat Kei tersadar membuat Kei menatap Keenan yang sedang bersandar disofa.  "Kamu tadi kenapa bolos? " " Khawatir sama Kamu." "Kemarin Aku udah bilang kan jangan bolos lagi," Keenan mengangguk tenang.  "Mau marah? " Keina mengangguk. Membuat Keenan sedikit terkejut. Padahal kan Keenan yang menolong nya.  "Maunya tapi nggak jadi, sayang" "Sayang kenapa? " Keina mengedikkan bahunya acuh membuat Keenan bangkit dan mengacak rambut Keina.  "Sadar bos ada orang disini main mesra-mesraan"sindir Reno yang mendapat anggukan dari Cakra dan Icha.  "Gih pergi sana,"usir Keenan serius. "Dih main ngusir aja. Nggak bisalah! "protes Icha. " Bisa kan Lo tamunya," "Gabisa pokoknya! " "Bisa," "Nggak! " "Udah diam Icha, Keenan. Lama-lama Kalian kayak kakak adek aja," tutur Keina yang langsung mendapat bentakan dari keduanya.  "NGGAK! " "Kamu bentak Aku?" tanya Keina pada Keenan yang belum sadar jika Dia membentaknya.  "Enggak,"jawab Keenan pura-pura tak tau. "Iya Kamu tadi bentak Aku."sedih Kei. "Enggak Sayang,"sabar Keenan. Mampus tuh! “kompor Icha yang langsung mendapat tatapan tajam dari Keenan.  "Eh Lo berdua kesini mau mesra-mesraan? "tanya Reno pada Cakra dan Diana yang sedang rangkul-rangkulan. Cakra hanya diam tak menanggapi ucapan Reno sedang Diana sudah merah menahan malu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD