"Memangnya cuma film India yang nari di saat hujan?" Kala bertanya santai, senyum tersunggil. Vanilla ikut tersenyum hingga menampilkan jejeran giginya supaya Kala tidak membaca kekecewaan yang terpancar dari matanya. Namun, sialnya ... Kala tidak menoleh lagi ke arah Vanilla meski mulutnya melakukan penyangkalan atas ucapan Vanilla. Vanilla cuma bisa memperhatikan bibir Kala yang seksi itu komat-kamit seperti mbah dukun. Kalau Mbah dukunnya kayak gini, sih. Pasti banyak yang bersedia jadi korban. "Oh,ya. Tadi Bapak mau kasih penawaran apa?" Vanilla sebenarnya benci mendengar Kala membahas masa lalu atau apa pun itu. Tapi Vanilla mencoba sadar diri akan posisinya sebagai sekretaris Kala. "Kamu tahu proyek kita, yang penggantian marmer di gedung-gedung kementrian. Saat ini proye