"Apa yang kalian lakukan di depan Istanaku?!" teriak Kaisar Zhao yang berada di gerbang masuk Istana.
Putri Wen langsung menjatuhkan dirinya seolah itu ulah Permaisuri, "Yang Mulia Kaisar, Kakak mendorongku karena menahannya untuk masuk ke Istana Surga!" adu Putri Wen pada Kaisar Zhao.
"Apa? Gadis ini juga gila," batin Alana.
Kaisar Zhao menatap Alana dengan tajam, "Aku sudah melarangmu menginjakkan kaki di Istana Surga," ujar Kaisar Zhao.
"Dasar pria stress!" teriak Alana pada Kaisar Zhao.
Kaisar Zhao terlihat bingung apa yang di ucapkan Permaisuri padanya menggunakan kata yang tidak ia mengerti.
"Apa itu stress?" tanya Kaisar dengan tatapan marah, "Apa itu nama laki-laki lain yang sering kau temui?" sambungnya.
"Aduh, aku keceplosan mengeluarkan kata dari masa depan. Jika aku mengatakan arti sebenarnya pria gila itu akan membunuhku," batin Alana.
Kaisar Zhao berjalan mendekati Alana yang masih berdiri di depan tangga, karena sedikit takut Alana menyebutkan arti yang asal-asalan.
"I-itu artinya tampan, Kaisar sangat tampan," ucap Alana asal-asalan.
Langkah Kaisar berhenti mendengar ucapan Alana, dia menatap kebingungan pada Permaisuri yang ada di depannya.
"Dayang Choi bawa Permaisuri kembali ke Istana Merak!" perintah Kaisar yang masih fokus pada Alana.
"Baik Yang Mulia." Dayang Choi membawa Alana pergi dari Istana Surga.
Alana melihat Putri Wen tersenyum kemenangan karena Kaisar menyuruhnya pergi, dengan cepat dia membalikkan badannya dan berlari ke arah Kaisar.
"Yang Mulia!" panggil Alana.
Kaisar pun berbalik, Alana langsung memeluk Kaisar Zhao. Semua orang terkejut dengan tingkah laku Permaisuri termasuk sang Kaisar.
"Setiap hari kita akan tidur bersama, karena kita menginginkan putra mahkota," ucap Alana.
Wajah Kaisar langsung memerah seperti udang rebus mendengar ucapan Permaisurinya, "Ki-kita akan tidur bersama saat waktu yang baik tiba," ujar Kaisar Zhao seraya melihat ke arah lain.
"Dayang Choi katakan pada para pelayan Istana Merak, bawa barang-barang yang aku butuh ‘kan ke Istana Surga karena mulai hari ini aku akan tinggal dan tidur setiap hari bersama suamiku!" perintah Alana tanpa mengalihkan pandangannya dari Kaisar.
Putri Wen terlihat kesal mendengar ucapan Alana, dia pergi dengan penuh rasa amarah, entah apa yang akan dia lakukan pada Permaisuri lagi.
Para pelayan dan dayang Choi sangat sibuk mengurus barang-barang Permaisuri yang akan di bawa ke Istana Surga, Alana duduk di tepi danau yang ada di depan Istana Merak.
"Keberanian apa yang sudah kulakukan, aku seperti wanita m***m yang ada di pinggir jalan," gumam Alana sembari melempar batu ke dalam danau.
"Salam Yang Mulia Permaisuri," sapa salah satu Pangeran.
Alana kebingungan dia tidak tahu siapa pria asing yang ada di depannya saat ini, sedangkan dayang Choi tidak bersamanya.
"Maafkan hamba yang baru bisa menjenguk Yang Mulia," ucap Pangeran.
"Ah, ti-tidak apa-apa."
"Anu, itu, anda siapa?" tanya Alana pada Pangeran.
"Ya?" Pangeran pun tampak bingung mendengar pertanyaan Alana.
"Maaf, karena jatuh ke danau banyak air yang masuk ke otakku hingga kabel uratnya terputus, jadi aku sudah lupa dengan anda," ucap Alana membuat Pangeran tertawa.
"Hahaha ... ternyata anda pintar melucu juga ya, aku kira waktu pertama kita bertemu Yang Mulia gadis pendiam."
Alana hanya tersenyum kecil mendengar ucapan pria asing yang ada di depannya, tanpa di duga Kaisar datang dan mengganggu mereka berdua.
"Apa yang Pangeran ketiga lakukan di sini?" tanya Kaisar Zhao pada adiknya.
"Salam Baginda," sapa Pangeran ketiga lalu menjawab kembali, "Ah, aku hanya mampir untuk melihat keadaan Permaisuri setelah mendengar kabar jika beliau sedang sakit."
Karena rasa canggung yang ada di antara mereka Pangeran ketiga memohon pamit pada Kaisar Zhao dan Permaisuri Qi, sebenarnya Pangeran ketiga ada rasa pada Permaisuri sejak pertama bertemu sebelum Permaisuri menjadi putri mahkota.
Saat ingin mengatakan perasaannya Pangeran ketiga mendengar kabar jika putri perdana menteri Qi terpilih menjadi putri mahkota dan akan melangsungkan pernikahan dengan putra mahkota bulan depan.
"Apa etika Istana sudah hilang dari diri Permaisuri?" tanya Kaisar Zhao dengan tatapan dinginnya pada Alana.
Alana hanya diam tidak menjawab pertanyaan Kaisar, dia memilih melanjutkan menikmati danau yang akan ia tinggalkan.
Dayang Choi menghampiri mereka berdua yang masih berada di dekat danau untuk melaporkan jika barang Permaisuri sudah selesai di kemas.
"Salam Yang Mulia Kaisar," ucap dayang Choi memberi hormat pada Kaisar Zhao.
"Apa barang Permaisuri sudah selesai di kemas?" tanya Baginda Kaisar.
"Sudah Yang Mulia, para pelayan akan membawa barang Permaisuri ke Istana Surga," jawab dayang Choi lalu mundur beberapa langkah dari Kaisar dan Alana berada.
Sang Kaisar dan Permaisuri pun bersama pergi ke Istana Surga, tidak ada percakapan di antara mereka.
***
Alana duduk di tangga menatap langit yang sudah gelap, para pelayan tengah sibuk menghias kamar yang akan di tempati Kaisar dan Permaisuri tidur. Alana meremas jemarinya memikirkan apa yang harus dia lakukan nanti.
"Aku ingin kembali ke tubuhku yang dulu, janji deh aku bakal dengar ucapan orang tua untuk menikah," gumam Alana dengan hati gelisah.
"Yang Mulia, anda bisa menunggu Kaisar di dalam," ucap dayang Choi yang baru keluar dari Istana Surga.
"Ini pengalaman pertamaku jadi aku harus mabuk agar tidak merasa malu," batin Alana.
Dengan langkah cepat Alana masuk ke dalam kamar, dia melihat sekeliling kamar di penuhi lilin dan pernak-pernik berwarna merah, mata Alana berhenti di sebuah gelas yang ada di atas meja tanpa berpikir panjang ia mendekati gelas itu.
"Bagaimanapun caranya aku harus mabuk," ucap Alana lalu mengambil gelas yang berisi arak.
Satu gelas, dua gelas, ... tujuh gelas sudah membuat Alana mabuk. Dia duduk di lantai dengan memeluk lututnya sembari menunggu Kaisar Zhao datang.
Sedangkan di perpustakaan Kaisar sudah membaca tujuh buku, sudah lima kali Kasim Li menyuruh Kaisar untuk kembali ke kamar karena Permaisuri sudah menunggunya, tapi tidak dihiraukannya dia lebih memilih menyibukkan dirinya sendiri dengan membaca buku.
"Yang Mulia, utusan Permaisuri dayang Choi datang dan mengatakan jika semuanya sudah siap," ucap kasim Li.
"Katakan pada dayang Choi, aku akan tidur di sini."
"Tapi Yang Mulia bagaimana jika Permaisuri ...."
"Apa kau ingin membantahku?"
"Tidak Yang Mulia, saya akan menyampaikan kepada dayang Choi."
Setelah Kasim Li memberitahu Dayang Choi jika Kaisar tidak akan tidur malam ini di kamarnya, Dayang Choi kembali ke istana Surga lalu masuk ke dalam kamar dan melihat Permaisuri tengah duduk di lantai seraya memeluk lututnya.
"Yang Mulia, apa yang anda lakukan? Walaupun Baginda Kaisar tidak ingin tidur bersama, anda tidak boleh begini."
"Dasar pria b******k, gila!" teriak Alana.
"Apa Permaisuri etikanya sudah hilang sehingga berteriak memaki suaminya?"
Mendengar suara Kaisar Zhao Dayang Choi langsung pamit pergi meninggalkan mereka berdua, Alana berdiri lalu menghampiri Kaisar yang masih berdiri di dekat pintu.