Sakit

1221 Words
Dua hari sudah usia pernikahan Deden dan Asri dan sepasang pengantin baru itu tidak bisa menolak permintaan ayah mereka untuk berbulan madu ke pulau dewata—Bali. Reinald sudah menyiapkan semuanya, termasuk tiket dan akomodasi untuk putri dan menantunya. Sebelumnya Asri bersikukuh menolak perintah Reinald untuk berbulan madu, namun karena Reinald dan Andhini memaksa, akhirnya Asri dan Deden luluh juga. Malam ini, sepasang suami dan istri itu tengah menyiapkan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Pakaian dan beberapa perlengkapan pribadi lainnya. Deden awalnya ingin membantu, namun Asri menolak. Ia menyuruh suaminya menikmati hari bersama Dimas. “Dek, benar akang tidak boleh membantu?” tanya Deden yang tengah bermain dengan Dimas di atas ranjang. Asri menggeleng, “Nggak usah. Akang jagain Dimas saja. Bukan’kah katanya akang kangen sama Dimas?” “Iya, tapi akang kasihan juga lihat dek Asri siapin semuanya sendiri.” “Nggak apa-apa, ini’kan memang tanggung jawab aku.” Asri tersenyum lalu kembali melanjutkan kegiatannya mengemasi barang-barang akan ia bawa untuk berbulan madu. Deden balas tersenyum, lalu melanjutkan kegiatannya menjaga Dimas yang masih asyik bermain di atas ranjang. Terlihat jelas pria itu sangat menikmati kebersamaannya bersama Dimas, putra yang selama ini sudah ia perjuangkan dan kini bisa bisa bersamanya dua puluh empat jam. Kekehan-kekehan ringan mulai terdengar di sana. Ayah dan anak itu sangat bahagia. Asri juga selalu mengukir senyum setiap melihat kebersamaan itu. Ia juga turut bahagia dengan kebahagiaan yang kini menghinggapi Dimas dan suaminya. Di tempat berbeda, Andhini dan Reinald masih bersantai di kamar mereka. “Sayang, aku tidak menyangka jika Asri akhirnya menikah dengan pria yang hampir saja ingin aku bunuh. Entahlah ... Walau aku tahu ternyata Deden adalah orang baik yang cukup cerdas, tapi hati kecilku masih belum bisa menerima sepenuhnya.” Pandangan Reinald nanar seraya menatap langit-langit kamar. “Apa maksud kamu, Mas?” lirih Andhini yang kini berada dalam dekapan suaminya. Reinald melepaskan tangannya dari kepala Andhini. Ia menatap wajah wanita yang begitu ia cintai itu. “Bagaimana pun juga, Deden sudah merusak Asri. Itu sudah meninggalkan luka mendalam dan noda pada putriku itu. Jauh di dalam lubuk hati terdalam, perasaan marah itu masih ada, Andhini.” Andhini menggerakkan tubuhnya dan menghadapkan tubuh itu ke arah Reinald. “Mas, kamu tidak boleh bicara seperti itu. Kamu lupa kalau kita juga punya kesalahan masa lalu. Beruntung, Tuhan masih sayang pada kita dan memberikan takdir baik itu. Begitu dengan dengan Deni, ia mungkin pernah salah. Akan tetapi ia tidak akan selalu dan selamanya salah. Saat ini kita hanya bisa support serta mendoakan mereka agar mereka selalu sehat, langgeng dan bahagia.” Reinald semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Andhini, “Kenapa istri cantikku ini selalu saja bijaksana. Setiap kata yang keluar dari bibirmu, selalu saja mampu menenangkan aku.” Reinald membelai bibir Andhini dengan jempol kanannya. “Mas, a—aku ....” Andhini ingin berucap sesuatu, namun ucapan itu tertahan karena Reinald seketika mendaratkan ciuman di bibir manis istrinya. Tanpa bisa dicegah, air mata Andhini menetes begitu saja. Ia menikmati ciuman manis itu akan tetapi sekuat tenaga, ia juga menahan sebuah rasa sakit yang terasa di perutnya. Reinald tidak sadar jika istrinya tengah menahan rasa sakit itu. Ia terus saja menikmati bibir manis Andhini. Memainkan lidahnya di dalam rongga sana hingga Andhini tidak sadar mengeluarkan desahan yang begitu disukai Reinald. “Hei, ada apa?” tanya Reinald setelah ciuman itu berakhir. Reinald membelai pipi Andhini yang basah oleh tetesan air mata. Andhini memegang ke dua telapak tangan suaminya. Ia menatap netra Reinald “Aku mencintaimu, Mas,” lirih Andhini. Ia menyandarkan keningnya di kening Reinald. “Mas juga mencintai kamu. Sangat cinta ... kamu tahu betapa cintanya mas sama kamu, Andhini Saraswati.” Kalau sudah berada di momen seperti itu, Reinald pasti sudah tidak tahan untuk segera menggauli istrinya. Pria itu kembali mengecup lembut bibir Andhini seraya perlahan melepas piyama tidur yang membalut tubuh istrinya. Andhini membiarkan, sebab bagaimana pun juga, itu adalah kewajibannya dan hak sang suami meminta apa yang ia inginkan. Bahkan, jika istrinya menolak, maka malaikat pun akan melaknat sang istri jika sang istri tidak punya uzur syar’i apa pun. Piyama itu sudah terlepas. Tubuh yang masih bagus dan terawat itu, membuat Reinald seketika memanas. Ia membelai leher Andhini hingga pangkal d**a dengan lembut. Sementara bibir ke duanya masih saling tempel dan kecup dengan hangat. “Mas ...,” lirih Andhini setelah ciuman itu berakhir. “Aku tidak akan sanggup hidup tanpa kamu, Andhini.” “Jangan bicara seperti itu, Mas.” Reinald menggeleng, “Aku tidak main-main dengan ucapanku, Sayang ....” Andhini seketika memeluk Reinald dengan erat. Ia menghujani bahu Reinald dengan ciuman. Ada sebuah rasa sesak yang bersemayam di dadanya. “Ada apa, Sayang ...,” lirih Reinald. Pria itu membelai punggung Andhini yang sudah tidak tertutup oleh apa pun lagi. “Tidak ada apa-apa, Mas. Aku juga takut kehilangan kamu.” Reinald terus membelai punggung itu seraya menciumi bahu istrinya, “Mas tidak akan pernah meninggalkan kamu, Sayang. Percayalah.” Andhini mengangkat kepalanya. Ia menatap wajah Reinald lalu mendaratkan bibirnya di atas bibir suaminya. Andhini meraih tangan Reinald dan mengarahkan tangan itu di atas dua gundukan miliknya. Diperlakukan sepertiu itu, tentu saja membuat Reinald senang. Tanpa permisi, Reinald segera merebas gundukan itu. Ia meremasnya dengan lembut hingga dari bibir Andhini keluar desahan-desahan manja yang semakin membuat Reinald menggila. “Mas, maaf jika aku sudah tidak maksimal melayanimu,” lirih Andhini. Ia sama sekali tidak menghiraukan rasa sakit di bagian perutnya. Baginya, rasa sakit itu tidak lebih penting dari kebahagiaan yang dirasakan suaminya. Reinald mungkin bisa saja menghentikan semua adegan itu jika ia tahu istrinya tengah menahan rasa sakit di bagian vital tubuhnya. Akan tetapi, Reinald sama sekali tidak mengetahuinya. Wajah Andhini memang selalu mengernyit setiap melakukan penyatuan dengannya dan wajah memelas dan mengernyit seperti itu membuat Reinald senang dan semakin bernafsu. Tanpa menunggu lama, Andhini segera meminta Reinald melepaskan celananya. Wanita itu ingin segera menyudahi pertempuran kali ini. Denyutan itu semakin terasa dan Andhini tidak ingin Reinald mengetahuinya. Tidak lama, Reinald pun membuat penyatuan. Suara rintihan ringan, terdengar keluar dari bibir Andhini. Andhini mengerang menahan rasa sakit di perutnya. Mendengar suara erangan yang menggema di kamarnya, membuat Reinald semakin menggila. Ia meremas gundukan Andhini lebih keras lagi. Andhini sedikit terpekik, tapi Reinald tidak peduli, sebab ia sudah biasa mendengar erangan, desahan suara pekikan itu. bagi Reinald, suara-suara itu merupakan bagian dari kenikmatan. “Sakit?” tanya Reinald di tengah-tengah permainan. Ia merasa perlawanan Andhini mulai melemah. Andhini menggeleng, “Lanjutkan saja, Mas. maklumlah, aku ini sudah tidak muda lagi, jadi tenagaku sudah tidak sekuat dulu,” lirih Andhini seraya terus berusaha mengukir senyum. Reinald tersenyum. Ia menurunkan tubuhnya hingga tubuhnya menindih perut Andhini. Lagi-lagi, Andhini hanya mampu menahan semuanya. Ia tidak ingin suaminya kecewa. Reinald kembali menikmati gundukan besar itu, mengecup bibir istrinya secara bergantian. Ya Allah ... Mas, tolong segera sudah, guman Andhini dalam hati. Ia tidak berani mengungkapkan semua itu kepada Reinald. Dengan sekuat tenaga, Andhini mencoba membuat pergerakan dan membalas permainan Reinald. Tujuannya hanya satu, agar suaminya tidak mampu bertahan terlalu lama dan menyudahi permainan itu. “Sa—sayang ... ini ....” Reinald bergumam seraya bangkit dari posisi telungkupnya. Usaha Andhini berhasil. Pria tampan itu pun akhirnya tidak mampu bertahan terlalu lama akibat pergerakan yang dibuat oleh istrinya. Pada akhirnya, Reinald pun memuntahkan semuanya. Penderitaan Andhini pun usai, sementara Reinald lemas di samping Andhini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD