When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Mentari pagi sudah mengintip dari balik jendela kamar Bi Atin, Jovita masih tertidur lelap, selimut tebal membungkus tubuhnya, tidur meringkuk seperti kebiasaannya. “Non belum bangun, ini minum dulu bagaimana hasilnya, diurut tadi malam?” Tanya Bi Ati meletakkan segelas teh jahe hangat di atas nakas. “Badanku masih sangat sangat sakit Bi, ingin diurut lagi, Bi Ina tenaganya kurang pas untukku aku geli.” Jovita jadi mau diurut sejak Leon memanggil terapis, saat itu. “Iya sudah tidur lagi saja, aku buatkan soup hangat untukmu,"ujar Bi Atin,ia berharap Leon dan Jovita berbaikan lagi. Bi Atin tidak tahu kalau wanita berwajah cantik itu, telah memberinya obat tidur malam itu dan ia tidak tahu kalau Jovita menyusup keluar dari Istana Leon. Bi Atin tidak tahu .... Bi Ina wanita yang mengurut