When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Leon sadar kalau semua penghuni rumahnya sudah berubah, termasuk semua anak buahnya, mendengar anak buahnya menyebut kalau mereka merasa kasihan pada Jovita. Ia juga menyadari sikap kelima anak buahnya berubah. Leon juga kasihan melihat Jovita yang begitu tertekan karena banyak masalah. “Baiklah aku akan mengalah, aku akan memberimu kesempatan kali ini,” ucap Leon. Leon ingin menemui Jovita untuk membuat kesepakatan, ia memikirkan alasan untuk menemui Jovita, Leon mondar-mandir di ruangannya, ia masuk Ke kamar tidur yang bersebelahan dengan ruang kerja miliknya, ia ingin melihat Jovita dari dekat, melihat dari layar monitornya Lagi- lagi ia melihat Jovita menangis sendirian dengan bahu terguncang-guncang di luar kamar. “Apa yang harus aku lakukan. Saya harus bagaimana Jovita?” Leon