When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Malam semakin larut, udara malam semakin menusuk sampai ke tulang-tulang, Leon juga bukan robot, dengan pakaian berlengan pendek seperti itu, ia juga merasa tulang-tulangnya terasa mati rasa, jari- jarinya mulai kaku. Namun demi Jovita, ia bertahan dan tidak mau terlihat lemah di hadapan Jovita. Leon melirik ke belakang, api unggun milik penjahat itu sudah mulai meredup. “Hara” “Hmm” “Apa kamu tidur?" “Tidak Pak, tapi jari-jemariku tidak bisa di gerakkan.” Leon meraih jemari tangan Jovita, mengurut-urutnya meletakkan di mulut Leon meniup napas hangatnya di telapak tangan. “Ayo kita menghampiri api unggun mereka” “Apa yang ingin kita lakukan? Bagaimana kalau mereka hanya ingin menjebak kita?” “Maka kita akan cari tahu, aku tidak ingin hanya menunggu” “Tubuhku seperti patung Pak,