When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sore itu kepanikan terjadi. Bu Atin yang biasanya kuat dan selalu tangguh, kali ini lemah, wanita paruh baya itu terduduk lemas. Ia sangat takut ketika melihat waja Jovita dipenuhi cairan warna merah dari luka di keningnya yang terbentur ujung meja. Melihat keributan di halaman depan dua orang asisten rumah tangga berlari membantu Bu Atin. Jantung wanita itu, tidak kuat lagi saat melihat darah yang membanjiri wajah cantik Jovita tubuhnya bergetar. “Bi masuk saja ke dalam rumah, tidak apa-apa Non Hara hanya terluka ringan,” ujar Toni ia membantu Zidan yang meringis memegang pundak. “Tapi apa dia baik-baik saja?” Bi Atin menatap Hara. “Iya Bi, aku baik, tidak apa-apa hanya ujung meja mencium keningku,” ujar Jovita masih sempat-sempat bercanda Iwan menekan lukanya , tetapi darahnya meng