When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Leon sangat marah saat Jovita menuduh Bokoy sebagai pembunuh orang tuanya, ia berpikir kalau Jovita asal menuduh. “Sekarang katakan apa rencana mu padaku, apa kamu ingin membalas ku? Teriak Leon dengan suara meninggi, badai hebat terjadi lagi di rumahnya. Hara berpikir bagaimana caranya agar orang-orang yang ia cintai ikut terlibat dalan bahaya. “Kamu tidak apa-apa Hei, Jovita jawab aku, kamu tidak apa-apa?” Leon menyentuh bahunya, ia berpikir kalau Jovita hanya menghindari pertanyaan. Leon menarik tangannya untuk berdiri, membalikkan badan Jovita pucat dan ber keringat dingin, matanya meredup. “A-a-aku sakit, tanganku sakit,” Jovita menjatuhkan badannya di d**a Leon dan ia pingsan, “ Hara! Apa yang terjadi?” Leon merangkul dengan sangat erat. “Apa yang terjadi?” ia, mengusap-usap pu