Dinar

1168 Words

Dua tahun kemudian. Pantai asuhan Pelita Harapan. Suara kicauan burung- burung sangat riang pagi itu, menyambut sang mentari pagi. Seorang gadis cantik dengan rambut panjang, berjalan menyusuri halaman rumah dengan langkah kaki menimang setiap langkah yang ia ambil, bibirnya tersenyum manis dan matanya bulatnya berkedip-kedip, menahan geli saat anak-anak memegang pinggang rampingnya. “Kakak! Awas batu, kakak dari samping!” Teriak gadis kecil menarik tangannya menghindari batu besar, kalau tidak ia akan tersandung. Gadis cantik itu menurut saja, saat tangannya di papah dan didudukkan, kini ia duduk manis, seperti biasa, kepalanya akan diberi hiasan, bunga-bunga indah seperti Tuan Putri di Negeri Dongeng. Ia tertawa bahagia saat bersama anak-anak, seorang lelaki yang luka bakar di waj

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD