When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Diam, Diam lah … kalau kamu terus mengoceh kapan aku bisa tidur, ini sudah jam satu,” ucap Leon memeluk tubuh mungil Jovita, meletakkan kepala wanita itu di dadanya. “Tidak bisakah kamu melepaskan ku? Kamu sudah merampas apa yang paling berharga dari hidupku? Apakah itu belum cukup meredakan rasa dendam pada ayahku, Bisakah aku meminta maaf mewakili ayahku?” Ucap Jovita, air mata itu tumpah membasahi pakaian Leon. Leon tidak menjawab, ia pura-pura menutup mata, membiarkan Jovita tidur, wanita malang itu sesenggukan di dadanya dan akhirnya tertidur juga, Leon hanya diam, matanya menatap pipi Jovita yang ia gampar tadi “Aku tidak akan membuat pilihan itu , kamu harus selalu siap di sisiku,” ujar Leon berucap pelan bahkan, Jovita juga tidak mendengarnya lagi, karena sudah sangat lelah da