Seketika tubuh wanita malang itu roboh kesamping, genangan berwarna merah membanjiri lantai, tempat dimana kepalanya tersungkur.
Ia menembakkan benda kecil itu di kepala si wanita yang bersujud di kakinya.
“Singkirkan dia,” pintanya pada orang-orang berpakaian gelap dan memiliki tubuh tegap itu.
“Baik Bos,”
jawab mereka dengan patuh dengan suara serentak.
Para lelaki berbadan tegap itu terlihat sangat menghormati dan takut pada tuannya, alih-alih patuh mereka hanya menundukkan kepala.
Semua anak buahnya terlihat menahan napas gugup saat Leon berdiri.
Leon meninggalkan tubuh yang tidak bernyawa itu begitu saja, tidak ada rasa penyesalan dan tidak ada kesedihan, wajahnya datar, sorot matanya menyeramkan.
Nyawa manusia tidak berarti di matanya, baru kemarin sore menghilangkan nyawa orang lain dengan pedangnya, kini ia juga menghilangkan nyawa seorang wanita, yang dia yakini sedang mengandung.
‘Dasar Iblis maki Jovita, ia bersembunyi di balik lemari kayu, berharap Lelaki jahat itu tidak melihatnya.
Tetapi saat Hara sedang bersembunyi, sebuah tangan lagi-lagi menyeretnya dari balik lemari.
Leon menarik lengannya membawanya pergi dari tempat terlarang bagi orang lain.
Ia dorong masuk kedalam kamar, sorot matanya tajam
“Tunggu giliran mu, duduk manis jangan membuat keributan,” pintanya dengan nada tegas, lalu mengunci pintu dari luar.
“Mencoba bersikap tenang kamu bilang …? Itu tidak akan mungkin, kamu sudah membuatku berpikir kalau aku hidup di dunia lain, karena menemuka manusia kejam seperti kamu.
Dengan mudahnya melenyapkan hidup orang lain,” ujar Jovita, Leon mendengarnya, tapi ia mengacuhkannya.
Jovita duduk memeluk kedua lututnya, tubuhnya gemetaran menahan rasa takut, ia duduk disisi ranjang, bayangan wanita malang itu masih melintas di pikirannya.
“Iya Tuhan, takut melihat lelaki killer itu” kata Jovita, semakin meringkuk ketakutan.
Lelaki yang memiliki nama julukan Naga itu seperti manusia yang tidak memiliki jiwa, hidupnya seolah sudah ditukar dengan jiwa iblis, sehingga ia tidak punya rasa takut pada apapun, ia merasa jiwanya telah lama terkubur saat kakak perempuannya yang masih remaja, digilir didepan matanya, dan ibunya meninggal karena di perlakukan manusia-manusia kejam.
Untuk bisa hidup di dunia yang kejam ini, ia juga menjalani hidup yang keras, saat umurnya 14 tahun, ia sudah banyak melakukan tindakan kriminal.
Saat umurnya 17 tahun, anak-anak seumurannya sekolah, dan menghabiskan waktu bermain dan nongkrong dengan teman-teman, Tetapi tidak bagi seorang Naga.
Ia sudah melangkah melampaui batasan umurnya, ia sudah menerima tawaran bekerja sebagai pembunuh bayaran, dan kepala geng motor hidup di dunia hitam. Saat umur masih sangat muda, tetapi jiwanya semakin hilang, ia merasakan jiwanya terbang bebas bisa melakukan apapun yang ia mau.
Saat pedang kecilnya menusuk jantung targetnya, saat ia menerima upah dari pekerjaannya, saat itu pekerjaan yang digeluti bukan lagi tentang berapa nominal yang ia terima, tetapi itu sudah seperti sebuah kepuasan batin untuknya.
Diumur 14 tahun ia sudah merasakan dinginnya kamar penjara, walau katanya ia dimasukkan ke penjara anak di bawah umur, Namun penyiksaan tetaplah ia terima, penjara jugalah yang mulai mengubah hidupnya semakin keras.
‘Jika kamu kuat, maka kamu akan hidup. Tetapi jika kamu lemah maka kamu akan mati’
Motto ala penjara yang ia dengar. Leon kecil merasakan dinginnya lantai penjara selama dua tahun.
Ia dibebaskan dari sana karena pertimbangan ia masih di bawah umur, jangan harap akan membuatnya berubah saat keluar dari penjara, justru penjara membuatnya semakin berani, Ia hidup seperti singa jantan kelaparan, berburu banyak nyawa dan menemukan klien yang ingin memakai jasanya, untuk melenyapkan nyawa orang lain.
Ia kembali beraksi di jalanan, geng motor, jadi team demo bayaran, semua kejahatan jalanan sudah ia lakoni. Pada saat Leon masih kecil juga pernah hampir kehilangan nyawa, ia ditangkap preman jalanan hampir kehilangan ginjalnya.
Bahkan teman leon kehilangan organ tubuh, para penjahat itu mengambil bermodalkan bius dan pisau dapur, manusia j*****m itu merobek pinggang anak itu, ingin mengambil ginjalnya, nyawa mereka seolah-olah tidak berharga.
Beruntung saat itu polisi datang menyelamatkan hidup Leon, sebuah keberuntungan dari langit membuatnya hidup sampai saat itu. Luka panjang dari bawah ketiaknya, bukti dari kejamnya dunia yang ia lalui.
Flash back
Lima belas tahun yang lalu.
Seorang wanita paruh baya memohon pada para pekerja, agar rumahnya tidak di hancurkan, seandainya memang harus dihancurkan setidaknya berikan kompensasi yang layak.
Wanita itu hampir setiap hari menolak rumahnya di robohkan, bahkan berdiri diantara alat- alat berat yang akan meratakan rumahnya dengan tanah.
Wanita miskin itu Ibu Leon.
Ia mengadu ke pemerintahan setempat meminta keadilan, tetapi apa yang dialaminya ? ia tidak di tanggapi bahkan ia malah di usir.
Wanita itu tidak pernah lelah, ia seorang janda yang bekerja mengumpulkan barang- barang rongsokan, untuk menghidupi kedua anaknya yang masih sekolah.
Tetapi malam itu malam yang mencekam, sekelompok preman mendatangi rumah Leon, menghancurkan rumah reot mereka, lebih sadis lagi mereka melukai wanita paruh baya itu, tidak sampai di situ penderitaan Leon, hal itu jugalah mengubahnya menjadi seorang monster kejam.
Salah seorang preman memperkosa kakak perempuan Leon di depan matanya, gadis remaja yang duduk di bangku kelas tiga itu hanya bisa berteriak;
“Tutup…tutup matamu. Jangan lihat!”Teriak sang kakak pada saat itu, Leon melihat orang-orang biadab itu lalu ia melaporkan ke kantor polisi.
Tetapi tidak ada pertolongan untuknya. Tidak ada yang mau mendengarkan orang miskin seperti ia. Laporannya tidak ditanggapi. Pada akhirnya mereka juga tidak dapat apa-apa.
Kakak perempuannya diperkosa, rumah dihancurkan tanpa dapat uang pengganti, hidup terlunta-lunta tanpa tempat tinggal, tidak tahan memikul beban berat itu, ibunya akhirnya menyerah pada kehidupannya yang keras, ia mengakhiri hidupnya dengan caranya, tanpa mau memikirkan bagaimana hidup Leon dan kakaknya.
“Hidup di dunia ini tidak ada keadilan Nak, ibu menyerah, ibu minta maaf, Jika kamu tidak mendapatkan, maka kamu harus menciptakan keadilan untuk dirimu sendiri,” ucap ibu Leon sebelum menutup mata.
Beberapa lama kemudian setelah sang ibu meninggal, sang kakak depresi, karena bahan bulian teman-temanya di sekolah, karena tidak punya rumah Mereka berdua mencoba bertahan hidup di gubuk kecil di tengah hutan.
Tidak lama kemudian kakak perempuan Leon pada akhirnya menyerah pada hidup.
Leon menemukan sang kakaknya tergeletak di dasar jurang, tidak jauh dari gubuk mereka tinggal. Ia ditinggalkan hidup sendirian di dunia yang kejam ini. Leon menjadi yatim piatu karena ketidak adilan hidup.
Saat sepeninggalan ibu dan kakak perempuannya, Naga duduk memandangi puing-puing runtuhan rumahnya, ia jadi sebatang kara, tidak tau harus berbuat apa dan mengadu pada siapa, tadinya ia anak yang baik sama seperti kakaknya, mereka berdua siswa yang berprestasi di sekolah.
Tetapi semuanya hancur seketika karena ulah manusia kejam.
Bersambung ....