‘Seandainya kamu bisa mendengarkan kata hatiku ini, seandainya kamu tahu betapa aku mencintaimu. Apakah mungkin ada sedikit tempat bagi cintaku di hatimu?apakah aku bisa meluluhkan hatimu yang sedingin es itu?’ Mina tersenyum tipis, perasaannya berkecamuk saat ini. Lelaki itu terlihat seperti manusia normal baginya saat ini, selama ini ia selalu melihat Gafin yang seperti sebuah robot yang tidak punya ekpresi pada wajahnya. Mengetahui begitu banyak ekspresi Gafin yang berbeda itu membuat hatinya bahagia.
‘Apakah selama ini aku menganggapnya tidak normal?’ sebuah senyuman terukir pada sudut bibirnya saat ia menyadari bahwa selama ini ia selalu menganggap Gafin sebagai sebuah robot yang tidak punya ekspresi pada wajahnya.
“Kamu keselek bakso ya? sampai senyum-senyum sendirian.”
‘Terkadang aku membenci diriku yang terlalu ekpresif, sehingga pikiranku bisa membuat wajahku terlihat konyol.’ rutuk Mina di dalam hatinya
“Kamu doain aku keselek bakso, gitu?” Mina menaikkan sebelah alisnya.
“Nggak dong….nanti aku sedih kalau sehari aja nggak ketemu kamu.”
“Nge…le…dek…,” Mina tampak berpikir sejenak, ia mencoba mencerna perkataan yang diucapkan lelaki itu, “Apa? kamu barusan ngomong apa? kamu sedih kalau sehari aja nggak ketemu aku?” Mina melanjutkan perkataannya,ia menyengir kuda ke arah Gafin saat menyadari apa yang barusan lelaki itu katakan kepadanya.
“Kamu salah dengar.” Gafin melemparkan pandangannya ke arah tukang bakso di hadapan mereka. Abang tukang bakso itu tidak menarik baginya, tetapi bagi Gafin, abang tukang bakso itu lebih menarik darinya karena sedari tadi lelaki itu tidak dapat mengalihkan pandangannya dari abang tukang bakso itu. Mina menghela nafas panjang dan pasrah dengan sifat Gafin yang tidak dapat dimengertinya.
Mereka kembali ke dalam keheningan, setelah menghabiskan semangkok bakso, mereka berjalan pulang menuju hotel mereka yang terletak beberapa blok dari tempat mereka menyantap semangkok bakso tadi. Ada yang berbeda dengan keadaan mereka berjalan saat ini, suasana di antara mereka tidak sehangat perjalanan saat mereka pergi tadi. Jika tadinya mereka berbincang-bincang dengan hangat, saat ini mereka terjebak di dalam keheningan yang membuat d**a Mina sesak dan entah mengapa hotel yang hanya terletak beberapa blok itu terasa sangat jauh baginya.
‘Apakah ini artinya aku harus mengubur semua harapanku, mengubur semua rasa cinta ini? kamu berada di dalam ingatan dan khayalanku setiap hari, mengapa kamu begitu menyiksaku?’ Mina larut dalam pikirannya sendiri dan menikmati keheningan di antara mereka yang terasa begitu menyesakkan dadanya.
***
‘Bagaimana aku bisa mengucapkan kata-kata konyol seperti itu? kata-kata yang tidak pernah aku pikirkan akan keluar dari mulutku. Biasanya aku dapat mengkontrol diriku dengan baik. Apa yang akan terjadi jika aku melanjutkan percakapanku dengannya tadi? rasanya aku akan mati, aku seperti tengah menggali kuburku sendiri. Aku tidak ingin dia tahu perasaanku di tempat seperti itu, walaupun aku bukanlah orang yang romantis, tapi aku tahu bahwa setiap wanita ingin diperlakukan secara romantis.’ Gafin larut di dalam pikirannya, ia menatap kosong langit-langit kamarnya.
Bersama dengan Mina membuat jantungnya berdebar dengan kencang, terkadang ia merasa takut jika wanita itu bisa mendengarkan suara jantungnya. Jauh di dalam hatinya, ia tidak ingin lelaki lain memiliki Mina dan ia juga tidak bisa mengungkapkan perasaannya kepada wanitanya itu. Cinta yang sudah ia pendam selama dua tahun itu tidak mudah untuk ia ungkapkan. Secara tidak langsung ia mengakui dirinya hanyalah seorang pengecut yang tidak mempunyai nyali untuk mengungkapkan perasaannya sendiri.
Ia tahu bahwa Mina tidak pernah menyadari cintanya kepada wanita itu, bagaimana Mina bisa mengetahui perasaannya jika selama ini ia selalu memperlakukan Mina dengan dingin. Gafin yang ingin memperlakukan Mina dengan hati-hati dan tidak ingin terburu-buru, ia tidak boleh salah langkah sedikitpun untuk mendapatkan hati Mina. Tanpa ia sadari, ia terlalu takut untuk kehilangan wanitanya itu.
‘ I have destroyed my heart by loving you.’
Hatinya seakan hancur karena mencintai Mina. Ia tidak mengerti, mengapa baginya mencintai dan mengungkapkan itu adalah perkara yang sangat sulit. Pengalaman hidup mengajarkannya bahwa ia tidak boleh untuk jatuh cinta lagi, tetapi cinta bukanlah perasaan yang bisa kita kontrol bukan? Walaupun ia tahu bagaimana sakitnya perasaan kehilangan itu, tetapi ia tidak dapat menggunakan akal sehatnya saat mencintai seseorang. Cinta itu hadir begitu saja di dalam hatinya, ia bahkan tidak pernah menyadari kapankah awal dari cinta itu, tanpa ia sadari cinta itu mulai tumbuh di dalam hatinya.
Sekarang yang ia tahu adalah ia mencintai Mina dan ia menginginkan wanita itu. Pengalaman mengajarkannya untuk tidak terlalu mencintai seseorang karena saat orang itu pergi, ia akan hancur berkeping-keping. Ia tidak ingin hancur untuk kedua kalinya, tetapi Mina telah membuat hatinya terasa sesak hanya karena mencintainya.
Hari ini Gafin meminta Mina untuk istirahat di hotel dan ia akan pergi dengan klien mereka, Mr. Robert Smith untuk melihat lokasi di mana mereka akan membangun sebuah hotel mewah. Ia memaksa Mina untuk beristirahat hari ini karena ia takut tidak dapat mengkontrol dirinya sendiri bila berdekatan dengan Mina. Walaupun ia tidak sanggup untuk menjauh dari wanita itu, tetapi ia selalu mencoba untuk menyangkal perasaannya kepada Mina. Walaupun ia sangat tersiksa dengan kebodohannya itu, ia tidak sanggup mengontrol perasaan cintanya, tidak melihat wajah Mina dalam seharian saja bisa membuatnya sesak nafas, seakan wanita itu adalah oksigen yang dibutuhkan oleh tubuhnya.
Setelah beberapa jam berkeliling dan membicarakan proyek dengan Mr. Robert, Gafin kembali ke kamar hotelnya. Ia merebahkan tubuhnya pada kasur berukuran king itu, tubuhnya letih luar biasa. Pikirannya tidak pernah lepas dari Mina selama seharian ini, sehari tidak melihat wajah wanitanya itu membuatnya gelisah dengan kerinduan yang memenuhi hatinya. Ia tidak tahu mengapa cintanya itu terasa begitu dalam, sehingga tanpa ia sadari ia tidak bisa selamat dari jeratan cinta itu. Ia semakin sadar bahwa ia tidak akan pernah bisa melepaskan tangan Mina dan pergi darinya, cinta itu membuatnya tenggelam di dalam perasaan yang tidak bisa ia hindari lagi. Ia ingin segera menemui Mina. Ia harus meminta maaf atas kelakuannya kemarin, ia ingin mengungkapkan perasaannya kepada Mina dan menjadikan wanita itu sebagai miliknya