One

1501 Words
Kanaya masuk dalam kamarnya dan menghempaskan tubuhnya di ranjang empuknya, ia ingin tidur saja sekarang karena ia sudah sangat kelelahan, deadline laporan membuat tenaganya lelah tapi untungnya ia sudah selesai dan bisa bernafas lega, ia sudah hampir terlelap saat pintu kamarnya terbuka. Kanaya kembali membuka matanya, ia melihat ibunya masuk dan duduk di ranjang.       "Kay... Kamu itu ya, kebiasaan. Pulang kerja bukan malah mandi tapi malah tidur," omel ibu Kanaya.      "Aku lelah bu, tadi deadline mengerjakan laporan akhir bulan," jawab Kanaya         "Hei... Anak gadis tidak boleh begitu. Pulang kerja mandi, tidak boleh langsung tidur, ayo bangun."        "Aah... Ibu...."          "Kay...."           "Iya iya," Kanaya kemudian bangun dari berbaringnya dan mengambil handuk di gantungan dekat lemari pakaiannya, dan keluar menuju kamar mandi yang ada di belakang. Kanaya tinggal bersama ibunya, Ibu Inda dan ayahnya pak Andrian. Kanaya anak tunggal kedua orangtuanya, mereka tinggal di rumah sederhana dengan halaman depan ditanami bunga bunga oleh bu Inda dan halaman belakang yang cukup luas dengan beberapa pohon mangga dan jambu biji yang ditanam sendiri oleh pak Andrian. Mereka sering bersantai di bangku kayu di bawah pohon mangga kadang mereka bercengkrama bersama menghabiskan hari libur mereka.       Pak Andrian hanya seorang karyawan bank biasa sedangkan bu Inda ibu rumah tangga biasa, Kanaya adalah lulusan terbaik manajemen di kampusnya sehingga ia direkomendasikan pihak kampus di PT. Wijaya Amery Semesta tbk, dan langsung diterima menjadi staf marketing.       Kanaya masuk dalam kamar dengan hanya memakai handuk yang membalut tubuh atasnya, bu Inda masih dalam kamar Kanaya.      "Kay... Kamu ya kebiasaan, ke kamar mandi bawa baju ganti, kamar kamu itu sebelah ruang tamu, kalau ada tamu bagaimana?"     "Iya bu maaf."       "Ya sudah kalau kamu lelah, kamu tidur."       "Udah hilang kantuknya bu,"jawab Kanaya kemudian berganti pakaian piyama tidur pendek. Ia kemudian berjalan menuju meja nakas dan mengambil sebuah buku disana. Ia duduk di ranjang dan bersandar di kepala ranjang lalu membaca buku itu, buku tentang marketing. walau ia sudah bekerja namun ia merasa masih perlu terus menambah ilmu marketingnya.       "Ibu siapkan makan malam dulu ayah kamu sebentar lagi pulang." bu Inda berdiri dan keluar dari kamar Kanaya. Kanaya melanjutkan membaca buku yang ia pegang, lama lama ia mulai mengantuk dan tertidur. "Kay... Ayo kita ma....." bu Inda tak melanjutkan ucapannya saat melihat Kanaya tertidur nyenyak, ia tersenyum lembut dan berjalan mendekati putri semata wayangnya itu lalu mengambil buku di pangkuan Kanaya dan meletakkannya di meja nakas, ia perbaiki posisi tidur Kanaya dan menyelimuti tubuhnya, bu Inda kemudian mematikan lampu kamar Kanaya dan keluar. Ia menuju ruang makan dimana pak Andrian sudah duduk disana.    "Kay mana bu?"       "Dia sudah tidur, kelelahan yah, akhir bulan, biasa kan dia selalu dikejar deadline laporan."      "Iya bu, tapi apakah dia sudah makan malam?"      "Aduh... Ibu tidak tanya tadi ya."       "Lain kali ditanya bu, kasihan kalau dia tidur dalam keadaan perut kosong."        "Iya yah, ya sudah ayah makan lalu istirahat."        Keesokan harinya Kanaya bangun dengan tubuh segar, lelahnya sudah berkurang, Kanaya beranjak menuju lemari dan mengambil baju ganti serta handuk, lalu ia pun keluar dari kamarnya dan menuju kamar mandi yang berada di belakang bersebelahan dengan dapur.       30 menit kemudian Kanaya sudah bergabung dengan ibu dan ayahnya di meja makan untuk sarapan. Pagi ini bu Inda memasak nasi goreng udang kesukaan Kanaya, keluarga Kanaya selalu menyempatkan untuk sarapan bersama dan makan malam bersama, karena hanya waktu itu saja mereka berkumpul, karena Kanaya dan ayahnya bekerja pergi pagi pulang sore. Bu Inda tak merasa kesepian karena ia juga memiliki kegiatan di lingkungan itu, ia juga suka berkebun, bunga bunga yang ia rawat terlihat indah dihalaman depan rumah mereka.          Setelah selesai sarapan, Kanaya dan pak Andrian pamit untuk berangkat bekerja, setiap hari Kanaya dan ayahnya selalu berangkat bersama karena arah tempat kerja mereka searah, Kanaya membuka city car milik pak Andrian dan melambaikan tangan pada bu Inda yang berdiri diteras mengantar kepergian mereka. Mobil pak Andrian menyusuri jalanan ibukota yang mulai ramai.         "Bagaimana pekerjaan kamu Kay?"        "Baik baik saja yah, lancar seperti biasa," jawab Kanaya.        "Ayah juga jangan terlalu diforsir yah kerjanya, ingat usia ayah."        "Iya Kay."         Pak Andrian menepikan mobilnya tepat di depan gedung megah kantor Kanaya, gedung ini milik perusahaan dimana Kanaya bekerja sedangkan pabrik pengolahan ada di tempat lain walau masih di Jakarta.        "Kay turun dulu ya yah, ayah hati hati mengemudinya."       "Iya..."        Kanaya mencium punggung tangan pak Andrian dan keluar dari mobil, ia melambaikan tangannya pada ayahnya yang mobilnya mulai bergerak meninggalkan gedung kantor PT. Wijaya Amery Semesta tbk, sedangkan Kanaya berjalan masuk dalam lobby gedung, gedung itu terdiri dari 20 lantai dengan beberapa divisi, divisi marketing di lantai 10, terdiri dari marketing Alpha, Beta, Gamma dan Omega. Mereka memiliki terget masing masing dan harus mencapainya dan lebih baik lagi jika melampauinya.         Kanaya berjalan melintasi lobby menuju lift, ia mempercepat langkahnya, ia tersenyum saat melihat Sarah dalam lift.       "Kay... Ayo."      "Iya...." Kanaya masuk dalam lift dan ternyata yang ada dalam lift semua staff marketing Alpha.         "Yaelah kenapa isinya staf marketing Alpha?" gerutu Kanaya.       "Ya ampun Kay, udah segitu bosannya kamu lihat wajah kami?" tanya Aldi pura pura sedih.      "Drama banget kamu Di," ledek Nadia       "Nah itu Kanaya begitu amat lihat tim Alpha di di lift."        "Aku bosan lihat muka kalian tiap hari, kalau seharian sama kalian biarlah di lift aku melihat wajah yang lain," gurau Kanaya membuat teman temannya menyorakinya.       "Huuuuuuu...."        "Eh, kamu lupa ada wajah baru di tim kita, wajah wow banget, body amazing perfecto," Jawab Sarah. "Iya nih Kay, lumayan ada wajah baru nan keren," tambah Mitha.         "Semoga saja dia masih jomblo jadi aku bisa mendekati dia," ucap Nadia "Enak saja, aku nomor satu yang mau mendekati dia."      "Aku..."      "Aku... "     Sarah, Mitha dan Nadia mulai beradu argumen.      "Eh... Stop.... Apa apaan kalian ini, pastikan dulu dia masih sendiri baru kalian bisa bersaing secara sehat," ucap Kanaya melihat teman temannya berdebat.       Sarah, Nadia dan Mitha menatap Kanaya.       "Kamu tidak ikut bersaing Kay?" tanya Aldi.        "No.... Pacaran bukan prioritas, prioritas utama aku sekarang adalah karier."       "Kamu normal kan Kay?" tanya Sarah, Nadia dan Mitha bersamaan membuat Kanaya mendelik. "Ish... Rese kalian, kalian pikir aku ada kelainan?"       Teman teman Kanaya terbahak, lift berhenti dan terbuka di lantai 7, mereka saling pandang, karena mereka merasa menekan tombol lantai 10 tadi.      Kanaya dan teman temannya terkejut saat melihat sosok Aldric  di depan lift dan masuk.     "Aldric...??!!" seru Sarah dan Nadia.         "Hai, kalian kompak sekali satu tim dalam satu lift.”        "Iya dong, harus kompak. Buktinya kamu juga didalam satu lift dengan kita"         “Iya, kalian benar" Aldric tersenyum, sedikit senyum Aldric membuat Sarah, Nadia dan Mitha terpukau. Aldi dan Kanaya hanya menggelengkan kepala melihat reaksi para gadis itu.      "Kenapa kamu naik dari lantai 7? bukannya ini lantai kantor direktur dan ceo?" tanya Kanaya  yang tak disangka oleh Aldric. Untuk sesaat Aldric tersentak namun ia menoleh pada Kanaya. "Pak Arda yang memintaku menghadap pada direktur utama bapak Enrico Amery." "Oh ya?  Berarti kamu spesial dong bisa menghadap direktur utama dan ceo?" tanya Sarah kagum. "Bukan begitu, hanya formalitas saja," jawab Aldric diplomatis. Pintu lift terbuka di lantai 10, Aldric bergegas keluar meninggalkan teman temannya yang masih dalam lift, ia tak ingin di interogasi lebih dalam lagi apa yang dilakukannya di lantai dimana direksi berada. Ia tak ingin ketahuan siapa dia sebenarnya. Kanaya dan teman temannya keluar dari lift menuju ruangan marketing Alpha dan duduk di meja masing masing, tak menunggu waktu lama mereka sudah tenggelam dalam pekerjaan masing masing. Oooo----oooO Kanaya berkeliling mall, walau jam sudah menunjukkan pukul 9.30 malam ia belum menemukan apa yang ia cari, besok adalah anniversary kedua orangtuanya dan ia ingin memberikan kado spesial tapi ia masih bingung harus memberikan apa pada mereka. Mall ini memiliki fasilitas club di lantai teratasnya juga bioskop, Kanaya tahu itu dan ia juga hanya berkekiling di gerai gerai mall saja. Kanaya berkilah ada lembur hari ini padahal tidak, karena hanya sekarang ia bisa mencari kado dan tidak ada waktu lagi. Akhirnya ia menemukan kado yang tepat buat ayah dan ibunya, batik couple original di sebuah butik, walau ia harus menguras isi tabunganya demi kado itu tapi ia puas, ia yakin kedua orangtuanya sangat cocok memakai batik couple itu. Ia bergegas turun melalui eskalator menuju lobby mall dan keluar dari mall namun saat melintasi area parkir ia tak hati hati, sebuah mobil hampir menabrak dirinya. "Aaaaaaaaaa....." Untungnya si pengemudi cekatan menginjak rem sehingga mobil itu tak menabrak tubuh Kanaya. "Hei... Punya mata nggak sih?  sembarangan saja menyeberang," seorang gadis mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil, mobil sport lambhorgini veneno berwarna silver. "Maaf," jawab Kanaya menyatukan telapak tangannya, tanpa sengaja ia melihat si pengemudi, ia terkejut karena si pengemudi adalah Aldric. "Aldric?" gumam Kanaya. "Minggir!! kenapa malah diam disitu!" bentak gadis itu lagi. Dengan buru buru Kanaya minggir dan mobil itu berlalu. Kanaya termangu memikirkan apa yang ia lihat, Aldric dengan seorang gadis namun yang membuatnya heran adalah mobil yang ditumpangi Aldric yang sangat tidak mungkin dimiliki oleh staf marketing, mobil yang biasa ditumpangi oleh para pengusaha kaya raya. "Mungkin itu mobil gadis itu?" batin Kanaya. "Tapi kenapa aku harus memikirkan hal itu, tidak penting juga buatku." gumamnya lagi lalu segera mencari taksi untuk pulang.    Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD