Bab 1. Minta Jadi Kekasih

1001 Words
Happy Reading. "Woy, jalannya yang bener dong! Dasar perempuan aneh!" seru seorang lelaki menatap Siska dengan tatapan tajam. Lelaki itu masih muda sekitar dua tahun lebih tua dari Siska dan yang Siska tahu dia adalah manager di divisi keuangan. Lelaki itu memaki Siska ketika dia tidak sengaja menyenggol lengannya saat keluar dari dalam lift. "Cupu sok-sokan! Ke kantor tuh dandan, pakai baju yang bagus, malu-maluin aja," sahut wanita dengan dandanan menor yang berada di belakangnya. Siska hanya diam saja sambil menghela napas. Sudah biasa baginya diperlakukan seperti itu oleh kebanyakan orang di kantor tempatnya bekerja. Mungkin karena dia berpenampilan aneh atau karena dia hanya diam saja ketika dihina ataupun diejek oleh orang-orang itu. Siska terus berjalan mengabaikan tatapan mengejek dari beberapa orang yang melihatnya. Entah kenapa mereka tidak menyukai Siska. Sejak masuk ke perusahaan itu dua bulan lalu, dia sudah mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan dari beberapa karyawan yang terang-terangan membencinya. Sepertinya alasannya memang banyak dan salah satunya adalah karena Siska terlihat begitu dekat dengan Presdir mereka yang terkenal dingin dan sangat tegas itu, bahkan jabatan sekretaris langsung didapatkan saat wanita itu melamar pekerjaan meskipun saat itu ada 10 kandidat kuat. Mungkin orang-orang itu iri dengannya. "Sis, hari ini Presdir kita launching, loh," ujar Indah mengejar langkah Siska. "Launching apa?" tanya Siska cuek. Indah adalah satu-satunya karyawan yang tulus dan memang baik sejak awal terhadapnya. Dia juga menjabat sebagai sekretaris wakil direktur. "Katanya sih dia mau bawa pacarnya ke kantor dan ini adalah perdana," bisik Indah. Siska menghentikan langkahnya. Dia berbalik menatap Indah dan hal itu membuat wanita berambut Bob itu ikut berhenti mendadak. "Kalau mau berhenti tuh kasih tanda, Sis, untung reflekku bagus," kesal Indah. "Aku nggak tertarik sama cerita itu, lagian kamu tahu dari mana?" Katanya tidak tertarik, tetapi bertanya juga. Indah tersenyum sendiri melihat sahabatnya yang polos itu. "Pak Angga yang kasih tahu," jawab Indah cepat. Ingin melihat reaksi Siska apakah ada rona cemburu atau tidak. Tetapi keinginannya pupus saat Siska hanya mengedikkan bahu dan langsung melanjutkan jalannya kembali. Indah menghela napas, dia tahu kalau Presdir mereka itu tertarik pada Siska, tetapi Siska bersikap sangat profesional bahkan wajahnya selalu datar tanpa ekspresi sehingga tidak ada yang tahu bagaimana sebenarnya perasaan wanita itu saat dengan terang-terangan Presdir mereka menunjukkan perhatiannya. *** Siska mendongak ketika mendengar suara ketukan high hells yang mendekat. Wanita berusia 30 tahun itu melihat seorang wanita cantik berpakaian seksi berjalan ke arahnya. "Apa Gazelle ada di dalam?" tanya wanita seksi itu dengan suara yang begitu lembut tetapi terkesan menggoda. "Maaf, Pak Gazelle sedang rapat, Anda bisa menunggunya di sana," tunjuk Siska pada sofa yang ada di depan mejanya. "Kalau gitu aku tunggu di dalam ruangan aja, ya?" "Maaf, Anda tidak bisa sembarangan masuk, silakan duduk di sana, sebentar lagi rapat selesai," jawab Siska dengan wajah tanpa senyum sama sekali. Wanita itu menatap Siska dengan tatapan tajam, meneliti dari atas hingga bawah. Sebenarnya pakaian Siska tidak buruk, hanya saja dia suka memakai pakaian besar kedodoran dan kacamata tebal yang tidak pernah lepas dari tempatnya. "Eh, sekretaris jelek, kamu nggak tahu siapa aku, ya? Aku ini Elea, calon tunangan Gazelle. Jadi aku nggak perlu persetujuanmu untuk masuk ke ruangan calon suamiku!" Wanita berambut coklat itu langsung berjalan cepat menuju pintu ruang kerja Gazelle, berharap bisa masuk ke sana dan tidak duduk di luar seperti orang tidak penting. Namun, langkah kaki Siska tidak kalah cepat dan berhasil mencekal lengan wanita itu. "Maaf, saya tidak peduli dengan status Anda. Saya hanya menjalankan perintah," tegas Siska dengan tatapan tajam yang membuat nyali Elea langsung menciut. Siska memang hanya menjalankan tugasnya karena itu adalah permintaan Gazelle sendiri jika tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangannya ketika dia tidak ada di dalam dan Siska harus bertanggung jawab penuh jika nanti akan ada data-data penting yang jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab jika dia teledor membiarkan Elea masuk meskipun wanita itu adalah calon tunangan Gazelle. Biarlah dia di marahi karena tidak membiarkan pacarnya masuk, asalkan dia sudah menjalankan tanggung jawabnya. Di belakang sana ada yang melihat adegan itu dengan senyum tersungging di bibirnya. Itulah yang dia suka dari Siska, gadis itu benar-benar tangguh dan sangat percaya diri. Tidak seperti dulu. "Siska, biarkan dia masuk, aku sudah kembali," ujar Gazelle yang telah mendekat dan berjalan masuk ke dalam ruangannya. Elea langsung menatap Siska dengan tatapan mengejek, kemudian dia mengikuti langkah Gazelle yang masuk ke dalam ruangannya. *** Sebuah panggilan interkom membuat Siska langsung mengangkatnya. "Iya, Pak?" "Masuk, ada sesuatu yang penting yang harus aku bicarakan." Suara Gazelle memenuhi indra pendengarannya. Belum sempat Siska menjawab, Gazelle sudah menutup panggilan itu. Siska langsung masuk ke dalam dan melihat Gazelle yang berdiri menatap ke arah luar dinding kaca. Sepertinya sedang mengamati gedung-gedung lain yang lebih tinggi menjulang. Wanita itu menatap punggung lebar itu dengan tatapan sendu, tetapi sedetik kemudian dia langsung menggelengkan kepalanya. "Pak?" Gazelle langsung menoleh dan berjalan mendekati Siska. "Bagaimana dengan tawaranku tempo hari? Apa kamu mau jadi kekasihku?" "Kenapa Bapak menginginkan saya menjadi kekasih?" tanya Siksa datar. Beberapa hari yang lalu Gazelle tiba-tiba memintanya menjadi kekasih dan Siska mengira itu hanya lelucon belaka. "Karena saya ingin dan kamu nggak bisa nolak?" Siska menghela napas dan menatap Gazelle tanpa rasa takut. "Lalu, Elea? Bukankah dia kekasih Anda?" "Ck, siapa yang bilang? Dia aja yang ngaku-ngaku. Aku nggak suka sama dia dan aku nggak mau sama dia, tapi Dad tetep ingin menjodohkanku dengannya. Jadi kalau Dad tahu aku sudah punya pacar, pasti dia berhenti menjodohkanku dengan Elea," jawab Gazelle enteng. Tidak tahu jika jawaban itu membuat Siska langsung paham dengan pemikiran atasannya itu. "Jadi, Bapak ingin saya menjadi kekasih hanya untuk tameng?" Ada setitik rasa sakit di hari wanita itu ketika mengatakan hal tersebut. Meskipun perasaan yang dulu sudah terkubur dalam-dalam, tetapi melihat pria yang dulu pernah dicintainya itu memintanya menjadi kekasih hanya untuk membebaskannya dari perjodohan yang tidak diinginkan, entah kenapa membuat hati Siska sakit. Berbeda dengan Gazelle yang sebenarnya memiliki sebuah niat tersendiri kepada sekretarisnya itu. Wanita yang sejak dulu selalu terlihat istimewa di matanya dan sampai sekarang pun masih tetap istimewa. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD