Happy Reading.
Siska merasa sedikit lega ketika sang ayah akhirnya menjalani pengobatan yang selayaknya. Kalau bukan karena Gazelle, entah bagaimana nasib sang ayah saat ini karena ternyata kanker itu sudah mencapai stadium 4. Kekurangan biaya karena kemiskinan yang menderanya membuat Siska tidak bisa berbuat banyak untuk pengobatan ayahnya.
"Kak, tadi siapa yang membantu biaya pengobatan ayah kita? Dia bilang ke Mia kalau dia kekasihnya kakak, apa itu benar?" tanya Mia. Siska reflek menoleh ke arah sang adik yang berbeda 10 tahun itu.
"Bukan, eh iya. Kakak bingung mau menjelaskan, yang jelas dia pacar kakak," jawab Siska tidak mau berbohong karena dia sudah sepakat menjadi kekasihnya Gazelle beberapa jam yang lalu sesuai kesepakatan mereka.
"Kakak hebat, keren. Bisa punya pacar ganteng dan kaya seperti itu," seru sang adik.
"Kamu tuh masih kecil, nggak usah mikir yang aneh-aneh. Kuliah yang bener dan juga berdoa terus buat ayah agar bisa segera sembuh." Siska mencubit hidung adiknya. Membuat Mia terkekeh pelan.
Malam semakin larut, tadi Gazelle mengizinkan Siska untuk tidak kembali ke kantor dan menyuruhnya menjaga sang ayah. Ada setitik rasa aneh di hatinya, tetapi Siska langsung segera menepis perasaan tersebut.
"Hanya untuk 6 bulan saja, aku pasti sanggup," gumam wanita itu.
***
Pagi harinya, Gazelle menjemput Siska ke rumah sakit. Mengajak wanita itu ke sebuah butik untuk membeli baju-baju yang bagus dan juga beberapa peralatan wanita seperti tas dan sepatu. Siska tidak bisa menolak, dia tahu jika penampilannya sangat kuno dan tidak bisa mengimbangi Gazelle yang serba mewah. Dia juga paham jika malam ini Gazelle mengajaknya untuk bertemu dengan wanita yang akan dijodohkan olehnya di sebuah restoran. Intinya malam nanti kedua keluarga besar itu akan bertemu dan membahas masalah perjodohan.
"Pak, saya gugup," ujar Siska.
Mereka sampai di sebuah salon setelah dari butik tadi. Siska tidak pernah menginjakkan kakinya di salon seumur hidupnya, dia merasa gugup karena akan di permak wajahnya. Takut jika nanti tidak sesuai ekspektasi. Dia kan tidak pernah berdandan.
"Kenapa gugup, nanti kamu nurut saja saat aku perkenalkan pada keluarga besar. Intinya perjodohan ini harus gagal," ujar Gazelle. Sepertinya pria itu salah paham tentang kegugupan Siska karena mengira jika Siska gugup akan bertemu dengan orang tua Gazelle dan juga keluarga calon yang akan dijodohkan pada pria itu.
"Saya—"
"Jangan bicara formal kalau kita di luar kantor, apalagi sedang berada di depan kedua orang tuaku, nanti mereka curiga," sela Gazelle.
"Baik, Pak."
"Manggilnya juga harus berubah."
Siska menoleh dan mengerutkan keningnya. "Memangnya harus manggil gimana?"
Gazelle nampak berpikir, sedetik kemudian dia tersenyum. "Panggilan sayang, seperti layaknya orang pacaran," ujar pria itu. Senyum di wajahnya terlihat tengil di mata Siska. Maklum usia mereka berbeda 3 tahun, lebih tua Siska, tetapi otaknya Gazelle tidak diragukan lagi.
"Panggilan sayang? Memangnya apa panggilan sayang itu, Pak?" tanya Siska dengan tatapan polos tidak mengerti.
Gazelle ingin sekali mencubit hidung mungil wanita itu. Tetapi dia tentu tidak berani melakukannya. Gazelle tahu jika sebenarnya Siska masih belum memaafkan kesalahannya dulu ketika dia menolaknya sehingga membuat wanita itu menutup pintu hatinya rapat-rapat.
"Ya panggilan seperti honey, beib, atau yank. Kamu mau dipanggil apa?"
Siska jadi merinding mendengar ucapan Gazelle, kenapa semua panggilan sayang itu terdengar mengerikan.
"Panggil Mas saja," jawab Siska akhirnya.
Gazelle manggut-manggut, sepertinya panggilan itu agak unik mengingat usianya saja di bawah Siska. Namun, sepertinya hanya panggilan itu yang terdengar cocok dan sopan.
"Baiklah, sekarang ayo kita masuk ke salon, ini salon langganan Gisella, dulu sebelum dia keluar negri aku selalu mengantar dia ke sini," ujar Gazelle.
"Gisella, bagaimana kabarnya?"
"Kabarnya baik, dia memutuskan untuk menetap Perancis,," jawab Gazelle.
Akhirnya mereka masuk ke dalam salon itu dan Siska mulai menjalani perawatan wajah. Membutuhkan waktu berjam-jam lamanya untuk melakukan perawatan. Mulai dari perawatan tubuh, rambut dan wajah. Hingga beberapa jam kemudian Siska sudah selesai melakukan perawatan sekaligus di makeup. Gazelle terpesona dengan kecantikan wanita itu meskipun tidak berdandan pun menurut Gazelle Siska sudah cantik. Tetapi kali ini aura kecantikan Siska memang luar biasa. Entah kenapa tiba-tiba dia tidak rela jika ada yang melihat Siska berdandan seperti ini. Gazelle hanya ingin dirinya saja yang bisa menikmati kecantikan wanita itu.
"Pak, kenapa?" Suara Siska membuat lamunan Gazelle buyar. "Apakah terlihat aneh?" Siska jadi merasa tidak percaya diri.
Dia sekarang sudah memakai pakaian yang dibelikan Gazelle di butik. Siska merasa tidak percayalah diri dengan penampilannya yang seperti ini.
"Cantik, kamu terlihat cantik," jawab Gazelle jujur. Jantungnya berdegup kencang saat ini. Pria itu bahkan takut jika Siska sampai mendengarnya.
"Mudah-mudahan Anda tidak berbohong, Pak. Saya merasa aneh dan tidak percaya diri." Alih-alih merona Siska malah merasa tidak pede dengan penampilan yang seperti itu.
"Ck, sudahlah. Ayok kita ke apartemenku, aku akan siap-siap sambil nunggu malam dan nanti berangkat dari sana." Gazelle menarik tangan Siska menuju mobil. Dia tidak kuat lama-lama memandang wanita itu. Kalau semua orang di kantor tahu wujud asli Siska secantik ini, pasti mereka langsung merasa minder karena selalu mengolok-olok Sika karena penampilannya.
"Kenapa kacamatanya tidak dilepas?" tanya Gazelle melirik Siska. Sebenarnya sejak tadi dia curi-curi pandang ke arah wanita itu, tetapi sepertinya Siska tidak sadar.
"Saya minus, Mas. Kalau pakai softlens tidak terbiasa dan harus pesan dulu," jawab Siska jujur.
Gazelle mengangguk, lebih baik memang tidak usah memakai softlens karena pasti akan sangat ribet.
Setelah sampai di apartemen, Gazelle langsung membersihkan diri karena seharian menemani Siska ke butik dan salon. Pria itu memakai pakaian casual dan sudah berdandan rapi. Sepertinya waktu makan malam itu akan segera di mulai.
Gazelle keluar dari dalam kamar dan melihat Siska yang tengah fokus menonton televisi. Suara langkah kaki membuat Siska menoleh dan melihat Gazelle yang begitu tampan.
"Jangan sampai kau terpesona, ingat posisimu, Siska," batin Siska mengingatkan pada dirinya sendiri.
"Ayo, acaranya sudah mulai, mereka pasti sudah pada on the way ke restoran," ujar Gazelle mengulurkan tangannya.
Ini memang bukan sentuhan pertama, tetapi entah kenapa keduanya sama-sama tersengat aliran listrik yang menjalar memenuhi d**a masing-masing.
***
Akhirnya Gazelle dan Siska sampai di restoran. Keduanya turun dan langsung masuk ke dalam dengan bergandengan tangan. Rencananya memang Gazelle membawa Siska untuk membatalkan perjodohan itu, tetapi dibalik semuanya karena pria itu ingin membuat Siska jatuh cinta kembali padanya.
Gazelle melihat kedua orang tuanya yang sudah duduk bersama dengan sahabatnya dan juga seorang wanita muda yang pernah datang ke kantor. Siska juga masih ingat dengan wanita itu.
"Pokoknya kamu harus jadi pacar beneran aku, jangan sampai salah panggil "Pak" lagi," bisik Gazelle di telinga Siska.
Bersambung.