“Abang masih sakit?” tanya Lavi sembari memerhatikan Pras yang sejak tadi terpejam. “Kalau masih sakit, kenapa obat pereda nyerinya enggak diminum?” Sebenarnya Lavi ingin marah lantaran pria ini tampak tak terlalu peduli dengan kesehatannya. Padahal ia belum diperbolehkan pulang. Masih harus banyak pemeriksaan terutama pada bagian tangan dan kaki. Tapi Pras tak memedulikan anjuran dokter. Justru membuat repot pihak rumah sakit karena tindakannya itu. Juga Dom dan Arron terutama. Mereka berdua dibuat kelimpungan karena Pras bersikeras keluar dari ruang rawat inapnya. Alasannya; bosan. “Jangan berisik,” peringat Pras. Matanya terpejam bukan lantaran menahan nyeri yang melanda bagian dadanya. Luka itu hanya segelintir sakit yang pernah ia rasakan. Tubuhnya seperti terbiasa mendapatkan kesa