Bagian 21

1014 Words
Beberapa hari berlalu. Sudah sangat malam, Nancye baru saja pulang dari klinik, karena begitu banyak pasien dan tenaga medis masih kurang membuatnya harus mengurus semuanya hanya berdua dengan Richard. Ketika sedang di perjalanan seseorang membiusnya dengan sapu tangan, awalnya Nancye membela diri tapi karena orangnya begitu banyak Nancye tak ada tenaga lagi. Setelah pingsan Nancye di masukkan ke dalam mobil. **** Sampainya di mansion, Darren langsung masuk ke kamar, Kirey begitu senang melihat Darren yang baru saja kembali dengan wajah yang tak enak. Kirey menyusul Darren sampai ke kamar dan melihat Darren merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan menggenggam ponselnya di tangannya. "Kamu baru kembali? Bagaimana? Apa kamu sudah bertemu dengan Nancye?" tanya Kirey duduk di pinggiran ranjang. "Sudah." jawab Darren singkat. "Bagaimana?" "Nancye menolak pulang denganku," jawab Darren. Sejenak Kirey tersenyum penuh kemenangan. "Kok bisa?" "Dia marah, mengamuk, ngambek dan semuanya." "Karena itu wajahmu khawatir?" "Seperti itulah." "Terus?" "Aku tak akan pernah menyerah," kata Darren. Sesaat kemudian ponsel Darren berdering. "Helo? Bagaimana?" "......" "Baiklah. Bekuk saja," kata Darren dengan senyum sinisnya. "Ada apa?" tanya Kirey yang selalu mau tau apa yang terjadi. "Tidak apa-apa," jawab Darren, sengaja tak mengatakan apapun kepada Kirey. "Terus, siapa yang akan kamu bekuk?" "Bukan siapa-siapa." "Jadi sekarang kamu milih tertutup?" Darren lalu memejamkan matanya, ia tak ingin mencoba menghindari setiap pertanyaan Kirey yang sedikit menganggunya. "Ya sudah. Istirahat saja," kata Kirey lalu menyelimuti Darren dengan selimut. Melihat Darren tertidur, Kirey keluar dari kamar dan mencoba membiarkan Darren untuk beristirahat. Rosaline mengejutkan Kirey yang baru saja keluar dari kamar. "Aunt mengagetkanku saja." "Kapan dia balik?" "Barusan." "Apa dia bertemu dengan wanita itu?" Kirey mengangguk. "Terus, bagaimana?" "Nancye menolak untuk pulang dengannya." "Semoga wanita itu selalu menolak deh, jangan sampai kembali lagi." "Iya, Aunt. Aku juga mengharapkan itu." "Kita tinggal menunggu waktu saja, bukan?" Kirey hanya mengangguk membenarkan perkataan Rosaline. Beberapa jam kemudian Darren terbangun dari tidurnya dan segera ke penthouse miliknya untuk menyambut kedatangan kekasihnya. **** Sampai di penthouse Nancye di kurung di kamar, Nancye belum sadar ketika ia di bius sejak tadi, ia belum tau jika ia di culik oleh Darren kekasihnya karena obsesinya terhadap cinta yang ia berikan. Sampainya Darren di penthouse, ia melihat Nancye sedang terbaring di atas ranjang tanpa ikatan dan tutup mulut. Darren menghampiri Nancye yang sedang terbaring dan duduk di samping kekasihnya itu. "Maafkan aku, karena harus menyakitimu seperti ini, jika saja kau mau mendengarkanku, ini semua tak akan terjadi." Nancye tersadar dan membuka matanya. Ia sangat terkejut ketika melihat Darren sedang duduk di sampingnya. Nancye mengedarkan pandangan dan menyadari jika ia di culik ke penthouse oleh kekasihnya sendiri. Nancye lalu beranjak dari pembaringannya dan duduk bersandar di kepala ranjang. "Kamu sudah sadar?" tanya Darren. "Kenapa kau tega menculikku? Kenapa?" "Maafkan aku, Sayang. Tapi--" "Tapi apa? Jika kau lakukan ini, itu hanya akan membuatku takut, apa kamu tau seberapa takutnya aku semalam? Berandai-andai jika aku mati? Kenapa kau lakukan hal seperti ini? Kau bukan anak kecil, ‘kan?" tanya Nancye memarahi Darren yang tengah menatapnya. Darren membiarkan Nancye berbicara apa pun tentangnya karena ia memang salah. "Kamu su---" Belum juga Nancye menyelesaikan perkataannya, Darren menariknya dan membawanya ke dalam pelukan. "Jangan katakan apa pun lagi, Sayang. Please ... aku tersiksa, aku sangat merindukanmu, please ... jangan menyiksaku lagi," kata Darren. Nancye tak mengatakan apa pun dan membiarkan Darren memeluknya. Darren melepas pelukannya dan memegang kedua Pipi Nancye dengan kedua tangannya. "Aku tau aku salah, tapi aku mohon maafkan aku, hem?" "Untuk apa? Untuk kau abaikan lagi? Sekarang Mommy dan Barca pasti khawaatir dan mencariku." "Aku sudah menyuruh orang untuk ke rumahmu." "Apa yang kau katakan kepada mommyku?" "Aku mengatakan yang sebenarnya." "Kau yang mengatakannya?" "Orang suruhanku." Nancye menghela napas panjang karena sikap Darren sungguh membuatnya sangat kesal. Nancye kembali membaringkan tubuhnya dan membelakangi Darren yang berharap pelukan hangat darinya. "Aku akan menyuruh Ny. Ursten untuk memasak sesuatu untukmu, aku akan kembali jika perasaanmu sudah membaik," kata Darren sembari beranjak dari duduknya. Ketika melihat Darren keluar dari kamar, Nancye kembali duduk dan bersandar di kepala ranjang. "Aku marah karena kau membuatku marah dengan sikapmu yang seperti anak kecil, kau mengabaikanku ketika aku di sini ada untukmu, ketika aku kembali kerumahku, kau menculikku dan memelukku, hampir saja aku goyah," kata Nancye. "Nyonya Ursten, masaklah sesuatu untuk Nancye," perintah Darren. "Baik, Tuan." "Aku akan ke kamarku," kata Darren, lalu melangkah pergi. Nyonya Ursten menggeleng melihat tingkah majikannya itu. **** Kirey baru saja menyadari jika Darren pergi dan tak ada di kamarnya. "Kemana perginya Darren?" Tanya Kirey kepada dirinya sendiri. "Semoga saja Darren tak kembali ke rumah wanita itu," kata Kirey lagi. "Ada apa, Kirey?" tanya Rosaline yang melihat ke khawatiran Kirey. "Darren tak ada di kamarnya." "Mungkin keluar." "Tapi … keluar kemana?" "Mungkin ke rumah Leduardo atau ke kantornya." "Tak mungkin, jika dia mau bertemu Leduardo, dia pasti mengajakku, dan tidak mungkin dia ke kantor jam segini." "Mungkin ke rumah temannya yang lain atau ke bar." "Aku berharap Darren tak sampai kemhali ke rumah wanita itu." "Tak mungkin, jika Darren kembali ke sana kenapa dia harus pulang?" "Benar juga." Kirey berusaha menghapus ketakutannya. **** Karena bosan di kamar, Nancye lalu keluar kamar dan melihat Nyonya Ursten sedang menata makanan di atas meja. "Darren kemana, Nyonya?" tanya Nancye. "Di kamarnya. Saya senang kamu kembali, karena selama kau pergi Tuan muda sungguh gelisah, apa kau tak berniat kembali ke sisinya?" "Aku kesal dengan sikapnya," kata Nancye. "Tapi, kau mencintainya, bukan?" "Sangat, Nyonya." "Baiklah, saya akan memanggil Tuan muda dulu dan makanlah bersamanya." Nancye mengangguk. Nyonya ursten kembali dengan panik. "Nona Nancye." "Ada apa, Nyonya? Kenapa anda panik seperti itu?" "Tuan muda---" "Kenapa dengannya?" "Badannya sangat panas." "Apa?" Nancye lalu berlari menuju ke kamar Darren untuk melihat keadaan kekasihnya itu. Sampai di kamar, Nancye melihat Darren sedang terbaring dengan wajah pucatnya, dengan cepat Nancye menghampiri kekasihnya dan memegang puncak kepalanya. "Suhu panasnya tinggi sekali, Nyonya, telpon Dokter Leduardo sekarang juga," perintah Nancye kepada Nyonta Ursten. "Baiklah." Nyonya Ursten berjalan keluar kamar hendak menelpon Leduardo. Nancye lalu duduk di samping ranjang dan menggenggam tangan Darren dengan suhu panas kekasihnya yang tinggi sembari membelai puncak kepala Darren serta menyelimutinya dengan selimut.        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD