Bagian 14

1080 Words
Di dalam perjalanan kembali ke mansion, Darren dan Nancye diam saja dan tak mengatakan apa pun sejak tadi, Nancye tahu jika Darren marah ketika Leduardo menggodanya. "Kamu marah?" tanya Nancye. Darren menggeleng. "Jika tak marah, terus kenapa kamu diam saja?" "Tidak kenapa-napa." Darren memilih tidak menoleh menatap Nancye. "Makasih, ya?" kata Nancye sembari menggenggam tangan Darren yang sedang menggenggam persenelan. Darren melirik ke arah Nancye sejenak. "Makasih untuk apa?" "Karena kau sudah merekomendasikanku di rumah sakit Potton, kau sudah merubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin hanya untukku," jawab Nancye. "Itu kecil. Apa sih yang tak bisa ku lakukan?" "Sombong." "Tapi kamu senang, ‘kan?" tanya Darren sembari mengelus rambut Nancye dengan satu tangannya. Nancye mengangguk. "Jika itu membuatmu senang, aku juga merasa senang." "Apa kau benar mencintaiku?" tanya Naomi. "Iya. Aku sudah mengatakannya secara spontan tanpa malu, kamu masih tak percaya?" "Aku merasa ini hanya sekedar mimpi, memiliki hubungan dengan seorang Darren." "Jangan banyak berpikir. Meski aku seorang Darren, namun aku sama seperti kamu, sama-sama memiliki perasaan," kata Darren. "Kau menyukaiku karena apa?" "Cantik." "Trus?" "Baik." "Trus?" "Mandiri." "Trus?" "Sederhana." "Trus?" "Apa adanya." Pertanyaan dan jawaban itu saling berkaitan. Setiap jawaban Darren membuatnya senang dan bahagia karena sudah mendapatkan jawaban yang ingin ia dengar sejak pagi tadi. "Aku janji akan berusaha menjadi yang terbaik untuk kamu," kata Darren. Nancye mengangguk. **** Di sebuah cafe kecil di pelataran jalan, Kirey sedang mengobrol dengan seorang pria bertubuh kekar, sepertinya perbincangan mereka begitu serius. Kirey sengaja memilih cafe yang biasa untuk berbincang dengan seorang pria agar tak ada seorang pun yang curiga atau melihatnya berada di cafe. Jika dia berada di cafe mahal mungkin saja ia bisa bertemu siapapun yang ia kenal. "Apa kau mengerti maksudku?" tanya Kirey kepada pria kekar yang bernama Wer. "Iya, Nona, saya mengerti." "Jangan melakukan apa pun dulu sebelum saya menghubungimu, menunggulah di saat waktu yang tepat, jika saya menghubungimu kamu bisa langsung membunuhnya." "Baik, Nona." "Kamu bisa pergi," kata Kirey. Wer lalu melangkah pergi meninggalkan Kirey yang sedang tersenyum sinis bak iblis. "Aku tak akan pernah membiarkanmu semakin lama berada di sisi Darren...kau akan ku lenyapkan," kata Kirey. "Siapa yang akan kau lenyapkan?" tanya Leduardo yang baru saja nendengar apa yang di katakan Kirey. Kirey membulatkan matanya penuh karena terkejut akan kehadiran Leduardo. "Le-Leduardo?" "Mengapa kau begitu terkejut?" "Kau mengejutkanku." "Aku sejak tadi menyapamu tapi kau sibuk bergumam sendirian." Leduardo menggelengkan kepala. "Oh." Kirey agak gugup dan berharap agar apa yang ia katakan barusan tak di dengar Leduardo. "Aku tadi bertanya, siapa yang akan kau lenyapkan dengan tanganmu?" "Bukan siapa-siapa hanya nyamuk. Kau ‘kan tau aku memang sering berbicara sendiri walaupun bukan hal yang penting." "Nyamuk?" "Iya." "Menurutku tak masuk akal." "Sudahlah...jangan membahasnya." "Trus pria yang tadi bersamamu siapa?" "Yang mana?" "Yang barusan dari sini, aku melihatmu dari jauh sejak tadi. Serius sekali kelihatannya." "Oh … dia seorang teman, tadi kami secara kebetulan bertemu di sini dan tak ada salahnya ‘kan saling menyapa?" "Aku tidak pernah kau memiliki teman seperti preman, tadi juga kalau tidak salah, kau berikan sebuah foto kepada pria itu, foto siapa? Foto orang yang akan kau lenyapkan?" tanya Leduardo serius. Kirey begitu bingung apa yang harus ia katakan, ia tak mungkin menjawab hal yang tak masuk akal karena itu hanya akan membahayakan rencananya. "Itu bukan foto, Led, itu kartu namaku, aku memberikan kepada temanku karena ia membutuhkan pekerjaan jadi ku berikan kartu namaku itu agar ia mudah menghubungiku dan mencari alamat kantorku." Kirey berwajah pusat pasih berharap perkataannya tak membuat Leduardo curiga. Tiba-tiba leduardo tertawa terbahak-bahak membuat Kirey keheranan. "Begitu saja sudah membuatmu pucat, Kir, aku hanya becanda. Lagian aku tak mendengar apa yang kalian bicarakan, sekarang kita bisa makan siang?" tanya Leduardo. Mendengar Leduardo mengatakan itu Kirey ingin sekali bernafas lega dan mengeluarkannya tapi ia tak boleh terlihat mencurigakan. "Kamu ini, selalunya bercanda." Kirey berdeham, berusaha mengatur perasaannya. "Kita pesan makanan dulu, OK?" "Iya,” jawab Kirey. Setelah Leduardo memesan makanan, ia kembali menatap ke arah Kirey yang terlihat berbeda. "Apa kau masih tinggal di mansion Darren?" tanya Leduardo. "Iya. Aku mau tinggal sama siapa lagi, bukankah di California aku hanya memiliki kalian?" "Kenapa tak sewa apartemen saja? Bukankah kau mampu menyewanya? Jangankan menyewanya membeli satu unit saja tidak akan membuatmu bangkrut." "Ini bukan persoalan mampu atau tidak, Led, tapi aku malas jika harus tinggal sendiri lagi, sudah cukup 5 tahun ku habiskan waktuku di Yunani sendirian, jika di sini harus sendirian lagi, aku bisa saja kembali ke Itali." "Jadi kau berencana menetap di mansions Darren?" "Iya. Apa kau mau menampungku? Bukankah kau tinggal bersama kekasihmu? Lagian Darren dan Aunt Rosaline tak masalah aku tinggal bersama mereka, wanita yang bukan siapa-siapa saja tinggal bersama mereka, kenapa aku tidak? Aku lebih lama mengenal mereka dibandingkan wanita itu," kata Kirey sembari meneguk minumannya. "Maksudmu … Nancye?" "Siapa lagi." "Tapi … Nancye sekarang sudah menjadi bagian dari Darren." "Maksudmu?" "Mereka sudah menjadi sepasang kekasih, aku telat kemari karena harus bertemu mereka dulu." "Sepasang kekasih? Wanita itu yang mengatakannya? Jadi kau percaya?" Kirey mulai kesal akan apa yang di katakan Leduardo tapi ia tak mugkin menampakkan kekesalannya karena hanya akan membuatnya sedikit waspada. "Bukan Nancye yang mengatakannya malah sebaliknya, Darren yang berkoar-koar jika Nancye adalah miliknya...aku tak pernah melihat Darren sesenang saat ini, akhirnya ia menemukan cintanya, aku pikir ia tak akan pernah jatuh cinta ternyata aku salah. Darren juga memiliki hati yang akhirnya di luluhkan Nancye," kata Leduardo turut bahagia akan perubahan sahabatnya. "Mungkin wanita itu hanya di anggap mainannya. Kamu ‘kan tau Darren seperti apa." kata Kirey berusaha meyakinkan hatinya jika semua yang ia dengar salah. "Dia tak seperti Darren yang dulu, Kir, aku salut dan sebagai sahabat kita berdua harus turut senang akan perubahannya, bukankah ada baiknya juga ia mengenal yang namanya cinta? Agar kedepannya kehidupannya lebih bahagia." Kirey berusaha menahan tangisnya dan perasaan ingin melawan perkataan Leduardo yang begitu menyakitkan hatinya. "Aku akan membunuh wanita itu," batin Kirey. "Ada apa, Kirey? Kau tak enak badan?" "Tidak sama sekali ... ayo kita makan," kata Kirei. "Jika kau sakit, kita bisa pulang" “Tidak perlu. Kita ‘kan belum makan. Aku juga lapar," kata Kirey sembari meggerakkan sendoknya mengiris stik yang ada di hadapannya. Perasaannya begitu tercabik-cabik mendengar Darren menyatakan Nancye adalah miliknya. Perasaan kesal Kirey menjadi benci dan boomerang untuk Nancye suatu saat nanti. BERSAMBUNG. . . Jika kalian suka jalan ceritanya jangan lupa tekan like / love ya, karena dari love / like kalian, saya bisa berkarya dan memberikan cerita-cerita yang lebih baik lagi. Salam cintaku. Irhen Dirga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD