Sudah hampir malam, Kirey melihat Darren tengah bersiap.
"Apa dia mau ke penthousenya? Dia tak boleh kesana," kata Kirey.
"Aow." Kirey meringis kesakitan, ketika Darren hendak menuruni tangga ia mendengar suara jeritan Kirey, dengan cepat Darren masuk ke kamar Kirey dan mendapati sahabatnya itu sedang memegangi perutnya begitu kuat.
"Ada apa, Kirey? Kamu sakit? Perutmu kenapa?" tanya Darren sembari mengelus rambut Kirey.
"Ini sakit, Darren. Sakit sekali," kata Kirey dengan air mata palsunya.
"Ayo kita kerumah sakit sekarang."
"Aku tak mau."
"Kenapa? Jika sakitnya parah, kita harus ke dokter."
"Aku tidak suka rumah sakit, Darren, aku akan minum obat, tak lama juga akan sembuh."
"Aku panggil Leduardo kalau gitu."
"Tak perlu, Darren, temani aku saja itu cukup."
"Tapi-- aku harus--"
"Aowww sakit. I'm sick, Darren," kata Kirey.
"Well. Aku akan menemanimu," kata Darren seraya membuka jasnya dan duduk di samping sahabat kecilnya.
"Berbaringlah," kata Darren sambil membantu Kirey berbaring dan menyelimutinya.
"Jangan meninggalkanku, Darren, aku tak punya siapa-siapa di sini selain dirimu," kata kirey dengan genggaman kuat di lengan Darren.
"Iya, aku akan tetap di sini."
"Janji?"
"Iya janji, Kirey," kata Darren sembari mengelus lembut rambut sahabatnya itu.
****
Di penthouse Nancye duduk di ruang tamu berharap Darren datang dan berdiri tepat di hadapannya.
Nancye berusaha menahan kerinduannya, ia mengharapkan kedatangan Darren hanya untuk menyelesaikan permasalahan di antara mereka.
Tak lama kemudian suara ponselnya terdengar, Nancye dengan cepat mengambil ponselnya dan melihat sms dari Darren.
Darren : Aku tak bisa datang hari ini, Sayang. Kirey sakit, aku perlu menemaninya.
Dengan kesal Nancye melemparkan ponselnya di sofa dan ia masuk ke dalam kamar dengan kesalnya.
"Selalunya saja, Kirey! Kirey! Dan, Kirey. Apa aku sudah tak berharga lagi di matanya? Selalu mengutamakan Kirey di bandingkan aku yang katanya kekasihya sendiri dan miliknya."
Ponselnya kembali berdering dan telpon itu mengejutkan dirinya.
*Mommy*
Dengan cepat Nancye mengangkat telfonnya.
"Helo, Mom?"
"Kau tak pulang, Nak? Apa kau sudah bekerja?"
"Aku akan pulang, Mom, nunggu waktu yang tepat. Aku juga sudah bekerja, Mommy dan Barca kabarnya, bagaimana?"
"Kami semua baik-baik saja, Nak. Pulanglah cepat kami sangat merindukanmu."
"Iya, Mom, secepatnya aku akan pulang," kata Nancye sembari menyeka air matanya.
"Ya sudah ... Mommy akhiri telponnya dulu, jaga kesehatanmu, Nak."
"Iya, Mom. See you." Nancye lalu mengakhiri telpon menitikkan air mata.
****
Dua hari berlalu Darren tak juga berkunjung ke penthousenya di mana Nancye tinggal, walaupun semua sudah di atur Darren dari pakaian serta makanan setiap hari tapi sesungguhnya Nancye tak mengharapkan itu.
Dua hari juga Nancye bekerja tanpa mendengar suara Darren yang selalu memberikannya semangat. Nancye memutuskan pulang ke kampung halamannya tanpa memberitahu Darren, ia juga sudah mengambil cuti beberapa hari.
Darren berubah, semua sikapnya berubah, ia sudah tak memperhatikan Nancye lagi dan hanya sibuk dengan Kirey yang selalu berpura-pura sakit ketika Darren hendak ke penthouse.
****
Di mansion Darren merasa sangat terkungkung karena Kirey sakit sudah berapa hari, ia juga tak bisa memanggil Leduardo karena Leduardo sedang liburan bersama kekasihnya.
"Darren?" tanya Kirey ketika baru saja bangun dan melihat Darren masih menemaninya.
"Bagaimana perasaanmu?"
"Masih sedikit sakit dan pusing juga."
"Apa tidak sebaiknya kita ke dokter saja?"
"Aku baik-baik saja, minum obat juga bakal sembuh kok."
"Tapi kamu sudah sakit selama tiga hari."
"Kalau kamu menganggapku hanya bebanmu, kamu bisa pergi kok."
"Bukan begitu, aku hanya--"
"Kamu merindukan Nancye? Kamu bisa pergi kok menemuinya, lagian aku di sini ada Aunt Rosaline," kata Kirey dengan wajah palsunya.
"Baiklah. Aku akan cepat kembali, aku hanya melihat keadaan Nancye, setelah itu aku kembali."
"Iya. Hati-hati di jalan."
Darren beranjak dari duduknya dan melangkah keluar kamar. Dengan keras ia memanggil Tom untuk mengantarnya. Di dalam kamar Kirey menyunggingkan senyum senang.
"Pergi saja, Darren, kau tak akan mendapati Nancye di sana," kata kirey.
Tak lama kemudian Rosaline datang dan menemui Kirey yang sedang tersenyum senang.
"Ada kabar baik, Kirey?" tanya Rosaline.
"Iya, Aunt. Aku sudah menyuruh Darren untuk ke penthouse miliknya."
"Kenapa kau senang? Bukankah itu hanya akan membuatnya semakin dekat dengan wanita itu?"
"Darren tak akan pernah bertemu dengan wanita itu lagi."
"Kok bisa?"
"Karena wanita itu sudah meninggalkan kota ini, Aunt."
"Kemana?"
"Pulang kampung."
Sejenak Rosaline tertawa kecil.
"Kok Aunt ketawa? Ada apa?"
"Pulang kampung? Ya ampun, Sayang, kalau pulang kampung juga dia bakal kembali, ‘kan? Bukannya dia bekerja di rumah sakit Patton?"
"Aku tak perduli, Aunt, yang penting untuk beberapa minggu kedepan Darren tak akan bertemu wanita itu, dan sebelum dia kembali, aku akan membuat Darren melupakannya."
"Kamu bisa?"
"Harus aku coba, Aunt."
"Baiklah. Aunt akan selalu mendukungmu."
"Aku tak akan mungkin membiarkan wanita itu merebut Darren, dia tak akan pernah pantas untuk seorang pria sempurna seperti Darren."
****
"Sayang!" panggil Darren.
"Sayang, kamu di mana?"
"NANCYE!!!" panggil Darren lagi sembari memeriksa semua ruangan termaksud kamar mandi.
Nyonya Ursten melihat Darren sedang berada di penthouse ketika ia baru saja pulang dari swalayan.
"Tuan muda?"
"Nyonya Ursten, apa anda melihat Nancye?"
"Nancye sudah pergi sejak pagi tadi, Tuan."
"Sejak pagi? Kemana?"
"Katanya pulang kerumah orang tuanya."
"Apa anda tau di mana?"
"Saya tidak tau tuan, izinnya cuma bilang pulang ke orang tuanya, karena berapa hari ini, Nancye kurang tidur dan badannya semalam panas, jadi saya menemaninya tidur di sini."
"Nancye sakit?" gumam Darren.
"Tuan? Tuan tidak apa-apa?" tanya Nyonya Ursten.
"Iya tidak apa-apa, saya pergi dulu." kata Darren sembari berjalan menuju lift.
Di dalam lift Darren mengacak-ngacak rambutnya, karena merasa frustasi.
"I'm stupid, kenapa bisa aku begitu bego? Kenapa aku bisa membiarkan Nancye sendirian? Sampai dia sakit?" kata Darren frustasi.
"Aku lebih membiarkan Nancye sakit di bandingkan Kirey, aku salah dan aku bodoh," kata Darren sembari memukul tembok di dalam lift sampai tangannya berdarah.
Sudah beberapa kali Darren mencoba menghubungi Nancye tapi ponsel Nancye tak aktif.
"Kamu dimana, Sayang? Jangan menyiksaku seperti ini, Please ... hubungi aku," gumam Darren.
Darren begitu frustasi. Ya sangat frustasi karena sudah mengabaikan wanita yang ia cintai dan membiarkannya sakit sendirian.
BERSAMBUNG.
.
.
Jika kalian suka jalan ceritanya jangan lupa tekan like / love ya, karena dari love / like kalian, saya bisa berkarya dan memberikan cerita-cerita yang lebih baik lagi.
Salam cintaku.
Irhen Dirga