Hancurnya Hidup Aqeela

1026 Words
"Kakak, tolong aku ...." "Aku berada di sebuah tempat yang aku tak tahu dimana. Mereka mengikat kakiku. Kumohon, datanglah, aku takut Kak." Begitu isi pesan dari Dea adik tiri Aqeela. "Kamu dimana?" tanya Aqeela. "Aku kirim alamatnya," jawab sang adik. Aqeela yang panik langsung menuju ke tempat yang di sudah di share oleh sang adik. Dia tidak pernah berpikir kalau apa yang akan dia lakukan akan menjadi awal kehancuran hidupnya. Tanpa merasa curiga, Aqeela datang ke sebuah hotel tempat sang adik disekap. Aqeela kembali melihat nomor kamarnya. "312. Nomornya sudah benar, tapi ... kenapa tidak dikunci?" gumam Aqeela. Aqeela pun membuka pintu kamar itu. Matanya menelisik seluruh ruangan, mencari dimana sang adik disekap. "Dea? Kamu dimana?" teriaknya. Wanita itu pun membuka pintu kamar mandi itu. Tiba-tiba, dunia terasa gelap. Beberapa saat telah berlalu, Aqeela sudah sadar. Dia melihat kamar yang tadi dia masuki. "Kemana Dea? Kenapa aku masih disini?" Aqeela bermonolog sendiri. Karena merasa haus, Aqeela meminum air dalam kemasan yang ada di meja itu. Setelah menghabiskan air dalam botol itu. Aqeela pun memutuskan untuk keluar dari kamar itu. Baru saja dia akan membuka pintu, datang lelaki tua berperut buncit tersenyum menyeringai "Mau kemana kamu cantik?" Aqeela yang hendak keluar, malah ditarik ke dalam oleh lelaki itu. Tubuhnya dilempar ke ranjang oleh lelaki tua. "Lepaskan aku. Aku tidak mau. Anda salah orang, aku bukan wanita seperti itu," teriak Aqeela. "Kamu tidak akan bisa kemana-mana Sayang, malam ini, kamu harus menjadi milikku. Aku sudah membayar mahal pada saudara tirimu," ujar lelaki tua itu. Aqeela terdiam, jadi dia dibohongi. Dia sudah dijual, tega sekali Dea melakukan itu padanya. Tiba-tiba, Aqeela merasa sekujur tubuhnya panas. Dia yang tadinya merasa jijik pada lelaki berperut buncit itu, kini mendadak berminat dan ingin sekali disentuh olehnya. "Ya Tuhan, sepertinya ada yang salah dengan diriku. Tidak, aku tidak mau melakukan itu dengannya," batin Aqeela. Wanita cantik itu berusaha kabur dengan menendang bagian inti lelaki itu hingga dia mengerang kesakitan. "Dasar wanita sialan! Jangan lari jalang," teriak pria bertubuh tambun itu. Aqeela tidak menghiraukan lelaki itu. Dia pun segera membuka pintu kamar itu kemudian berlari keluar. Aqeela pikir, lelaki tua itu tidak mengikutinya. Namun, ternyata, dia salah, lelaki itu malah keluar, sambil memegangi bagian tengahnya. "Aku harus kemana ini? Aku tidak mau tertangkap oleh lelaki tua itu," gumam Aqeela. Melihat lelaki itu yang masih bisa berjalan membuat Aqeela berlari menuju ke arah lift. Dia memencet dengan asal nomor lantainya. Baginya, yang penting, dia selamat dari kejaran lelaki itu. Saat berada di dalam lift, Aqeela semakin belingsatan. Dia sudah tak sanggup lagi menahannya. Tubuhnya seolah terbakar, rasanya dia sangat ingin menyerang siapapun yang ada di dekatnya. "Tuhan, tolong aku," doanya dalam hati. Begitu lift berhenti di lantai 5, Aqeela langsung menerobos keluar. Wanita cantik itu melihat ada salah satu kamar yang terbuka. Tanpa berpikir panjang, wanita itu pun masuk ke dalam. "Hei, siapa kamu? Berani sekali kamu masuk ke kamarku?" teriak lelaki yang sepertinya penghuni kamar itu. Melihat ada seorang lelaki tampan di hadapannya membuat ga*rah yang sedari tadi dia tahan kembali bergelora. Aqeela sudah tidak peduli lagi. Dia pun mencium lelaki itu dengan brutal. Leonard, CEO dingin dan arogan adalah lelaki yang saat ini dicium oleh Aqeela. Dia sangat tidak suka jika ada wanita yang menyentuh dirinya tanpa ijin. Leonard mendorong tubuh Aqeela hingga wanita itu jatuh ke lantai. "Tuan, tolonglah aku," iba Aqeela. Karena tak mendapat respon dari lelaki dinhadapannya, Aqeela pun nekat membuka seluruh pakaiannya. Leonard adalah lelaki normal. Dia tentu saja suka melihat pemandangan indah di hadapannya. Sedetik kemudian, senyum seringai terbit di bibirnya. Lelaki tampan itu malah menggoda Aqeela dengan hanya memandangnya saja. Wanita cantik dan seksi itu semakin belingsatan. Hingga akhirnya, dia menerjang Leonard, lelaki itu kini berada di bawah kungkungannya. Aqeela kembali mencium Leonard, lelaki itu hanya diam. Dia menunggu apa saja yang akan dilakukan oleh wanita di hadapannya ini. Melihat dari cara mencium wanita cantik itu, Leonard merasa kalau wanita ini belum berpengalaman."Amatiran," batinnya. Namun, sedetik kemudian, wajahnya berubah. Lelaki tampan itu pun membalas ciuman itu tak kalah ganas. Dia bahkan melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Melihat perut kotak-kotak milik lelaki tampan itu membuat Aqeela ingin sekali menyentuhnya. Desisan keluar dari mulut Leonard, hingga akhirnya, lelaki itu kalah oleh nafsu. "Dia yang menyerangku duluan bukan, jadi aku tidak salah," batinnya. Leonard membalikkan keadaan saat ini, dialah yang berada diatas tubuh Aqeela. Setiap lekuk tubuh wanita cantik itu dia beri tanda kepemilikan hingga keluar suara desahan dari bibir mungil Aqeela yang menambah ga*rahnya. Lelaki itu sedikit menyesal saat Aqeela mengeluh kesakitan kala dia mulai pada kegiatan inti. "s**t! Dia masih perawan ternyata," gumam lelaki itu. Ada keraguan di hati lelaki tampan itu. "Diteruskan, kasihan. Kalau tidak diteruskan, tanggung, udah masuk semua nih. Ah teruskan saja." Pergulatan panas antara Aqeela dan lelaki tidak di kenal itu pun terjadi begitu dahsyatnya. Mereka pun mengulang kegiatan itu berkali-kali karena Aqeela yang dalam pengaruh obat. Keesokan paginya, Aqeela terbangun dengan tubuh remuk redam. Dia melihat tubuhnya yang polos dengan begitu banyak tanda cinta hampir di seluruh tubuhnya. Wanita cantik itu pun melirik ke samping. "Ya Tuhan, siapa laki-laki yang tidur di sampingku? Kenapa dia ada disini? Apa aku yang telah memper*osanya?" gumam Aqeela. Dia masih ingat kalau dia keluar dari kamar lelaki tua itu dalam keadaan terang*ang kemarin malam. "Aku harus pergi sebelum lelaki ini marah karena aku telah memper*osanya," gumam Aqeela. Aqeela mengambil semua bajunya yang berserakan di lantai. Meski perih dia rasakan di bagian bawahnya. Dia tidak peduli. Aqeela tak ingin lelaki itu bangun saat dia masih ada disini. "Aduh maaf ya Tuan tampan, aku lebih baik menghabiskan waktu denganmu ketimbang dengan lelaki tua itu. Jangan marah ya. Aku tidak akan meminta pertanggungan jawabmu seandainya aku hamil nanti. Karena semua itu, murni kesalahanku. Selamat tinggal, kuharap, kita tidak akan pernah bertemu lagi," gumamnya. Aqeela berjalan tertatih tatih, karena bagian bawahnya yang terasa sakit dan perih. "Kurang ajar Dea. Aku harus membalas perbuatannya. Tega sekali dia menjualku pada lelaki tua," gerutunya. Sesampainya di rumah, Aqeela mengadukan perbuatan Dea pada ibu tirinya. Namun, bukannya memarahi putrinya, wanita itu hanya menatap sinis Aqeela kemudian meninggalkan Aqeela sendirian. "Kenapa Mama Rosa hanya diam saja? Apa Mama Rosa juga ikut merencanakan semua itu?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD