“Kakaak.” Balqis langsung memeluk sang kakak sambil meneteskan air mata kerinduan dan bahagia.
Setelah itu umi memperkenalkan Balqis kepada bi laras dan Milah, setelah itu umi menyuruh kami untuk membereskan semua barang-barang yang akan kami bawa.
“ Umi kita mau pindah kemana?” Tanya Mumtaz.
“ Kita akan pindah ke rumah almarhum ayah” jawab umi.
Lalu setelah selesai kami pun berangkat ke rumah peninggalan ayah, begitu banyak kenangan indah di sana terutama bagi umi.
Sesampainya kami di depan rumah, umi membuka pintu dan menyuruh kami masuk dan membereskan semua barang-barang kami, dan umi dan bi laras langsung ke dapur untuk memasak makan malam.
Aku dan Balqis tidur di lantai dua sedangkan yang lainnya di bawah.
Sesaat di meja makan ada sedikit perbincangan antara aku dan umi.
“ Nak, besok kau akan mengambil alih perusahaan ayah, umi serahkan semuanya kepadamu, jika nanti ada kesulitan, umi siap membantumu, tapi inget! Umi hanya membantumu!” Iya umi, Mumtaz siap dan mengerti.
“ Dek Milah, kira-kira mau melanjutkan sekolah perguruan tinggi di mana yang dek Milah inginkan?” Tanyaku pada Milah.
“ Maaf kak, Milah tak ingin merepotkan kalian” jawabnya.
“ Jangan begitu, kau sudah kakak anggap sebagai adek sendiri, jadi jangan sungkan- sungkan, biar biaya kakak yang nanggung” kataku pada Milah.
“ Terima kasih banyak, kakak sangat baik, Milah mau sekolah di UI kak, ambil jurusan hukum kak” jawabnya.
“ Alhamdulillah kalau begitu, kalau adek kakak yang cantik ini mau apa dari kakak?” Tanyaku pada Balqis.
“ Balqis pengen seperti kakak” jawabnya.
“ Apanya yang seperti kakak dek, orang kakak biasa aja” jawabku tawadhu.
“ Balqis ingin memakai hijab kak, dan Balqis mau kakak ajarin mengaji” pintanya dengan melas.
“ Baiklah, besok kakak akan penuhi keinginan mu” jawabku.
“ Makasih kak, aku sayang kakak” ucapnya memelukku.
Ke esokan harinya dimana aku akan masuk keperusahaan ayah mengantikan nya memimpin perusahaan yang ayah titipkan. Aku bersama umi masuk kedalam dengan mengumpulkan semua karyawan, setelah itu umi mengumumkan bahwa aku akan menjadi pimpinan baru mereka, sedangkan umi hanya jadi tangan kanan ku.
Semua menatap ku aneh, tidak ada yang berkata tapi mereka berbisik bisik, mungkin aneh karena pakai yang aku pakai, tapi aku tetap percaya diri dan gak gubris kata- kata mereka.
Sekretaris di sana membawaku keruangan utama, dimana di sana tertulis nama ‘CEO’ dan ia memperkenalkan diri sebagai sekretaris aku.
Hari yang sangat melelahkan, dan sangat penuh dengan tatapan aneh dari karyawan.
Tapi aku langsung mempelajari semuanya dengan sekejap, setelah itu aku mulai semuanya, mulai dari peraturan baru, strategi baru dan yang lainnya.
Menjalani hari-hari di kantor sangatlah menyenangkan bagiku, mungkin ini baru awal entah ke depannya bakal seperti ini atau sebaliknya?....
Aku mengadakan rapat untuk membahas proyek yang akan kami jalani, selain itu bagaimana caranya agar bisa menang dalam tender dan mendapatkan keuntungan yang tinggi.
Selesai sudah jam aku berada di kantor, saatnya aku pulang... Sebelum itu aku mampir dulu ke masjid terdekat untuk melaksanakan sholat magrib dan mencari makan di sekitar jalan. Untung saja aku membawa mobil sendiri jadi enak mau kemana pun gak harus cari taksi atau di jemput oak supir di rumah. Setelah itu aku baru pulang sambil membawa makanan kesukaanku, Milah dan Balqis.
Sesampai di rumah, aku menghampiri adek- adekku uang cantik di sana yang sedang belajar. Memberikan makanan setelah itu pergi ke kamar untuk mandi.
Seperti hari yang lalu, aku selalu menghabiskan waktu di kantor, sholat, makan dan setelah itu mengecek semua Operator perusahaan.
Tiba-tiba ada meeting dadakan yang mengajak kami untuk pergi ke restoran, aku setengah gugup, karena rata-rata kalainnya pria atau om-om. Tapi untung saja aku selalu memakai sarung tangan yang menutupi telapak tangan biar gak ada yang bisa menyentuhnya.
Tidak berjalan? Mustahil, karena bukan Mumtaz namanya kalau tidak bisa menjadi pemimpin yang baik dan menjalankan meeting dengan baik. Banyak dari Klain di luaran sana ingin bekerjasama dengan perusahaan yang aku pimpin, tak hanya itu saking majunya perusahan Statement of Rusdiantara perusahan asing pun berbondong-bondong berdatangan dengan sendirinya. Memang suatu kebanggan buatku karena bisa meningkatkan omset dan keuntungan perusahaan dengan cepat.
Tiba di saat aku harus bertender dengan orang Korea, itu sangat membuatku risih, karena dari mereka selalu saja memperhatikan ku dan Sampai ada yang mau mengajakku jalan.
“ Hi, what ia your name, nona?” Tanya si pria Korea.
“ Hi too, i’m is Syam Mumtaz Al-Ghiffary El Shirazy “.
“ Wow! Your name is beautiful “
“ Thank you sir! “
“ Are you want dinner with me this evening? “
“ No, i’m cannot, thanks !”
Setelah selesai aku langsung keluar dari ruangan dan masuk ke ruangan ku, benar-benar sangat menjengkelkan, aku tak suka harus di dekati oleh laki-laki apalagi orang luar negeri, uukhh sangat mengerikan ....
**** sesuatu yang berharga adalah dirimu sendiri, jadi hargai walaupun itu tak sesuai dengan yang kita harapkan****