NASI BUNGKUS
Bagaikan tersambar petir di siang hari, ketika aku melihat wanita itu memakai kalung yang Ku lihat berada di dalam tas suami Ku,
Aku hanya menatap ketika Ia mulai mendekat ke arah ku.
"Kak," bisik Tania di kuping Ku.
Aku segera menoleh ke arah Tania,
"Bagus kan kalung baru Ku, hmmm pasti Kakak iri kan, soalnya Kakak kan ga pernah di beliin apa - apa toh sama suaminya? upsss maaf,"
****
"Nama ku Bella Amalia, umur ku 25 tahun, aku sudah menikah dan belum memiliki anak," Ucap ku di hadapan semua para karyawan di perushaan tempat ku bekerja, iya mulai saat ini aku memutuskan melanjutkan karir ku, karir yang telah ku tunda semenjak aku menikah dengan pria yang ku anggap paling baik sedunia.
"Hai Bell, salam kenal ya, selamat datang di divisi ini, perkenalkan saya Andi kepala bagian, dan ini Hardi, dan sebelahnya ada Roy, tenang walaupun di ruangan ini kamu cewek sndirian kita gak akan macem - macem kok, saya sendiri alhamdulilah sudah berkeluarga dan telah memiliki putra putri yang menggemaskan, sedangkan Hardi juga sama seperti saya, cuma Roy doang yang belum nikah, tapi saya pastikan dia tidak akan mengganggu Mu hehehe, silahkan Bel kamu bisa menempati meja kerja mu, selamat bergabung dan bekerja," ucap Pak Andi dengan sangat santun dan terlihat sekali ia mengghargai perempuan.
Aku pun langsung duduk di meja ku setelah menyalami 3 orang pria di ruangan ini, meja ku berhadapan dengan meja punya Roy, aku melihat tatapan Roy yang tak henti nya menatap serius layar komputernya.
"Kamu kenapa memilih bekerja kembali Bel, dan aku lihat di CV mu ini pekerjaan pertama mu semenjak kamu lulus kuliah?," tanya Pak Hardi sambil memberikan setumpuk map untuk Aku cap dan ku masukan datanya ke dalam file di komputer.
Aku hanya senyum mendengar ucapan Pak Hardi, bingung juga harus menjawab apa, sedangkan alasan ku bekerja karena suami Ku, enggan memberiku uang untuk pengobatan Ibu Ku.
"Apapun alasannya semangat ya, pasti Kamu juga Bosan sehariaj di rumah, dengan aktifitas yang itu mulu, soalnya kan Kamu belum punya anak," tiba tiba Pak Roy yanh ku nilai dingin menjawab pertanyaan dari Pak Hardi, aku pun menatap nya dengan jelas, wajahnya terlihat tampan, tadi ketika bersalaman dengan ku dia hanya mengulurkan tamgannya tanpa menatap ku.
"Walah kamu Roy, pacar aja gak punya tapi jawaban mu sungguh luar biasa," saut Pak Hardi.
***
Sudah jam lima sore, sudah waktunya aku pulang kantor, semua orang yang ada di ruangan ku pun sudah siap bergegas pulang, termasuk Pak Roy, aku pun segera mengambil tas ku untuk melakukan finger print absen pulang.
kebetulan ruangan ku di lantai 5, dan aku segera menunggu lift dan sesampai nya di lobby, aku segera menuju pintu keluar dari gedung ini untuk menunggu angkutan umum, kebetulan ada halte depan kantor jadi aku ga usah repot cape cape menunggu bus ketempat lain untuk pulang.
"Tin tin,' suara klakson tepat berada di belakang ku, aku pun langsung menepikan langkah ku, dan menengok ke arah mobil yang kini tepat berada di sampingku.
"Bel, mau bareng?" Ucap Pak Roy memanggil Ku,
"Eh iya Pak, naik Bus aja aja," jawab ku sungkan
"Sudah naik saja, mau hujan" Ia lalu membukakan pintu nya agar ku naiki, aku pun entah kenapa mengikuti saja perintah nya.
"Rumah Mu di jalan Anggrek kan? kebetulan aku di Jalan Mawar, jadi kita searah," ucap Pak Roy,
Ah ku kira ia pendiam, ternyata banyak bicara juga sepanjang perjalanan, semoga saja nanti sampai rumah tak ada tetangga yang melihat bisa gawat ini.
"Bel," Pak Roy memberhentikan mobil nya ke tepi, lalu ia menoleh ke arah Ku.
Oh Tuhan, kenapa ini jantung ku berdegup kencang, tak pernah aku merasakan seperti ini bahkan kepada suami Ku.
"Aku beli Nasi dulu ya? Kamu mau?" Ucap Pak Roy, dengan pandangan menatap kepada Ku, Aku dengan refleks menuduk agar tak ada hal yang tidak diinginkan seperti di sinetron kebanyakan.
"Gak usah Pak, nanti juga saya di rumah makan?" jawab ku menolak.
Pak Roy pun langsung turun dar mobil dan masuk ke Rumah makan padang yang terkenal mahal, hmmm rasanya ingin mencicipi rendang di tempat itu.
Tak lama kemudian Pak Roy pun masuk ke dalam mobil kembali sambil membawa 2 bungkusan plastik yang terpisah.
"Ini satu untuk kamu, dan satu untuk Ku, hmm Aku gak tau kamu sukanya apa, jadi ku belikan saja rendang, gulai ayam, dan lainnya, hmm kamu terima ya Bel, soalnya kan kamu seharian kerja pas pulang belum tentu kamu langsung masak, jadi jangan tolak pemberian ku ya," Ucap Pak Roy dan mobil pun berjalan menuju pulang.
Dalam hati Ku bergemelut pertanyaan yang sangat membingubgkan, belum seharian aku mengenal Pak Roy, kenapa ia sangat baik kepada Ku, duh aku jadi gak enak, dan renacananya aku akan turun di pertigaan saja lah, dari pada nanti tetangga lihat, bisa berabe.
"Pak maaf sebelumnya, nanti aku turhn di gang Anggrek nya saja ya ga usah masuk ke jalannya, ga enak nanti di lihat tetangga, apalagi Pak roy juga nanti di kira...." belum saja selesai aku bicara Pak roy langsung memotong ucapanku.
"Iaa, tenang aja Bel, Aku paham kok, maaf ya kalau Aku ngajak kamu pulang bareng, habisnya ..."
"Udah pak di sini aja," untung saja sudah sampai di gang, eh tapi pembicaran pak roy ngegantung sih tapi bodo amat ah.
"Pak makasih banyak ya," ucap ku sambil mengangkat kantong nasi bungkus yang ia belikan untuk Ku.
"Iya Bel, di makan ya kalau kamu besok mau bareng ke kantor kabarin ya, nomer ku ada di grup kantor kok,"
Ah gila gilanya ngajak bareng, ucap mu dalam hati.
Aku pun langsung bergegas meninggalkannya dan segera menuju rumah sambil membuka plasti nasi bungks Ku, bahagia banget deh kepengen rendang eh rejeki pisan malah di beliin. ah lebih baik Aku masukin ke dalam tas, biar bisa makan berduaan dengan pak suami yang nyebelin itu.
"Assalamualaikum,"
Ucap ku mengucap salam ketika memasuki rumah suami ku, alias rumah mertua ku.
"Walaikumsalam," jawab Ibu mertua dan Suami ku, aku pun langsung menghampirinya yang ternyata sedang duduk di meja makan.
Aku pun meraih lengan mereka dan menciumnya.
"Lama banget km?"