Mengigau

1438 Words
Saras segera kembali ke rumah dokter Danar karena tadi di rumahnya Bu Ida sudah menelepon Sang putra dan laki-laki itu mengatakan jika dia sudah dalam perjalanan pulang bahkan sudah hampir sampai ke komplek perumahan. Dengan mengenakan sebuah jas hujan dan mengendarai sepeda motor matic milik dokter Danar wanita itu berjalan menyusuri jalanan desa, tapi di tengah perjalanan sepeda motornya malah berhenti wanita itu mendengus kesal karena pertanda jika bensin sepeda motor itu berkedip merah tanda bahan bakar telah benar-benar habis. "Duh pakai acara habis bensin segala, tadi lupa sih nggak ngecek dulu! mana Udah malam lagi tukang bensin eceran pasti udah tutup," Gerutu Saras sambil berusaha menuntun sepeda motornya, wanita itu begitu hati-hati karena jalanan yang licin dan sepeda motor yang cukup berat ditambah lagi saat ini sudah semakin larut malam dan hujan masih turun rintik-rintik. Rumah dokter Danar masih lumayan jauh jika ditempuh dengan menuntun sepeda motor seperti ini mungkin akan memakan waktu lebih dari dua puluh menit. Sedangkan di rumahnya dokter Danar yang baru saja sampai kebingungan karena tidak mendapati Saras sudah sampai rumah, padahal tadi saat ditelepon oleh sang ibu Wanita itu mengatakan jika Saras akan langsung pulang dan menunggu dokter Danar di rumah. Laki-laki itu memutuskan untuk kembali menelepon sang Ibu dan menanyakan apakah Saras benar-benar langsung pergi tadi tapi mengapa sampai sekarang wanita itu belum juga kembali. "iya nak, kamu udah sampai rumah?" tanya Bu Ida setelah wanita itu mengangkat telepon dari Sang putra. "Udah Bu, aku baru aja sampai rumah tapi aku nggak cari ke dalam Mbak Saras sebelum sampai, motornya juga belum ada. tadi beneran Mbak Saras bilang mau langsung pulang kan Bu?" Tanya Dokter Danar Bu Ida yang mendapat pertanyaan itu dapat merasakan jika Danar begitu mengkhawatirkan Saras. "iya nak tadi waktu Ibu selesai telepon kamu Saras langsung pulang kok," jawab Bu Ida apa adanya wanita itu pun jadi ikut mencemaskan keberadaan Saras saat ini, apalagi hujan belum juga mereda. "Kalau begitu seharusnya Mbak Saras sudah sampai rumah kan bu tapi kenapa ini dia belum sampai," kata Danar sambil menatap ke jalanan depan rumahnya laki-laki itu masih berdiri di teras saat ini, "biar Danar coba cari aja deh Bu." "Iya udah sana kamu coba cari dia nanti kasih tahu ibu ya kalau udah ketemu," pinta Bu Ida Karena Wanita itu juga ikut mengkhawatirkan Saras yang belum kembali. "Iya Bu," jawab dokter Danar singkat, laki-laki itu lalu mematikan ponselnya lalu ia berjalan ke car port untuk kembali memasuki mobil dan akan pergi mencari Saras, laki-laki itu hanya memiliki satu sepeda motor yang saat ini digunakan oleh Saras tidak mungkin juga dokter Danar pergi mencari Saras dengan berjalan kaki. Tetapi baru saja akan memasuki mobilnya dokter Danar melihat sekelebat bayangan di jalanan mendekat, laki-laki itu langsung mengambil sebuah payung yang ada di dekat car port dan berjalan ke halaman. "Ya ampun Mbak Saras Kamu ke mana aja, aku tuh cemas nungguin kamu dari tadi!" kata dokter Danar yang berjalan mendekati Saras dengan sebuah payung hitam di tangannya Saras terlihat kelelahan menuntun sepeda motor di bawah guyuran hujan, dokter Danar tetap memayungi Wanita itu meskipun Saras mengenakan sebuah jas hujan dan mengikuti langkah Saras memasukkan sepeda motor ke halaman. "Dokter Danar yang dari mana aja sampai hampir tengah malam gini belum pulang, dokter Danar kan pergi ke pegunungan musim hujan begini, aku takut kalau dokter Danar kenapa-napa," kata Saras dengan nafas yang sedikit terengah-engah karena rasa lelahnya wanita itu mengomel sambil terus mendorong sepeda motor ke dalam garasi. Dokter Danar menaruh payung ke tempat semula lalu menyusul langkah Saras. "Kata ibu mbak Saras pulang dari rumah Ibu dari tadi kenapa Mbak Saras baru sampai rumah aku cemas dan mau nyusulin Mbak Saras," ucap dokter Danar sambil menatap Saras yang sedang melepaskan jas hujan yang dikenakannya. "Tadi di jalan bensinnya habis udah nggak ada penjual bensin eceran yang buka jadi aku dorong motornya sampai rumah," jawab Saras dengan wajah memelas dokter Danar menatap tenyuh wajah wanita cantik itu tapi kemudian Saras mendelik menatap penampilan laki-laki itu. "Dokter Danar Kenapa basah begitu kan dokter dan naik mobil?" tanya Saras soal menyadari pakaian yang dokter Danar kenakan basah bahkan sudah hampir mengering begitu juga dengan rambut laki-laki itu. "Tadi mobil aku sempet mogok jadi aku berusaha benerin sambil hujan-hujanan, tapi syukurnya bisa jalan lagi makanya aku terlambat sampai rumah," jawab dokter Danar memberitahu alasannya mengapa pulang sampai benar-benar malam seperti ini. "Ya udah dokter Danar mandi terus ganti baju sana nanti masuk angin loh," kata Saras sambil menatap laki-laki itu tetapi saat keduanya beradu pandang secara langsung mengalihkan tatapannya, wanita itu membalik tubuh dan berjalan memasuki rumah lewat pintu samping yang terhubung langsung dengan garasi. Dokter Danar mengulum senyum merasakan jika Saras begitu perhatian padanya bahkan rela pergi ke rumah Bu Ida untuk menanyakan keberadaannya di tengah hujan yang turun lebat seperti ini. "Mbak Saras juga langsung mandi dan ganti baju, Mbak Saras kan juga habis hujan-hujanan," ucap dokter Danar sambil mengikuti langkah wanita itu memasuki rumah Saras hanya diam saja. "Aku bikin teh hangat dan taruh di meja makan ya," kata Saras saat dokter Danar akan memasuki kamarnya laki-laki itu hanya menganggukkan kepala. "Bikin dua, buat Mbak Saras juga," jawab dokter Danar sebelum menutup pintu kamarnya Saras hanya diam lalu membuat dua cangkir teh sebelum ia membawa salah satunya memasuki kamar, Saras tidak berniat untuk mandi karena tubuhnya tidak basah hanya ujung celana panjangnya saja yang basah wanita itu hanya perlu berganti pakaian. Dokter Danar mengirimi Bu Ida pesan mengatakan jika Saras sudah sampai rumah sebelum laki-laki itu mandi, dokter Danar tidak ingin Bu Ida tidak bisa tidur karena memikirkan Saras. Tidak begitu lama kemudian dokter Danar yang sudah selesai mandi dan mengenakan pakaian hangatnya keluar, laki-laki itu duduk di kursi meja makan sambil menikmati teh hangat yang Saras buatkan tadi sambil menatap pintu kamar Saras yang terlihat dari tempatnya duduk. Pintu itu sama sekali tidak terbuka tidak menandakan jika Saras akan keluar untuk mengajaknya mengobrol tapi dokter Danar cukup merasa senang melihat kekhawatiran Saras padanya, ia yakin kalau selama ini Saras hanya pura-pura cuek padanya, padahal hatinya begitu perhatian dan takut terjadi apa-apa dengannya. Teh hangat yang Saras buatkan telah habis dan cukup menghangatkan tubuh dokter Danar yang tadi sempat merasa kedinginan laki-laki itu memasuki kamarnya setelah rasa kantuk menyerang. *** Entah mengapa Saras merasa tidak nyenyak tidur malam ini, padahal wanita itu terlelap cukup larut malam tidak seperti malam-malam biasanya. Rasanya seperti ada sebuah panggilan yang membuat Saras memutuskan untuk keluar dari kamarnya padahal jam yang menempel di dinding baru menunjukkan pukul tiga pagi, wanita itu mengerutkan kening ketika berjalan keluar kamar dan mendengar ada suara rintihan dari arah kamar dokter Danar. "Ibu ...." Saras sampai menempelkan daun telinganya dan di pintu kamar dokter Danar yang tertutup rapat saat mendengar laki-laki itu memanggil sang Ibu lalu disertai suara rintihan setelahnya. "dokter Danar kenapa ya?" gumam Saras rasa khawatir wanita itu lalu membuatnya memberanikan diri membuka pintu kamar dokter Danar, wanita itu semakin mendengar rintihan dokter Danar yang terlihat masih meringkuk di atas ranjangnya dengan selimut menutupi tubuhnya. Rupanya dokter Danar mengigau, cukup keras hingga membuat Saras mendengarnya maka wanita itu berjalan semakin mendekat untuk membangunkan laki-laki itu. "Dok bangun," kata Saras pelan-pelan sambil memegang lengan dokter Danar wanita itu was-was, takut dokter Danar berfikir macam-macam karena melihat dirinya tanpa izin memasuki kamar laki-laki itu. "Hem ... Ibu ...." kata dokter Danar kembali bergumam memanggil sang ibu Saras yang sedang memegang lengan nya mengerutkan kening merasakan suhu tubuh dokter Danar tidak seperti biasanya. "Badan dokter Danar panas banget," kata-kata Saras dalam hatinya, wanita itu lalu memberanikan diri untuk memegang kening dokter Danar. "dok bangun," kata Saras kembali membangunkan dokter Danar saat merasakan jika tubuh laki-laki itu benar-benar panas tetapi dokter Danar sama sekali tidak mau bangun malah kembali bergumam memanggil sang ibu. "duh aku harus gimana ya, ternyata dokter bisa sakit juga. udah gede, udah jadi dokter tapi demam masih manggil-manggil ibunya," kata Saras dengan begitu lirik Wanita itu menahan tawa mendengar ucapannya sendiri, Saras lalu memutuskan mengambil ponsel dokter Danar dan berusaha menghubungi Bu Ida. "Yah Hp-nya dikunci lagi," gumam Saras saat dia tidak berhasil membuka ponsel dokter Danar wanita itu lalu terpikirkan sesuatu sebuah senyum terukir di wajah cantiknya. "Pasti bisa kebuka pakai fingerprint," ucap Saras lagi, wanita itu lalu mendekatkan ponsel dokter Danar yang ia pegang dan memegang tangan laki-laki itu untuk menempelkan ibu jarinya ke ponsel yang sedang ia pegang. "Mbak Saras jangan tinggalin aku," ucap dokter Danar yang membuat Saras mematung mendengarnya, wanita itu lalu melirik wajah dokter Danar, ternyata laki-laki itu masih mengigau tapi bukan hanya ucapan laki-laki itu yang membuat Saras mematung Karena kini tangan dokter Danar yang tadi ia pegang sudah menggenggam tangannya dengan begitu erat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD