bc

Penantian Rindu

book_age18+
365
FOLLOW
1.3K
READ
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Rindu mempercayakan rasanya pada Gavin yang telah mencuri hatinya selama masa SMA,, masa indah bersama pemuda itu membuat Rindu tak bisa berpaling ke lain hati. Terkurung dalam rasa dan kenangan. Rindu menanti dan selalu menanti kedatangan Gavin kembali. Tak peduli berapa lama. Gadis itu yakin jika Gavin akan kembali untuknya suatu saat nanti.

chap-preview
Free preview
Chapter 1 Rindu Sanjana dan MOS
Namanya Rindu Sanjana. Gadis berusia 16 tahun yang baru saja duduk di bangku SMA. Entah kenapa kedua orangtuanya memberikan nama itu. Tapi bagi Rindu itu tak lagi penting. Rindu selalu mendapatkan bully saat dia masih kecil hingga menyelesaikan sekolah menengah pertama. Alasannya nama Rindu itu aneh terdengar di telinga sebagian orang. "Hey Rindu! Kau akan merindukan siapa sepanjang hidupmu nanti?" "Aku merindu, ku yakin kau tahu." Satu per satu godaan dan bullyan pernah membuat Rindu tak menginginkan sekolah lagi. Hatinya tidak sekuat itu menghadapi cibiran lantaran nama yang kelewat unik. Tapi, setelah naik ke sekolah menengah atas. Semua berbeda. Rindu mensyukuri nama yang diberikan oleh orang tuanya. Dia Gavin, pemuda pertama yang menawarkan persahabatan pada Rindu, menyukai nama gadis itu. Tradisi MOS masih dilakukan di sekolah Nusa Bhakti Permata tempat Rindu mendaftar. Rindu menjadi siswi baru tahun ini dan harus berdandan ala-ala sesuai permintaan kakak seniornya. Rindu telah mengeluh untuk melanjutkan sekolah tapi sang Mama Asyla terus membujuknya agar putrinya tidak patah semangat. Lonceng sekolah berbunyi dan Rindu terlambat karena bangun kesiangan. Gadis cantik dengan rambut di kuncir sederhana berdandan ala kucing manis dengan hiasan kumis seperti hello Kitty di kedua pipinya berjalan cepat mengejar waktu. Rindu berlari menuju ke sekolah, tanpa lihat ke kanan dan ke kiri Rindu menabrak seseorang. Gedebrak. Seorang pemuda dengan hiasan harimau di wajahnya. Menatap gadis itu. "Kalau jalan lihat-lihat dong, sakit tahu!" Keluh gadis itu berusaha membersihkan pakaiannya. Pembawaan Rindu sedikit cuek dan ketus, cara itu dilakukan untuk pertahanan diri. Dia ingin di sekolah ini tidak ada yang akan mengejek namanya. "Ow, sorry. Gua nggak sengaja. Kenalkan, gua Gavin," ucap pemuda itu bersiap menjabat tangan Rindu. "Lain kali hati-hati," ucapnya memakai kembali tas sekolah dan berlalu. Gavin tersenyum melihat wajah kesal Rindu. Pemuda itu sengaja menabraknya agar bisa berkenalan tapi sayangnya Rindu mengabaikan. "Ya, telat deh. Pasti bakalan dapat hukuman," ucap gadis itu dan berdiri di depan gerbang sekolah. Gavin ikut bergabung dengannya. Saat menunggu di depan gerbang tiba-tiba hujan turun membasahi bumi. Rindu panik tidak tahu akan berteduh kemana. "Ya, kenapa pakai hujan segala, sih." Rindu melindungi kepalanya dengan tas miliknya. Gavin tak hentinya tersenyum melihat tingkah gadis itu. "Dari tadi lo ngeluh terus, lo nggak pernah dengar jika hujan adalah rahmat." Rindu menatapnya dengan tatapan yang entah. "Semua orang juga tahu jika hujan adalah rahmat." "Iya bener kan, bukan Rindu," ucap pemuda itu tersenyum manis membuat Rindu diam mematung. 'Sok akrab banget nih orang,' batinnya. "Nama lo Rindu kan?" ucapnya setelah membaca nama di baju seragam gadis itu. "Ini hari pertama kita sekolah dan gua pun nggak punya temen. Lo mau nggak terima gua jadi temen lo?" ucapnya tulus. Rindu tak pernah memiliki teman selama ini, tapi dalam posisinya sekarang dia pun nggak nyangka akan ada yang menawarkan diri. "Idih, modus." Rindu menatapnya jengah. Gavin merasa Rindu itu unik, kesan pertama yang didapatkan setelah bersama beberapa menit. "Emang gua kelihatan kayak Kang Modus? Ha, hujan pertama di tahun ini terasa spesial, gua ditolak saat akan mulai persahabatan," ucap Gavin dan menengadahkan tangan menampung rintik hujan yang jatuh dari langit. Rindu memperhatikan apa yang tengah dilakukan pemuda itu. "Ehem, namaku Sanjana," ucapannya berusaha menyelamatkan diri. Dia ingin mendapatkan kesempatan untuk belajar dengan tenang tanpa di cibir dengan nama Rindu. "Tapi, tadi gua baca nama lo, Rindu. Nama itu bagus, kenapa di ganti?" Langit begitu hitam di atas sana. Sepertinya hujan akan berlangsung lama. Rindu menatapnya kesal. "Suka-suka aku, nama-nama aku." Pak Satpam datang membuka gembok pagar. Percakapan mereka pun selesai. "Kalian ini, besok jangan terlambat lagi," ucap Mang Khaidir sang penjaga gerbang. "Baik, Pak. Terima kasih." Gavin berlari lebih dulu meninggalkan Rindu. Kini hiasan di wajah mereka pudar terkena air hujan. Wajah tampan Gavin terlihat saat pemuda itu mengusap wajahnya yang basah. "Nah loh, kita kan di minta ngehias wajah. Kenapa kamu malah hilangin?" ucap Rindu menertawakannya. Gavin menatapnya lekat, Rindu merasa pemuda itu sedikit kocak. "Ehm, lo kira muka lo aman? Sama kali, udah hilang kena air hujan." Rindu yang tertawa mendadak mengeluarkan cermin dari tasnya. Dia mulai panik saat melihat kumis lucunya telah hilang di pipi. "Ya, mana gue buatnya sampai setengah jam. Aduh gimana dong?" Gavin tertawa dalam hati. "Lo aneh," ucap lelaki itu dan segera memasuki gedung sekolah. Ekspresi Rindu tidak terjabarkan. "Dia kenapa coba? Marah nggak jelas, kamu yang aneh!" gumam Rindu dan berlari kecil menyusulnya. Karena hujan turun sangat deras MOS yang dilakukan di luar ruangan berpindah ke dalam ruangan. Tepatnya ke ruang seni yang jarang terpakai. Kakak kelas yang melihat mereka datang langsung mengintrogasi. "Kalian! Kalian dari mana saja?" Gavin dan Rindu basah kuyup dan berdiri berdampingan. "M-maaf, Kak. Kami telat," ucap Rindu gugup. "Ya, gua juga tahu lo berdua telat, makanya gua nanya. Kalian kenapa bisa telat?!" Kakak kelas yang terkenal cantik dan sangat perfect, Zeana Evengelista tampak terlihat memukau dengan penampilannya. "Kami terkunci di luar, maafkan kami. Lain kali kami tidak akan mengulanginya lagi," ucap Gavin. Rindu mendongak menatap pemuda itu yang jauh lebih tinggi darinya. "Iya, Kak. Mohon maafkan kami," ucap Rindu. "Baiklah, karena kalian terlambat, kalian harus dihukum. Ini adalah peraturannya, kita sudah sampaikan agar kalian datang tepat waktu." Zeana menatap Gavin. Keduanya saling kenal karena Zeana adalah pacar dari Kakak Gavin yaitu Devon. Gavin tidak pernah menyukai Zeana walau begitu dia tetap menghormati gadis itu sebagai pacar abangnya. "Kira-kira hukuman apa yang cocok untuk teman kalian yang sudah terlambat datang?" Zeana bertanya pada siswa dan siswi yang menjalani MOS. Rindu mengigil di tempatnya, terpaan angin dari kipas ruangan mengenainya. Bajunya yang basah membuat tubuh gadis itu semakin kedinginan. "Suruh nyanyi aja, Kak. Yang satu suruh main gitar, kita butuh hiburan saat dingin-dingin gini." "Ide bagus. Sangat menarik," ucap Zeana. Rindu bisa menyanyi tapi tampil di depan semua orang membuatnya tidak percaya diri. "Apa lo bisa nyanyi?" tanya Gavin tidak yakin. Zeana yang mendengar pembicaraan mereka lantas berkata. "Bisa atau tidak kalian harus berdiri di depan dan menghibur kami semua." Gadis itu meremehkan Rindu dan melipat kedua tangan ke d**a. Gavin menyimpan rasa eneknya, pada Zeana. Dia tak pernah cocok dengan wanita itu. Alasan lainnya, Zeana selalu ikut campur dan mengadukannya pada sang kakak. Rindu mengigil, gadis itu menggosok-gosok kedua tangannya. Sesekali Rindu meniup menyalurkan kehangatan pada diri sendiri. Tanpa di duga Gavin melepas jaket yang dipakainya. Tubuh dan lengan yang terlihat membuat siswa lain berdecak kagum. "Wow, dia pasti rajin olahraga. Kekarnya macho banget," pujian yang terdengar membuat Zeana ikut tersenyum. Mengagumi pemuda itu. Gavin memakaikan jaketnya pada Rindu, sontak saja pandangan mereka bertemu. Rindu kaget mendapatkan perlakuan itu dari Gavin yang baru saja ditemuinya. "Pakai ini atau lo akan flu nanti." Diam mematung, Rindu tidak tahu harus bicara apa. Gavin dengan rambut yang basah terlihat begitu keren di mata para siswi yang hadir. "Lo harus nyanyi atau kita akan dikenal sebagai pasangan duet bermental tempe sepanjang sejarah MOS. Lo ngerti maksud gua kan?" bisik Gavin. Rindu mengangguk dan mengerjap beberapa kali. Zeana tak menyukai perhatian yang didapatkan Rindu. Meski begitu dia sadar jika dia tidak punya hak untuk marah. "Apa kalian sudah siap?" tanya Zeana dan mengaktifkan mic yang tersedia di sana. Gavin menoleh sekali lagi pada Rindu. Pemuda itu sadar bahwa mereka akan tetap malu pada akhirnya tapi inilah MOS mau tidak mau harus dijalani. Rindu, melihat semua mata memandang ke arahnya. Nyalinya menciut, rasa gugup menyerangnya. Tetapi Gavin tampak enjoy dan menyemangatinya. "Ya, aku rasa." Gavin tersenyum mendengar ucapan Rindu. Mereka melangkah ke depan dan Gavin mengambil gitar untuk dimainkan. Pemuda itu duduk di kursi tepat di samping Rindu yang berdiri memegang mic. "Oke, gua nggak yakin soal ini tapi lo nyanyi aja nanti gua akan ikutin nadanya." Rindu mengangguki ucapan lelaki itu. Semua mata menatap mereka, demi menghilangkan rasa nervous. Rindu memilih terpejam untuk bisa fokus pada lagunya. Petikan gitar memulai penampilan mereka. Aku lihat dia di sana Wajah tampan dan mempesona Berdiri tegak menatapku, lalu ku menyapa dia Gavin dan semua orang terperangah, nada lagu dari Ainan Tasneem itu terdengar sangat merdu meski liriknya berbeda saat di bawakan oleh Rindu. Petikan gitar mengikuti nada suara sang penyanyi. Sikap manis yang terlihat Sapa manja nan menawan Dia sahabat pertamaku Bagai hadiah dari langit Rindu membuka mata dan melihat semua wajah dihadapannya. Sejenak semuanya ikut larut dalam lagu yang disenandungkan. Bila dia senyum pada diriku Hatiku rasa bahagia Bila dia menatap ke arahku Rasanya sangat tak menentu huoo Penggalan lagu terakhir entah mengapa Rindu menoleh ke Gavin, membuat riuh tepuk tangan terdengar dari siswa dan siswi lain. "Wah, lagi!" teriak teman-temannya. Rindu menunduk dan malu, itulah kesan pertama saat pertemuan antara Gavin Ardian dan Rindu Sanjana. Kenangan masa MOS yang tak terlupakan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook