Detak Terakhir

1318 Words

“Mas ...” “Iya, Sayang. Sini,” panggil ku ketika Mas Afif duduk di balkon. Sesampainya di rumah mertua, aku langsung menyantap hidangan yang telah disediakan. Rasanya enak sekali sampai aku tambah empat kali. Masakan Bunda tidak pernah gagal. Sepertinya aku akan semakin melar jika tinggal di sini. “Katanya mau tidur?” “Nggak baik tidur sore-sore, apalagi ini mau magrib.” “Aku ngantuk,” rengek ku, duduk di sampingnya, lalu bersandar pada dadanya. Wajahku mendongak ke atas, memajukan bibir minta cium. Cup!!! Satu kecupan ringan mendarat sempurna di bibirku. Aku terkekeh pelan. Ini bukan mauku tapi Adek bayi, hihi. “Di tahan dulu. Sebentar lagi magrib,” ujar Mas Afif. “Nanti malam kita bobok ajak ya. Enggak usah ikut Bunda dan Ayah kondangan.” “Iya, aku juga ingin bersantai sama Ist

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD