Plak ... Plak ... Plak Tidak hanya sekali namun berkali-kali aku menampar Erik. Bukan salahku jika aku bertindak bar-bar. Dia yang menabuh genderang perang lebih dulu jadi aku tinggal mengimbanginya. Byurrrrr ... sebelum pergi aku menyiramkan satu gelas es teh pada wajah si cantik. Dia memaki ku dan berusaha menyerang ku namun tidak bisa. Tubuh kekarnya di tahan oleh Mas Aiman dengan kuat. “Gadis gila mau kemana kamu?!” teriaknya saat aku mengajak Siva pergi. “Aku belum selesai memberimu pelajaran,” ujarnya lagi. “Heyyy ... jangan pergi!” Orang-orang disekitar kami mulai berkerumun untuk melihat perdebatan. Pasti mereka menganggap pertikaian kami adalah tontonan yang menarik. Kapan lagi bisa melihat pria warna-warni melabrak gadis yang tengah dekat dengan pacarnya? Oh, sungguh memalu