Agus sudah berada di kantor, dia segera menemui Pak Hadi di ruangannya. Pak Hadi mempersilakan Agus untuk duduk. Agus tidak tahu, apa tujuan Pak Hadi memanggil dirinya untuk menemuinya.
“Kamu tahu, kenapa saya memanggil anda ke sini?” tanya Pak Hadi.
“Tidak, apa ada masalah soal pekerjaan saya, Pak?” jawab Agus sembari bertanya pimpinannya yang baik sekali terhadapnya.
“Mungkin ini hal lebih pribadi, bukan masalah pekerjaan, tapi ini masalah cucu semata wayang saya,” ucap Pak Hadi.
Agus semakin tidak tahu apa yang akan di bicarakan pimpinannya itu. Dia tidak mengrti kenapa masalah cucunya di bawa-bawa dengan urusan kantornya.
“Cucu bapak?” Agus bertanya dengan bingung.
“Ya, sebentar lagi dia ke sini,” jawab Pak Hadi.
Agus hanya diam saja, dalam pikirannya mungkin ada pekerjaan baru yang akan dia tangani dengan cucu dari pimpinannya itu. Pintu ruangan Pak Hadi terbuka, seorang wanita berparas cantik yang Agus kenal baru saja di lokasi proyek masuk ke dalam ruangan pimpinannya.
“Dia? Apa dia cucu Pak Hadi?” Agus bertanya dalam hatinya.
Wanita itu menatap Agus dengan tatapan tajam, seakan penuh amarah dan kemurkaan pada Agus saat ini. Pak Hadi menyuruh wanita itu duduk di samping Agus.
“Duduklah, Sinta,” ucap Pak Hadi.
“Eyang, Sinta mohon, Sinta punya pilihan sendiri, Eyang,” rajuk wanita yang bernama Sinta pada Pak Hadi.
“Diam kamu!” hardik Pak Hadi pada Sinta.
“Agus, jadi ini cucu semata wayang saya, dan tujuan saya mengundang kamu di sini, untuk menjodohkan kalian,” ucap Pak Hadi.
“Maksud bapak?” Agus benar-benar tidak mengerti apa yang dibicarakan pimpinannya itu.
“Saya ingin kamu menikahi cucuku, Agus. Hanya kamu pria yang pantas untuk cucuku satu-satunya,” jelas Pak Hadi.
“Eyang, Sinta tidak mau!” tolak Sinta dengan keras.
“Diam kamu, Sinta!” bentak Pak Hadi.
Sinta hanya diam dengan isakan tangisnya. Agus tidak tega melihat gadis cantik yang dari tadi mengganggu pikirannya itu menangis.
“Pak Hadi, saya juga menolak, saya tidak bisa, Pak,” ucap Agus.
“Aku mohon dengan sangat, nikahilah cucuku, Agus. Hanya kamu pria yang aku percaya untuk membimbing cucuku satu-satunya, saya mohon.” Pak Hadi memohon dengan sangat pada Agus.
Agus tidak bisa berkata apa-apa. Dia memang sudah di tolong Pak Hadi sejak sebelum dia bekerja di perusahaan milik Hadiwidjaja. Pak Hadi lah yang menolong dia saat dia di jebak oleh rekan kerjanya yang bermain curang. Dan, hingga saat ini Agus lah yang menjadi kepercayaan Pak Hadi, hingga Pak Hadi mempercayai dia untuk menjadi pendamping hidup cucunya. Dia juga sebenarnya tidak menolak, karena dia sudah jatuh cinta pada cucu pimpinannya itu.
“Sinta tidak mau, Eyang! Sinta punya Rangga, Rangga yang Sinta cintai!” Sinta menolak dengan penuh amarah.
“Diam kamu! Rangga? Kamu hanya di butakan oleh cinta, Sinta! Dia bukan lelaki baik-baik, ingat itu!” hardik Pak Hadi dengan keras.
“Lalu dia? Pasti eyang di guna-guna oleh lelaki ini!” sarkas Sinta.
“Guna-guna? Zaman sekarang kamu masih percaya hal seperti itu, Sinta? Atau jangan-jangan kamu yang kena guna-guna Rangga, hah?” Pak Hadi semakin kesal dengan cucunya.
“Pak Hadi, Sinta, tolong hentikan semua ini, saya juga belum mengenal cucu bapak, dan mohon maaf saya tidak bisa, Pak.” Agus mencoba menengahi perdebatan mereka yang semakin keras.
“Saya tidak peduli, Agus. Kamu harus secepatnya menikahi cucuku!” ucap Pak Hadi dengan penuh penekanan.
“Sinta tidak mau!” teriak Sinta.
“Baik kalau kamu tidak mau! Silakan keluar dari rumah kamu, tinggalkan semua fasilitas yang kamu miliki, dan sekolah modeling yang kamu kelola, akan eyang pindah tangankan ke orang lain, juga semua salon yang kamu dirikan. Keluarlah dari keluarga Hadiwidjaja!” tekan Pak Hadi dengan tatapan penuh keyakinan.
“Eyang, aku mohon, aku tidak mau menikah, aku masih memiliki kontrak film, iklan, dan beberapa agensi. Ini impian Sinta, eyang. Dan jika Sinta menikah, semua kontrak Sinta di hentikan.” Sinta memohon pada eyangnya agar tidak di jodohkan dengan Agus.
“Itu masalah gampang, siapa yang tidak kenal dengan Hadiwidjaja, kamu bisa terus berkarier, meski sudah menikah,” ucap Pak Hadi.
“Tapi, eyang, aku punya Rangga,” ucap Sinta.
“Jangan sebut lelaki itu lagi! Lupakan dan tinggalkan dia!” seru Pak Hadi.
“Eyang Sinta mohon.” Sinta memohon dengan terisak.
“Pak Hadi, apa sebaiknya kita bicarakan nanti saja di rumah?” tanya Agus.
“Tidak bisa, saya sudah mengumumkan pada semuanya, kalau kalian 3 hari lagi kalian akan menikah,” ucap Pak Hadi.
“Secepat itu?” Agus dan Sinta berkata bersama, mereka seakan tidak percaya dengan semua ini.
Agus juga tidak percaya, gadis yang dari tadi ada di pikirannya, dan sempat ia minta pada Tuhan saat ia berdoa seusai Sholat, untuk di dekatkan lagi, agar menjadi jodohnya. Ternyata Tuhan langsung mendengar apa yang ia rapalkan dalam doanya.
“Pak, lalu keluargaku di desa, bagaimana?” tanya Agus.
“Itu urusan gampang, aku mohon dengan sangat, nikahilah cucuku, bimbing dia, Agus. Aku hanya percaya kamu yang mampu mendidik dan menjaga cucuku, Agus,” jawab Pak Hadi.
Agus hanya diam, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Semua keputusan dari Hadiwidjaja memang tidak bisa di ganggu gugat. Cucunya menolak saja tidak di dengarkan, apalagi hanya seorang Agus, yang hanya menjadi karyawan biasa.
“Rina, masuk ke ruanganku sekarang!” titah Pak Hadi pada sekretarisnya yang bernama Rina melalui teleponnya.
Perempuan yang bernama Rina masuk ke dalam ruangan Direktur Utama. Pak Hadi langsung menyuruh Rina menyiapkan semua undangan yang sudah selesai Rina cek tadi.
“Jadi eyang sudah menyiapkan undangan juga?” tanya Sinta.
“Iya, ini tinggal di bagi,” jawabnya.
Pak Hadi menyuruh seseorang untuk membagikan undangannya ke relasi bisnisnya. Dan, setelah itu, Pak Hadi mengajak Agus dan Sinta untuk memilih baju pengantin yang akan ia kenakan nanti pada pesta pernikahannya.
Mereka sudah sampai di butik yang cukup terkenal, Sinta mencoba gaunnya, raut wajahnya masih sangat kesal dan kecewa dengan keputusan eyangnya. Gaun cantik dan indah itu begitu cocok di pakai Sinta. Agus yang melihatnya, dia tidak bisa berkedip, dia menatap lekat wajah Sinta yang manis sekali.
Agus pun memakai jas pilihan Pak Hadi untuk ia gunakan nanti saat pernikahan. Lagi-lagi agus tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Dia bertemu dengan Sinta di lokasi proyek, dengan menggunakan APD lengkap di lapangan, menggunakan masker dan kaca mata hitam saat menolong Sinta. Dan, sinta tidak tahu, kalau Agus lah pria yang menolongnya tadi saat terpeleset di lobang.
“Agus, bisa bicara sebentar?” Pak Hadi mengajak Agus berbicara sebentar saat Sinta masih ganti baju di kamar pas.
“Iya, Pak,” jawab Agus.
Mereka duduk di Sofa, yang berada di ruang tamu butik. Agus duduk di hadapan Pak Hadi.
“Agus, kamu tahu, kenapa saya melakukan ini semua?” tanya Pak Hadi.
“Jujur saya tidak tahu, Pak,” jawab Agus.
“Saya minta maaf, karena memaksamu menikahi cucuku. Saya melakukan semua ini, karena Sinta memiliki hubungan serius dengan anak seorang mafia. Saya tidak mau cucuku satu-satunya memiliki suami dari keluarga mafia. Rangga yang Sinta katakan tadi, dia pemilik sebuah bar dan diskotek. Saya tidak mau memiliki cucu menanti seorang pejudi, Agus,” jelasnya dengan suara parau.
“Eyang mohon, jaga Sinta. Hanya kamu pria yang pantas mendampingi Sinta.” Pak Hadi memohon dengan Agus, beliau memegang tangan Agus, dan memohon dengan sangat.
“Iya, Pak Hadi. Saya mau menjadi suami Sinta, dan akan membimbing Sinta agar Sinta juga dapat menjauh dari Rangga, dan tahu siapa Rangga sebenarnya,” ucap Agus.
“Terima kasih, Nak. Mulai sekarang, panggil saya Eyang,” ucap Pak Hadi.
“Iya, Pak, eh... Eyang,” ucapnya dengan gugup.
Agus sudah mengerti apa sebab Eyang Hadi menjodohkan dirinya dengan cucu kesayangannya dan cucu satu-satunya. Hanya karena beliau tidak mau cucunya memiliki suami yang seperti Rangga.
“Aku berjanji, aku akan menjadi suami yang baik, untuk kamu, Sinta. Dan, ibu, maaf aku tidak bisa mengabari ibu. Ini semua demi kesehatan ibu, pasti ibu akan berpikiran aku sudah menodai Sinta, dan itu akan membuat ibu sakit,” gumam Agus.
Allah Maha Baik, akhirnya Agus di pertemukan kembali dengan gadis yang membuat agus jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia juga tidak menyangka, kalau gadis itu akan menjadi istrinya.