Chapter 2

2063 Words
"Chanyeol bisakah kau membersihkan sampah-sampah mu ini sendiri!" Jongin menghela nafas kesal sambil menendang pelan tubuh berlumuran darah yang tergeletak di lantai sebuah bangunan tua. "Not my problem" Jongin mendengus kesal. Selalu seperti ini, setelah si kejam Park Chanyeol itu melakukan eksekusi, pasti dia atau Sehun yang akan membersihkan semua sampah nya. "Kita harus segera kembali sebelum tuan muda terbangun dan tidak menemukan mu disana" Chanyeol menarik masker hitam yang digunakan untuk menutupi wajahnya lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu. lima belas menit kemudian Chanyeol sudah tiba di mansion keluarga Byun. Dan dia langsung di sambut dengan wajah tidak menyenangkan dari tuannya. "Dari mana saja kau?" "Melakukan pekerjaan" Baekhyun menggembungkan pipinya kesal. Dia menusuk-nusuk telur goreng yang ada di piring nya hingga hancur. "Tuan muda, kau seharusnya menghabiskan sarapanmu" "Diam! Kemari dan suapi aku" Chanyeol mengangkat tubuh mungil itu lalu mendudukkan nya di atas pangkuan nya. "Ugh Chanyeol! Kau bau darah. Apa yang baru saja kau lakukan?" "Membersihkan beberapa tikus liar" Baekhyun tidak peduli, dia membuka mulutnya saat Chanyeol menyuapkan sepotong bacon padanya. Laki - laki mungil itu menyandarkan tubuhnya di d**a Chanyeol sambil memainkan ponsel nya. "Sepertinya tikus-tikus itu belum menyerah" Jongin dan Sehun melangkah mendekati mereka. Baekhyun tetap tidak peduli dan hanya sesekali membuka mulutnya saat Chanyeol kembali menyuapinya. "Selamat pagi tuan muda, kau terlihat semakin cantik.. " Sebelum Jongin menyelesaikan kalimatnya, sebuah pisau buah melayang kearah nya dan hampir mengenai wajahnya jika saja dia tidak refleks menghindar. "Tutup mulutmu!" Laki - laki tan itu menundukkan kepalanya, hampir saja wajahnya terluka di tangan tuan mudanya itu. Ting! Tong! Suara bel rumah mengusik acara sarapan nya yang tenang. Sehun bergerak untuk membuka pintu dan menemukan seorang laki - laki mungil berwajah cantik yang sedang tersenyum manis disana. "Pagi tampan" Sehun membuka pintu itu lebih lebar dan yang lebih mungil langsung masuk kedalam rumah. "Morning b***h! Wow kau beruntung sekali memiliki Park Chanyeol" "Shut up b***h" Baekhyun mengabaikan keberadaan laki - laki mungil itu dan kembali membuka mulutnya saat Chanyeol kembali menyuapinya sepotong bacon. "Hell.. Chanyeollieee bagaimana jika kita berkencan dan tinggalkan bocah manja itu" "Mirror please! Dan apa yang kau lakukan di sini tuan Xi? Kau pikir rumahku tempat penampungan rusa liar?" "Sialan! Kau kasar sekali Byun. Oh hatiku yang rapuh" Baekhyun memutar bola matanya malas. Sehun menarik sebuah kursi untuk diduduki oleh Luhan. "Terimakasih tampan" Luhan mengedipkan sebelah matanya dan langsung mendapatkan lemparan roti di wajah. "Byun! Wajahku!" "Langsung saja Luhan! Apa yang kau inginkan?" "Well seperti biasa. Selalu tidak sabaran" Baekhyun mendengus malas lalu menghabiskan s**u di dalam gelas yang di pegangnya. "Chanyeol, aku mau pizza" "Kau baru saja menghabiskan sarapanmu" "Pizza~" Chanyeol melirik kearah Jongin yang langsung mengerti dan segera mengeluarkan ponsel nya. Baekhyun memekik pelan sambil tersenyum senang lalu kembali menyamankan posisinya di pangkuan Chanyeol. "Hey b***h aku masih disini" "Sehun bawa dia pergi! Suaranya benar-benar membuat telingaku sakit" "Hey Byun aku serius. Aku mendengar dari ayahku jika ada beberapa orang yang mencoba untuk mengusik wilayah kita" "Aku tau" "Dan kau akan diam saja?" Baekhyun bergumam pelan lalu melirik Jongin dan Sehun yang setiap berdiri di sebelah kanan Chanyeol. "Jongin, aku ingin ice cream yang ada di kulkas" "Byun!" "Just relax b***h. Mereka tidak akan berani mengusikku. Kau ingin ice cream?" Luhan menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Ku pikir uangmu tidak akan habis hanya untuk membeli satu box ice cream" "Sialan!" Baekhyun tertawa senang, mengganggu Luhan adalah salah satunya kesukaannya. Luhan adalah anak dari sahabat ayahnya. Maka dari itu sejak kecil mereka sudah sering bersama. Tetapi jika bertemu, kedua bocah itu pasti akan selalu bertengkar. "Mereka mengganggu pengiriman barang kemarin" "Semua sudah dibersihkan. Kau tau siapa aku?" "Byun bitchhyun" "f**k! Tuan Xi segera keluar dari rumahku sebelum aku menendang b****g jelekmu itu" "Cih baiklah. Ah satu lagi, aku akan pindah ke sekolahmu besok. Jadi sampai ketemu besok darling~" Luhan mengedipkan matanya dengan genit sebelum berlari karena Baekhyun sudah akan melemparkan piring di hadapannya. "Musnah saja kau Xi Luhan!" ** "Baek.." "Hm?" Baekhyun bergumam pelan masih fokus dengan ponsel ditangan nya. Saat ini dia dan juga Kyungsoo sedang makan siang di kantin sekolah. Baekhyun belum melihat Luhan sejak pagi tadi dan dia sangat bersyukur untuk itu. "Antarkan aku membeli buku di toko buku dekat halte bus yaaa" "Kenapa? Biasanya kau pergi sendiri" "Ah itu.." Baekhyun menolehkan kepala kearah Kyungsoo. "Ada apa?" "Sejujurnya aku merasa beberapa hari ini seseorang sedang mengikutiku. Saat aku berjalan seorang diri pulang dari minimarket, aku seperti mendengar suara langkah kaki seseorang di belakangku. Tapi saat aku berbalik tidak ada siapapun disana. Aku.. ya sedikit takut" Baekhyun mendengus geli menatap sahabatnya itu. "Mungkin yang mengikutimu itu hantu" "Yaak! Aku serius Byun" "Huh baiklah, aku akan menemanimu nanti. Tapi kau harus mengerjakan tugasku yaa?" Kyungsoo berdecih malas yang dibalas Baekhyun dengan tertawa senang karena berhasil mengganggu sahabatnya itu. __ "Dia sudah menjemputmu?" "Chanyeol bisa menunggu. Ayo, segera beli buku yang kau inginkan dan kita pulang" Kyungsoo dan Baekhyun memasuki toko buku tersebut. Laki - laki mungil bermata bulat itu sibuk mengelilingi buku-buku bertema berat yang membuat Baekhyun merasa pusing dan ingin muntah. Bacaan Kyungsoo terlalu berat untuknya. Laki - laki mungil itu memilih untuk duduk di dekat pintu masuk sambil menunggu Kyungsoo. Dia mengeluarkan ponselnya sambil bermain game. Seketika matanya menjadi awas saat melihat dua orang laki-laki berpakaian serba hitam dan menggunakan kaca mata hitam memasuki toko buku itu, matanya terus memperhatikan gerak-gerik kedua orang tersebut. Baekhyun bangkit dan melangkah pelan untuk mencari Kyungsoo, kedua orang tadi benar-benar mencurigakan. "Kyung, kau di..." Langkah Baekhyun terhenti saat kedua orang tadi tepat berdiri di depan Kyungsoo yang tersudut di ujung ruangan. "A..apa yang kalian inginkan? Aku tidak mengenal kalian" "Kau.." Belum selesai laki-laki itu menyelesaikan kalimatnya, Baekhyun muncul dari belakang dan menendang tubuh laki-laki itu. "Ba..Baek" "Kau baik-baik saja?" "A..Aku takut" Baekhyun menatap nyalang kedua laki - laki yang berdiri di hadapannya itu. "Siapa kalian?" "Tuan muda Byun" Baekhyun terkejut mengetahui jika mereka mengenalnya. "Menyingkir!" Laki-laki di hadapannya itu menyeringai lalu melangkah mendekat. Baekhyun sudah bersiap untuk kembali menghajar mereka tapi kedua lengannya di cengkram kuat dan sesuatu menutupi hidung dan mata. Semuanya menjadi gelap. ** Baekhyun mengerjap pelan. Kepalanya benar-benar terasa pusing. Dia berusaha menggerakkan tangannya tapi sesuatu telah mengikat kedua tangannya erat di belakang tubuhnya. Kedua kaki juga terikat kuat satu sama lain. Dan dia terduduk di sebuah kursi di tengah ruangan kosong berwarna putih. "Dimana ini? Ugh kepalaku benar-benar pusing" Cklek Suara pintu terbuka membuat Baekhyun mengalihkan pandangannya. Disana masuk beberapa orang yang salah satunya cukup dikenalnya. "Kau sudah bangun tuan muda Byun" "Cih jadi kau?! Apa yang kau inginkan dari Kyungsoo?" "Well awalnya aku hanya ingin menculik nya untuk memancing mu datang tapi tidak kusangka, tangkapan ku lebih besar. Tuan muda Byun.." Laki - laki setengah baya itu tersenyum mengejek kearah Baekhyun. Dia melangkah mendekat dan menarik dagu Baekhyun agar menatap kearah nya. "Aku benar-benar penasaran, apa yang membuat mereka semua takut padamu. Kau hanya bocah ingusan yang di tinggal mati orang tua mu" "Diam!" "Hahaha kau tidak bisa memerintahku disini bocah! Kau yang harus menuruti perintahku jika tidak ingin mati" "Tutup mulutmu b******n" PLAK Satu tamparan diterima Baekhyun di wajahnya, laki - laki mungil itu meringis pelan merasa nyeri pada pipi kanannya. Lidahnya menjilati sudut bibirnya yang berdarah. "Lihatlah, tuan muda Byun yang tak tersentuh. Bagaimana? Apa itu sakit?" Baekhyun menatap tajam laki-laki itu, dia tidak mengatakan apapun. "Sebenarnya aku ingin bersikap sedikit lembut pada laki - laki manis sepertimu. Tapi sepertinya kau suka jika bermain kasar. Ugh kesukaanku" "Menjijikkan" "Sayangku, kau benar-benar suka aku bermain kasar ya" Satu tamparan lagi Baekhyun terima di pipi kirinya. "Aku penasaran, dimana para b******n itu? Apa Park Chanyeol sialan itu tidak bisa menyelamatkan mu? Tapi datang kemari juga akan percuma. Dia hanya akan mati di tangan anak buahku" Laki - laki setengah baya itu menarik kasar dagu Baekhyun agar menatap kearah nya "Kau tau, kau seharusnya sudah mati bersama kedua orang tuamu. Kalian benar-benar tikus kecil pengganggu" "Lepaskan tanganmu sialan!" "Well, baiklah. Sebentar lagi kau juga akan mati. Kau tau, 'mereka' sudah mulai bergerak. Aku tidak tau apa yang mereka inginkan kali ini. Tapi, kurasa mereka akan tetap mengincarmu" Laki - laki mungil itu melebarkan bola matanya setelah mendengar kalimat itu. "Kau terkejut bukan? Tapi tenang saja, kau akan mati disini jadi kau tidak perlu bertemu mereka" Laki - laki itu mengambil pistol dari dalam sakunya lalu tersenyum remeh "Ini karena kalian telah mengganggu kelompokku. Selamat tinggal tuan mu…" BRAK Pintu ruangan itu terbuka dengan kasar. Laki - laki setengah baya itu langsung menolehkan kepalanya dan benar-benar terkejut melihat siapa yang berdiri di ambang pintu itu. "Terkejut?" Baekhyun tersenyum miring kearah laki - laki setengah baya itu lalu melirik tiga orang laki - laki tinggi yang berdiri di ambang pintu itu. Laki - laki itu mendekat kearah Baekhyun lalu menarik rambutnya kasar. "Bagaimana bisa mereka menemukan tempat ini?" Baekhyun hanya mengedikkan bahunya masih dengan senyuman miring di wajahnya. "Tuan muda. Maaf kami terlambat, kami harus menghabisi banyak tikus diluar" Laki - laki itu melirik kearah ketiga laki - laki tinggi itu sebelum kembali menatap kearah Baekhyun. "Well, setidaknya aku memiliki ini" Laki - laki itu langsung mengarahkan pistol yang di pegang nya tadi kearah kepala Baekhyun lalu melangkah kebelakang tubuh laki - laki mungil itu. "Selamat datang tuan-tuan. Kalian datang disaat yang tepat" Ketiga laki - laki tinggi itu hanya diam. Jongin bergumam pelan saat melihat wajah Baekhyun yang terluka. "Kupastikan laki - laki itu tidak akan selamat ditangan Chanyeol" "Chanyeol~" "Tuan muda. Kau baik-baik saja?" "Aku lapar~" "Are you insane? Kau akan mati dan kau masih mengeluh lapar?" "Dude, kau yang akan mati. Chanyeol.." Ketiga laki - laki tinggi itu melangkah mendekat kearah Baekhyun. "Jangan mendekat atau aku akan menembak nya" "Cepatlah! Aku benar-benar lapar sialan!" Saat ketiga laki - laki itu kembali mendekat. Muncul beberapa orang dari pintu yang berada di dalam ruangan itu. Laki - laki setengah baya itu tersenyum miring menatap remeh ketiga laki - laki itu yang jelas terlihat kalah dengan jumlah mereka. Tapi Jongin dan Sehun saling lirik sebelum mengeluarkan pistol mereka. Dalam hitungan detik, delapan orang laki - laki itu langsung tumbang membuat laki - laki setengah baya itu terlihat ketakutan. Sekarang dirinya hanya seorang diri. "Haha kalian pikir kalian bisa membunuhku? Baiklah bunuh aku, setelah aku membunuhnya" Dor! "ARRRGGHH" Laki - laki setengah baya itu mengerang saat satu peluru bersarang pada lengannya yang sedang mengarahkan senjata kearah Baekhyun membuat pistol itu terjatuh di pangkuan laki - laki mungil itu. Dor! Tembakan kedua terdengar membuat laki - laki itu kembali mengerang saat satu lengannya yang lain juga bersarang satu peluru disana. Dor! Kaki Kiri Dor! Kaki kanan Laki - laki tinggi itu mendekat, lalu menempelkan mulut senjata nya di dekat mulut laki - laki setengah baya itu. Ikatan di tubuh Baekhyun dibuka oleh Sehun, laki - laki mungil itu bangkit dan melangkah mendekat kearah laki - laki yang sudah tergeletak tidak berdaya di atas lantai itu. Chanyeol berjongkok di sebelah nya sambil memainkan senjata itu di wajah laki - laki setengah baya itu. "Berhenti bermain-main Chanyeol" Dor! Satu tembakan terakhir terdengar. "Ah tunggu" Baekhyun mendekat saat menyadari ada yang harus dia tanyakan pada laki - laki setengah baya itu. "Ishh menyebalkan. Dia sudah mati" Baekhyun menendang kasar tubuh yang sudah tidak bernyawa itu. Chanyeol mendekat kearah Baekhyun lalu mengangkat tubuh itu dalam rengkuhannya. Laki - laki mungil itu langsung memeluk erat tubuh yang lebih tinggi. Walaupun sejak tadi dia bersikap seolah dirinya baik-baik saja, tapi jauh di dalam hatinya dia benar-benar ketakutan dan Chanyeol mengetahui itu. "Kau baik-baik saja?" Baekhyun hanya mengangguk pelan sambil menenggelamkan kepalanya di leher Chanyeol. Mereka segera melangkah keluar dari dalam rumah itu. Disana sudah ada Luhan yang sejak tadi sudah menunggu mereka. "Baekhyun darling kau baik-baik saja? Ugh lihat wajahmu. Kau jadi semakin jelek" Baekhyun langsung memutar bola matanya saat melihat Luhan muncul dari dalam mobilnya. "Suaramu benar-benar mengganggu Luhan" "Ah berarti kau baik-baik saja" Baekhyun tidak menjawab sindiran dari laki - laki cantik itu. Dia masih dalam gendongan Chanyeol saat memasuki mobil mereka. Luhan mendengus pelan karena merasa diabaikan. "Kenapa dia terus menempel pada Chanyeol.." "Karena Chanyeol alasan tuan muda masih ingin hidup hingga saat ini" Luhan mengernyitkan dahinya bingung mendengar kalimat yang baru saja didengarnya dari Sehun itu. Maksudnya? __ "Chanyeol" Chanyeol menunduk untuk melihat wajah tuan mudanya itu. "Mereka kembali" Ucap Baekhyun sebelum dia menutup kedua matanya dan bersandar pada tubuh laki - laki tinggi itu. "Jadi sudah di mulai ya"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD