9. Curhat sama Ayah

1361 Words
Arjuna terlihat lesu saat ia keluar dari ruang BK bersama kedua orangtuanya. Didepan ruangan, Malik dan Zoe sudah menunggunya dengan tampang meledeknya. "Pokoknya kalo sampe kamu kaya gini, Ayah bakalan masukin kamu ke pesantren!" ujar Dean tegas. Arjuna membulatkan matanya terkejut. "Pe-pesantren, Yah?" "Ahahahaha!" Itu suara tawa kedua teman saitonnya. Memang dasar saiton mereka, teman sedang kesusahan malah diketawain. "Iya. Pokoknya awas kalo kamu pake acara telat masuk lagi dengan alasan apapun!" "Mas, udahlah." Athena melerai. "Juna, jangan di ulangi lagi ya. Bunda gak mau kamu jadi gak disipilin kaya gini. Ayah sama Bunda gak pernah ngajarin kamu kaya gitu." Arjuna menunduk. "Iya, Bunda. Maaf." Athena mengelus kepala Arjuna. "Ya udah, Ayah sama Bunda pergi dulu." Arjuna mengangguk. Ia mengantarkan kedua orangtuanya ke parkiran. Setelah mereka pergi, Arjuna menatap Malik dan Zoe dengan tajam. "Heh lo berdua! Malah ngetawain gue lagi." omelnya. Malik dan Zoe malah lari sambil terbahak-bahak dan meledek Arjuna. "Woy, sini lo!" Arjuna mengejar mereka yang lari kearah kantin. Hampir satu jam tadi ia diceramahi di ruang BK oleh guru BP dan wali kelasnya. Belum lagi ceramahan Dean yang membuatnya terus meringis karena isi ceramahan Dean untuknya kebanyakan adalah mengancam. Contohnya tadi, ia diancam akan dimasukkan kedalam pesantren. Arjuna mana mau masuk kedalam pesantren. Belum lagi ancaman yang lainnya, seperti mobilnya akan dijual dan Arjuna akan diantar-jemput supir setiap hari. Uang jajannya akan dipotong selamanya. Itu membuatnya gila. Arjuna merinding. Sekarang, Malik dan Zoe masih menertawakannya. Ditambah lagi kehadiran Eve yang ikut menertawakannya juga. Arjuna semakin tengsin karena disini ada Aulia. Dia dan teman-temannya satu meja lagi dengannya. Kali ini bukan mereka yang menumpang pada Arjuna, melainkan dirinya dan teman-temannya sendiri. Salahkan saja guru BP dan wali kelasnya yang baru membebaskannya setelah satu jam dikurung disana, Arjuna sampai telat jajan di kantin. "Ya udah, lo nyelinap aja masuk ke kamar orangtua lo malem-malem, terus ambil kunci mobil lo. Tapi awas, jangan pas malem jumat. HAHA!" Malik tertawa lagi lalu disusul oleh Zoe. Arjuna menarik nafasnya panjang. Telinganya sudah sangat merah karena malu. "Sabar. Orang sabar ganteng makin ganteng." ucap Arjuna. "Aa, lihat, Tante Olla ngirim foto tiket ke Indonesia. Mereka mau kesini!" ujar Eve sambil menunjukkan ponselnya. "Wih asik tuh, bisa minta duit ke si Om Bule." kata Arjuna lalu tertawa. "Duit mulu lo mentang-mentang gak ada pemasukan." cibir Zoe. "Sirik aja lo, tai." "Gue, ke kelas duluan ya." ucap Aulia tiba-tiba. Lalu disusul dengan kedua temannya yang juga mengatakan hal yang sama. "Eh, sorry kita ganggu ya?" tanya Malik. Aulia menggeleng. "Nggak kok. Cuma dikelas kita nanti ada ulangan, jadi mau review lagi aja." "Nanti balik gak bisa nganterin. Gak papa ya?" ujar Arjuna. Aulia tertawa kikuk. "Nggak kok gak papa." Aulia merasa canggung berada diantara mereka. Ia belum terlalu dekat. Lagipula, kedekatannya dengan Arjun, Aulia rasa terlalu mendadak. Dia juga tidak yakin jika ini sebuah kedekatan. Aulia tidak ingin baper karena Arjuna beberapa kali pernah menunggunya latihan, mengantarnya pulang, juga mengirim pesan kepadanya. Mungkin saja Arjuna memang mau berteman dengannya. Bukan hal yang lain. ?? Sekarang malam minggu. Biasanya Arjuna akan mengajak Fika jalan-jalan ke taman hiburan atau makan malam bersama. Tapi sekarang ia tidak bisa karena mobilnya masih di sita. Fika juga tidak membalas pesannya dari tadi, di telepon juga sibuk seperti sedang bertelepon dengan orang lain. Mungkin Fika sedang teleponan dengan Sakha. "Lagi ngapain malem-malem duduk disini, nanti masuk angin." Dean datang mengagetkan Arjuna yang sedang duduk di gazebo belakang rumah. "Ayah ngagetin." Arjuna mengalihkan pandangannya pada Ayahnya. Dean tersenyum, dia duduk disamping Arjuna. "Kenapa? Galau gak bisa malem mingguan sama Fika?" "Gara-gara Ayah sih." "Kok Ayah sih? Kamu lah. Kalo kamu gak ngelanggar aturan, kamu gak bakalan kaya gini." Dean tertawa, seolah menertawakan nasib anaknya. "Jangan hanya stuck di satu perempuan. Di luaran sana perempuan masih banyak." Arjuna menoleh. "Maksud Ayah?" "Kamu galau kan gara-gara Fika punya pacar baru? Om Taufik cerita ke Ayah." ujarnya. "Ayah bener-bener gak setuju kalo aku sama Kak Fika?" tanya Arjuna. Selama ini sikap Ayah dan Bundanya seolah melarang jika Arjuna memiliki hubungan serius dengan Fika. "Iya." "Kenapa?" tanya Arjuna kesal. "Kalo Ayah sebutkan alasannya sekarang, kamu pasti bakalan ngelak. Mending kamu pikirkan dan cari tau sendiri kenapa Ayah sama Bunda ngelarang kamu buat punya hubungan lebih dengan Fika." ujar Dean. Arjuna heran, padahal Dean dan Athena tau jika Arjuna dari dulu menyukai Fika. "Kata Eve kamu deketin cewek lain di sekolah? Bener?" Arjuna mengangguk. "Malik, Zoe, Eve, semua bilang kalo Juna perlu move on dari Kak Fika. Padahal mereka tau jika Juna melakukan itu akan sangat susah." "Mereka benar. Seperti yang Ayah bilang, jangan stuck sama satu perempuan. Sebagai orang tua, Ayah sangat tau, kamu sama Fika gak bisa bersama walau kamu memaksakannya. Juna, kamu jangan mendekati dia jika kamu masih belum yakin sama keputusan kamu. Perempuan gampang terbawa perasaan. Jika kamu mendekati dia lalu berhenti ditengah jalan terus perempuan itu berharap lebih sama kamu bagaimana? Kamu akan jadi cowok pengecut." "Terus menurut Ayah aku harus bagaimana? Ayah tau gimana aku sama Kak Fika." Dean sangat mengerti bagaimana Arjuna. Dulu saat Arjuna masih SMP, dia pernah sakit dan tidak mau minum obat jika bukan Fika yang membujuknya. Itu terjadi beberapa kali jika Arjuna sakit. Tapi Arjuna tidak akan bisa bersama Fika. Dean tidak akan menyetujuinya walaupun mereka saling mencintai. "Hmm," Dean bergumam, "cewek yang kamu deketin itu cantik gak?" "Ayah, inget Bunda, Yah! Astagfirullah!" Arjuna menggelengkan kepalanya. "Kamu tuh!" Dean mencebikkan bibirnya. "Maksud Ayah bukan begitu. Ayah masih waras dan masih mencintai Bunda kamu. Jangan ngaco deh." Arjuna tertawa. "Bercanda." katanya. "Cantik kok, Yah. Tinggi, jago voli dan katanya jago bahasa inggris juga." "Kalo kamu memang benar-benar ingin melupakan perasaan kamu untuk Fika, coba lakukan pelan-pelan bersama dia. Lakukan hal-hal yang sering kamu lakukan dengan Fika bersama dia. Namanya siapa?" "Aulia." Dean mengangguk. "Jangan sampai kamu melakukan kesalahan-kesalahan yang pernah Ayah lakukan dulu." Arjuna menahan senyumnya. "Juna penasaran, mantan Ayah ada berapa?" Dean tertawa. Dia tidak marah jika ditanya seperti itu. "Ayah mau aja kasih tau kamu, tapi Ayah juga gak tau ada berapa. Haha.." "Idih," "Kamu tau model iklan shampo lifegirl? Itu mantan Ayah." katanya seolah-olah membanggakan. "Oh ya? Masa sih? Bunda tau gak?" "Bunda kamu tau, makanya dia suka kesel kalo iklan itu di puter." katanya lalu Dean tertawa lagi mengingat bagaimana wajah kesal istrinya. "Bunda bilang Ayah itu dulu kalo pacaran gak lebih dari seminggu, bener?" Dean mengangguk membenarkan. "Terus kenapa sama Bunda awet sampe sekarang? Atau, Bunda juga salah satu mantan Ayah juga dulu." "Nggaklah. Bunda kamu itu yang tetakhir. Dulu Ayah pacaran sama Bunda kamu gak pake nembak. Langsung Ayah klaim aja kalo Bunda itu pacar Ayah." Dean tertawa mengingat kejadian bertahun-tahun yang lalu itu. "Wow," Arjuna takjub pada Ayahnya, "terus reaksi Bunda gimana setelah itu? Aku tebak pasti Bunda ngomel-ngomel." "Persis," Dean menjentikkan jarinya. "Bunda kamu ngomel gak terima lah, apa lah, bla bla bla. Tapi Ayah tetap gak merubah pikiran Ayah." Arjuna tertawa membayangkan kejadian itu. Sangat menggelikan sekali. Apa jadinya jika melakukan hal serupa pada Aulia? Arjuna menampar pipinya sendiri. Mikirin apaan sih lo, Jun. Dia menggeleng pelan lalu fokus pada ceritanya kembali. "Terus setelah itu gimana? Pernah putus gak? Atau, putus nyambung?" Dean tersenyum. "Ayah gak pernah putus sama Bunda kamu. Hubungan kami bertahan lama. Bunda kamu membawa pengaruh yang sangat besar buat Ayah. Lalu kita saling mencintai seperti pasangan normal biasa. Lalu terjadi kesalahpahaman diantara Ayah sama Bunda. Bunda kamu marah besar sama Ayah dan memutuskan hubungan kami lalu meninggalkan Ayah tanpa memberikan kesempatan Ayah untuk bicara. Sekitar lima tahun Ayah nunggu Bunda kamu kembali. Ayah pikir semua akan sia-sia saja, tapi ternyata nggak." Dean tersenyum menatap Arjuna. Pertama kalinya ia menceritakan masa mudanya pada anaknya. "Ayah pasti cinta banget sama Bunda." Arjuna ikut tersenyum. Ayahnya menunggu Bundanya kembali selama lima tahun, sedangkan Arjuna sudah menunggu Fika mungkin sembilanbelas tahun sejak dia lahir. Sudah tidak ada kesempatan sepertinya. "Bunda kamu bukan hanya cantik dan pintar. Dia sangat sempurna bagi Ayah." Arjuna hanya tersenyum. Dia berpikir, akankah Aulia bisa menggantikan Fika dihatinya? "Pelan-pelan aja, Nak. Kamu merasa nyaman dan mempunyai perasaan sama Fika karena kalian selalu bersama. Tidak menutup kemungkinan jika itu yang akan terjadi bila kamu bersama gadis bernama Aulia itu. Iya kan? Arjuna hanya tersenyum. ??
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD