Mengantar pulang

1512 Words
Yuan yang terus berjalan saling berbicara. Tanpa rasa canggung satu sama lain. Mereka saling bertukar cerita. Yuan, bahkan mnganggp istrinya adalah wanita yang di cintainya pertama sampai terakhir. “Sudah, sampai sini saja,” ucap wanita itu. Menghentikan langkahnya, tepat di sebuah rumah kontrakan yang di susun. Yuan menatap ke belakang punggung wanita itu, seperti daerah kota yang sedkit memang seperti kampong. Rumah yang berdekatan. Tidak ada bagusnya di pandang sama sekali. Entah apa benar jika wanita di depannya itu tinggal di rumah itu. Yuan melihatnya saja hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia tidak habis pikir wanita cantik seperti dia tinggal di lingkungan yang sedikit kumuh di sana. Berbagai dinsing yang penuh dengan tulisan. Semuanya berantakan, pagar besir yang sudah setengah rusak. Dan, beberapa pakaian yang tergantung di sana. Yuan menyipitkan sudut matanya, dia megamati lagi sekelilingnya. Banyak sekali kucing berkeliaran di sana. “Ada apa?” Tanya wanita itu. “Apa tempat tinggalku begitu jelek?” “Emm … tidak juga,” Ucap Yuan. Mencoba tersenyum palsu di depan wanita itu. “Apa kamu mau ke rumahku lebih dulu. Tapi, itu kalau kamu mau, jika kamu tidak mau juga tidak malah. Kondisi rumah aku memang seperti ini. Tidak seperti rumah kamu yang terlihat sangat bagus,” ucap wanita itu merendah. “Tidak, rumah kita sama saja,” jawab Yuan. “Tidak.” “Jika kamu mengijinkan boleh aku ajak kamu ke bar?” Tanya Yuan. “Tapi, bentar, dari tadi kita saling bicara. Bercanda bersama. Jalan bersama tapi tidak saling tau nama satu sama lain,” gerutu Yuan, dia mengangkat tangannya, mengulurkan tangan kanannya ke arah wanita di depannya. “Aku Yuan,” “Aku Vina.” Wanita itu menerima uluran tangan Yuan. Yuan memganggam tangan wanita itu sangat erat. “Senang berkenalan denganmu.” “Senang juga berkenalan denganmu,” jawab Vina. “Oh, ya! Gimana apa kamu mau ke bar, temani aku.” Ucap Yuan. “Emm … karena kamu sudah menyelamatkankau. Aku mau pergi denganmu. Tapi, bentar. Aku mau pulang dulu ganti baju. Aku juga baru saja pulang kerja,” ucap Vina. Yuan mengerutkan keningnya. Dia melihat baju Vina. Sepertinya memang dia sedang bekerja di toko. Baju yang di gunakan seperti karyawan toko. “Baiklah, tidak masalah. Aku akan tunggu kamu.” Tuan mengangkat tangannya, melihat jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Hari sudah menjelang malam, langit semakin gelap. “Tapi, kamu gak papa menunggu sebentar saja,” ucap Vina. “Tidak , masalah.” Jawab Yuan. “Baiklah, ayo masuk ke ruamhku. Tapi rumahku berantakan. Aku tinggal sendiri di rumah. Apalagi aku bekerjadari pagi sampai malam. Aku harus membiayahi hidup aku sendiir. Keduanorang tuaku sudah meninggal. Jadi ya tidak ada yang bantu aku membersihkan rumah. Terkadang pulang kerja juga capek. Lalu tidur.” Vina terus berjalan masuk ke dalam rumahnya, rumah yang terlihat seperti rumah susun, dia terus berjalan meniaki anak tangga yang tak begitu lebar. Dan, semetara Yuan terpaksa juga harus mengikuti setiap langkah Vina pergi. Dia berjalan di belakangnya. Sembari mendengarkan cerita Vina. “Kamu tinggal sendiri di kota ini? Kamu tidak punya saudara sama sekali?” Tanya Yuan penasaran. “Tidak!” raut wajah Vina tiba-tiba berubah seketika. Dia bingung antara mau pergi ke sana atau tidak. Dia juga tidak tahu harus gimana sekarang. Jika dia pergi ke bar, diatakut akan bertemu dengan seseorang nantinya. Dia takut orang itu aka membawanya pergi lagi. Kejadia waktu itu tidak bisa dia lupakan, dia di jadikan wanita malam oleh seorang yang di kenalnya di bar. Hingga dirinya memutuskan kabur dari tempat itu. Dan, bekerja di sebuah toko. “Vina ….” Panggil lirih Yuan, dia terus mengamati wajah Vina. Dia tampak murung sepertinya memang sedang menyembunyikan sesuatu. “Apa kamu ada masalah?” Tanya Yuan. Dia masih ingin lebih dalam mengenal wanita di depannya. Entah kenapa hatinya merasa jika wanita itu butuh bantuan darinya. Tapi, dia tidak tahu harus memulai bicara dari mana. Yuan merasa canggung bertanya lebih jauh tentang masalah wanita di depannya itu. Sementara Vina tiba-tiba melamun, dia menundukkan kepalanya. Raut wajahnya terlihat sangat datar. “Vina … jika kamu ada masalah, atau kamu ingin meluapkan amarah kamu. Aku bisa bantu kamu. Meski aku baru kenal denganmu. Jangan canggung.” Vina membalikkan badannya, dia membuka pintu kontrakan kecil miliknya. Lalu, kembvali menatap penuh dengan senyuman di raut wajahnya, seolah mempersilahkan Yuan untuk masuk ke dalam. “Maaf, lebih baik kamu masuk dulu. Tapi rumah aku sederhana. Apalagi aku tinggal di kontrakan kecil,” ucap Vina. “Tidak, masalah.” Ucap Yuan. Dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kontrakan kecil Vina. ‘Kamu mau minum apa?” Tanya Vina. “Tidak usah,” jawab Yuan. “Tidak papa, aku akan buatkan untukmu. Aku buatkan sekarang.” Vina melangkah pergi menuju ke dapur, meninggalkan Yuan berada di depanruang tamu. Vina senfaja menghindari Yuan, dia tidak mau ada yang tahu masalahnya. Apalagi Vina selama ini selalu memendam masalahnya sendiri. Tidak ada yang tahu apa pekerjaannya dulu. Sekarang, dirinya hanya bisa mencoba memendam semuanya sendiri. Mencoba melupakan semua yang terjadi. Dan, memulai hidup baru. Hampir 10 menit berada di dapur, Vina membuatkan secangkir kopi untuk Yuan dan The hangat untuknya. “Minumlah.” Ucap Vina. “Tidak perlu, aku tidak terlalu suka minum kopi,” jawab Yuan. “Oh, maaf. Aku tidak tahu jika kamu tidak menyukai kopi. Maaf!” ucap Vina yang terus mengucapkan kata maaf. “Apa nanti aku traktir kamu minum di bar. Karena kamu sudah enolongku tadi. Aku berutang budi padamu. Aku yang akan traktir semua minummu.” Vina mengambil kembali secangkir kopi tadi. Dia berniat membawanya ke dapur. Yuan tersenyum tipis. Dia meraih pergelangan tangan Vina. “Letakkan saja, aku yang akan inum. Jangan terus minta maaf,” ucap Yuan. Vina menggigit bibirnya menahan rasa canggung pada dirinya. Dia segera meletakkan kembali secangkir kopi di atas meja. “Maaf, rumahku sangat sederhana. Kamu hatus duduk di bawah.” “Tidak masalah.” “Aku mau mandi dulu, sekalian ganti baju. Lalu aku traktir kamu minum. Kamu gak papa, kan. Menungguku sekitar 15 menit lagi. Akujanji tidak lama.” Ia terseyum tipis, dia mengangkat tangannya, mengulurkan jari kelingkingnya. Seolah ingin mengikat janji berdua. “Iya, gak papa, aku tunggu. Kamu tenang saja.” Yuan mengangkat tangannya, dia mengulurkan jari kelingkingnya, mengikat dua jari kelingkin dalam satu janji. Mereka sudah terlohat mulai akrab tanpa saling canggung lagi. Yuan dan Vina terlihat sudah saling kenal lama. Yuan mengambil ponselnya, dia memberikan ponsel itu pada Vina “Yuan, apa yang kamu lakukan?” Tanya Vina. Memincingkan matanya bingung. “Ini untuk apa?” Tanya Vina memastikan. “Kamu isi nomor kamu. Agar aku bisa selalu menghubungi kamu nantinya,” Ucap Yuan. Vina tanpa pikir panjang lagi. Dia segera meraih ponsel itu di tangan Yuan. Dia mulai menuliskan nomornya di ponsel Yuan. “Gimana semuanya sudah selesai,” kata Vina.ia mengembalikan ponse Yuan. “Iya, makasih.” Ucap Yuan. Dia memasykan kembali ponselnya ke dalam saku jaketnya. “Oh, ya! Sebentar, aku boleh Tanya tidak?” “Tanya apa?” “Sepertinya kamu tidak tinggal disini. Dari mana asalmu sebenarnya.” “Aku datang dari kota X. Aku kesini hanya ingin jalan-jalan tapi tak sengaja aku melihat kamu disini. Dan, aku mengenal kamu. Teman baruku,” jelas Yuan. “Kamu sendiri di kota ini?” Tanya Vina. “Tidak, aku bersaam 4 teman aku. Sekarang masih dalam perjalanan menuju ke kontrakan yang aku sewa.” “OO, aku terlalu tabya banyak, ya?” Vina angkit dari duduknya. “Tidak,” ucap Yuan. “Nanti, kamu temani aku perki ke kontraka jika kamu mau tinggal disana. Aku juga tidak akan melaranh kamu. Aku tinggal satu atap dengan Bella temanku,” ucap Yuan. Dia menjelasakan semuanya pada Vina. Saling berbincang sejenak, menikmati satu teguk kopi hangat dan teh hangat yang sudah di sajikan oleh Vina sebelumya. Setelah hampir setengah jam mereka berbincang bertukar cerita satu sama lain. Seperti teman akrab yang belum pernah bertemu sebelumnya. Vina segera pergi dari sana, meninggalkan Yuan sendiri. “Tunggu, aku akan segera kembali,” ucap Vina. Dia melambaikan tangannya ke arah Yuan. Via baru pertama kali dia merasa sangat akrab dengan Yuan. Entah apa yang terjadi pada dirinya. Dia merasa Yuan satu-satunya laki-laki yang bisa menghargaiku. Buka statusku. Meskipun Yuan sama sekali hanya ingin mencari hiburan di sana. Yuan yang sibuk menunggu Vina keluar dari kamarnya. Yuan melirik ke arah ponselnya. Dan, melihat beberapa pesan dari Felix.Dia mengirimkan beberapa data untuk di selidiki. Namun, Yuan yang sudah kejebak di dalam kontrakan tanpa bawa apapun saat dia pergi. Dia hanya ingin senang-senang tapi semua temannya menganggu dirinya. Yuan sengaja mematikan ponselnya. Kalau ini dirinya ingin pergi tanpa ada yang menghubungi. Pergi tanpa ada chat di minta melakukan penyelidikan. Semua yang di lakukan Yuan untuk membangun optimis para temannya untuk jauh lebih adil. Bahkan wanita tanpa perasaan. Bisa berubah-ubah jika sudah tidak kontrak tidak boleh tahu apapun. Ya, sudah. Kamu harus kewajiban suami kamu dengan baik. Yuan tidak mau menganggu pada temannya. Di ingin jalan sendiri juga tidak ingin terlalu dekat dengan temannya apalagi sampai menganggu tugas teman lainya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD