Kasus pertama

1277 Words
"Heh.. Bagaimana? Apa semuanya sudah dimulai?" tanya Felix, menepuk pundak Delon. Dia sedikit menundukkan nadanya. Mencoba mengatur napasnya. "Apa yang kamu bilang, lihatlah! Semua menunggu kamu. Tapi, sepertinya Yuan dan Bella sudah memulai untuk menyelidiki." ucap Sinta, menarik sudut bibirnya tipis. Dia melipat ke dua tangannya di atas dadanya. Sinta yang ahli bela diri dan penembak jitu ini benar-benar terlihat seperi seorang laki-laki. "Kalau menurutku, ini ada hubungannya dengan keluarganya." saut Delon. Felix hanya tersenyum tipis. Dia berdiri tegap menepuk pundak Delon dua kali. "Jika memang begitu, dia pasti tidak jauh dari keluarganya. Tetapi, sepertinya tidak. Aku melihat dari mobilnya. Dia, tidak kecelakaan. "Maksud kamu?" tanya Delon, dia mulai terkejut, menatap Felix bingung. Sementara, Sinta juga tak kalah terkejutnya. "Kita coba buktikan saja." Felix berjalan mendekati mobilnya. Dia mulai memakai sarung tangan terbuat dari karet. Dia mulai masuk ke dalam mobilnya. Sementara Bella dan Yuan masih mengamati bagian luar mobil. Terlihat jelas ada bercak darah di setir mobilnya. Kedua mata Felix mengkerut saat dia melihat sesuatu di atas dashboard mobilnya. Sebuah darah yang berada di atasnya. Dan, bagian kaca ada percikan darah segar. Sementara, di bagian jok mobilnya. Tidak terlihat bekas ada orang yang duduk di sampingnya. Merasa sangat aneh. Felix menyalakan mesin mobilnya. Bella dan yuan yang berdiri di depannya terkejut. Dia sontak berlari minggir. Dia mengira jika ada seorang yang menyalakan mobilnya. "Felix, apa yang kamu lakukan." tanya Bella kesal. "Diamlah, kamu wanita paling cerewet yang pernah aku kenal. Jika aku terus bekerja denganmu, bisa-bisa semua gagal juga karena dirimu." geram Felix. Dia mulai mengecek pinjaman rem. Dan, gas mobilnya. Lihatlah, dia habis menginjak rem sangat keras. Dan, lihat ini juga. Dia melaju dengan kecepatan sedang. Artinya tidak terlalu kencang. Dan, masih di batas normal. Jika dia menabrak pinggiran. Pasti bagian depan lecet." "Tapi, di depan tidak lecet." ucap Yuan. "Nah, itu dua. Sepertinya ada seseorang yang berdiri di depannya. Membuatnya terkejut." kata Felix. Dia menundukkan nadanya. Mencoba mengamati bagian bawah. Seorang polisi datang, memberikan semua bukti yang sudah dia temukan. Dia memasukan ke dalam kantung agar sidik jari tidak hilang oleh sentuhan tangan. "Tuan, Felix. Saya tadi menemukan ponselnya terjatuh ke bawah. Jadi, sempat saya mengira jika dia mengemudi dengan menggunakan ponselnya." "Tidak, dia tidak menggunakan ponselnya. Dia hanya berusaha mengambil ponselnya saya dia hampir di serang. Karena ponselnya jatuh, dia berusaha meraihnya. Tetapi, seorang sudah lebih dulu menyerangnya." jelas Felix. Pandangan mata Felix terlihat sangat awas mengamati sekelilingnya. Setiap bagian bawah jok mobil dia sudah melihatnya dengan jelas. Felix melangkahkan kakinya keluar. Dia melihat ke arah ujung pintu. Terlihat jika di buka sangat keras. Felix seolah tahu sesuatu. Dia mengerutkan keningnya. Mencium bau yang sangat familiar. Indra penciumannya sangat tajam, Felix, mencoba mendekatkan hidungnya. menghenduskan seperi seekor anjing yang sedang menyelidiki sesuatu. Bahkan, kali ini sepertinya anjing bahkan tidka bisa mendeteksinya. Anjing memang tahu jauh itu. Tetapi, tidak ada polisi yang tabu bau apa itu. Karena bau parfum yang di pakai sama dengan bau parfum si pengemudi mobilnya. Dan, ini untuk menghilangkan jejak. "Aku tahu siapa pembunuhnya." ucap Felix. Dia spontan menyimpulkan siapa pembunuhnya. Dengan, langkah cepat. Felix mengambil salah satu mobil rekannya. Dan, kebetulan kunci mobilnya masih di dalam. Dengan mudah dia menyalakan mobilnya. Bersiap untuk melaju. Sinta dan Delon melompat naik ke dalam mobil yang terlihat terbuka bagian atasnya. "Kemana kita pergi!" Tanya Delon. "Diamlah! Aku tahu sesuatu." ucap Felix. Dia mulai menambah kecepatannya. Tanpa penculikan teriakan Bella yang mencoba menghentikan mobilnya. "Eh.. Kenapa kamu pergi begitu saja." teriak Bella kesal. Dia menghela napasnya penuh emosi. Sementara Yuan, dia mengerutkan keningnya. Dia tahu jika laki-laki itu pasti paham siapa pelayannya. "Bella, lebih baik sekarang kita ikuti, Felix. Bawa ibunya. Jangan biarkan dia mengemudi sendiri. Aku yakin orang itu juga pasti akan mengincar wanita itu." Yuan menoleh ke belakang. Melihat wanita paruh baya itu masih meratapi kematian anaknya. "Baiklah, kita bawa dia." ucap Bella. Dia berjalan mendekati wanita paruh baya itu. Dia masih duduk di jaga dengan beberapa polisi. Sementara bella, dia meminta ijin pada petugas acara bis membawanya pergi. Dan, karena Bella adalah agen intelijen khusus yang memang bekerja sama dengan anggota kepolisian. Dia mengijinkan mereka berdua pergi. Setelah mendapatkan ijin. Yuan segera menghubungi. Sinta, dia meminta Sinta untuk mengaktifkan hidupnya. Agar dia bisa melacak dimana keberadaan mereka. Setelah tahu keberadaan mereka. Yuan, segera berjalan masuk ke dalam mobilnya. Dia menyalakan mesin mobilnya. Sembari menunggu Bella dan wanita paruh baya itu masuk ke dalam mobilnya. Bella membiarkan wanita paruh baya itu duduk di depan. Dia duduk di jok belakang mobilnya. Sembari terus melacak jalan pintas mana yang di lewati Felix. Mobil yang di kemudi felix tertuju ke pusat kota. Hanya dalam hitungan menit saja dia sampai di pusat kita. Menggunakan kecepatan di atas rata-rata. Yuan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Meski bisa melakukan seperti Felix. Tetapi, sekarang yang dia bawa adalah wanita paruh baya. Sangat beresiko tinggi jika wanita itu takut dengan kecepatan. Dia hanya bisa mengemudi rata-rata perjam. *** Felix sudah sampai lebih dulu di sebuah toko parfum. Dia meminta data cctv terakhir orang yang beli parfum di toko itu. Meski sedikit privasi. Membuat Felix keras kesulitan. "Maaf, lebih baik anda keluar dari sini." "Keluar? Kenapa? Saya hanya meminta data cctv kemarin. Tidak lebih. Dan, apa anda menyimpan sesuatu?" tanya Felix. Berjalan semakin mendekati seorang pemuda yang kini mulai terlihat sangat gugup. Keringat keluar peretas dari keningnya. Apa yang kamu lakukan? Saya tidak menyembunyikan apapun, tapi ini adalah privasi. Meski kamu dari kepolisian. saya tetap tidak peduli." teriak laki-laki itu. Mendorong Felix hingga menabrak Sinta dan Delon yang berdiri di belakangnya. Felix semakin curiga dengan orang itu. Entah, fellingnya atau memang dia tahu, jika itu adalah pembunuh aslinya. "Baiklah, aku tidak akan meminta cctv. Tapi, aku mau tanya satu hal." ucap Felix. "Baiklah, tanya apa? Jika tanya tentang parfum. Saya akan memberikan jawaban. Tetapi, jika tesnya tentang aku. Jangan bilang kamu bisa mendapatkan jawabannya." "Apa disini jual parfum dengan harus. sedikit harus bunga sakura seperi parfum wanita. Dan, sedikit berbau alang-alang." "Apa kamu mau beli?" tanya laki-laki itu dengan nada juteknya. "Boleh, aku beli satu saja." ucap Felix. Sinta dan Delon masih bingung dengan apa yang di rencanakan Felix. Mereka pikir jika penjual parfum itu adalah pembunuhnya. Tetapi, ternyata Felix tanya membeli sebuah parfum. Si penjual segera memberikan parfum itu pada Felix. Sesuai dengan pesanannya. Felix segera membayar parfum itu. Dengan uang dan sebuah sentuhan tangan yang menyentuh denyut nadinya sekilas. Dia merasakan detak jantung si penjual itu terasa sangat cepat. Si penjual itu menarik tangannya. Dia sadar dengan apa yang di lakukan Felix. "Maaf, sepertinya aku harus pergi." ucap Felix. Dia segera menarik lengan tangan Sinta dan Delon. Sementara, Bella dan Yuan yang baru saja datang. Mereka terlihat bingung. Dan, wanita paruh baya itu menatap ke arah si penjual parfum. Merasa curiga, Felix menatap ke arah mereka. Felix hanya bisa diam, mengamati mereka. Dia menarik sudut bibirnya tipis. Dan, segera pergi. Tanpa sepatah kata lagi yang keluar dari bibirnya. "Kenapa dia?" tanya Bella. Sinta hanya mengerutkan, bibirnya. Dia menarik ke dua pundaknya ke atas. Menunjukan jika dia tidak paham apa yang di lakukan Felix. Delon dan Sinta segera pergi. Dia menepuk pundak Yuan. "Ikuti saja, aku yakin. Si penjual itu pelakunya. Tetapi, Felix punya cara lain untuk mengungkapkan. *** Kasus hari ini belum juga membuahkan hasil. Setelah satu hari penyelidikan. Felix memang sudah mempunyai beberapa kejanggalan. Dan, pastinya beberapa bukti dari polisi. Tetapi, semua bisa jika di simpulkan dengan mudah. Ini terlalu rumit. Pembunuh berotak sangat cerdas. Dia menyusun pembunuhannya sangat lama. Felix tidak mau gegabah. Dia terus diam, diam menyelidiki sendiri. Kali ini, Felix berdiam diri di kamarnya. Mengunci semua pintu di kamarnya. Bahkan jendral saja dia menutupinya sangat rapat. Felix membutuhkan ketenangan. Untuk menyimpulkan sesuatu yang sangat rumit.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD